Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kegiatan Bedah Cerpen, Naskah yang Bermula dari Keresahan

9 Desember 2023   22:34 Diperbarui: 9 Desember 2023   23:13 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Dokumentasi Pribadi, Dicky Armando

Sepertinya saya sudah terlambat 30 menit dari jadwal. Informasi tentang acara kali ini, saya dapatkan beberapa waktu lalu. Dalam promosinya ditulis "Azana (Dalam Mencinta, Biarkan Aku Gila)", diselenggarakan hari ini, 9 Desember 2023, pada pukul 10 pagi waktu Kota Pontianak.

Setelah sampai di lokasi, saya melihat sebuah plang besar bertuliskan "Coba Rassa" (Jalan Sungai Raya Dalam, Kabupaten Kubu Raya), ia merupakan restoran yang dugaan saya diperuntukkan bagi kelas menengah. Saya perhatikan baik-baik, rupanya acara belum dimulai.

Saya duduk di kursi peserta bagian belakang. Di atas panggung tampak seorang pegiat literasi yang bernama Varli Pay Sandi sedang sibuk menyiapkan segala sesuatu.

Pegiat Literasi, Varli Pay Sandi. Instagram @konglalat
Pegiat Literasi, Varli Pay Sandi. Instagram @konglalat

Di sebelah saya, seorang dosen bernama Arief Adi Purwoko, S.Fil., M. Sc duduk dengan tenang dan percaya diri. Saya juga melihat ada seorang blogger senior, dan pegiat taman bacaan rakyat lainnya.

Ketika kegiatan dibuka oleh pembawa acara, barulah saya tahu bahwa acara ini bukan murni "membedah" naskah cerita pendek karya Anna Mardhiya seperti yang saya baca pada brosur digital. Tahap pertama ternyata dimulai dengan kata sambutan dari pejabat yang membidangi literasi di Kabupaten Kubu Raya, lalu dilanjutkan sesi tanya jawab.

Kedatangan saya kali ini tentu saja bukan untuk melihat apa yang terjadi selain pembahasan bedah cerita pendek, jadi ... ya, begitulah.

Skip!

Akhirnya setelah sekian abad menunggu, tahap kedua pun dimulai. Varli Pay Sandi dan Arief Adi Purwoko maju sebagai narasumber yang akan membedah karya Anna. Mbak Anna ini sering mengikuti dan mengadakan kegiatan-kegiatan literasi, menurut saya dia termasuk penulis perempuan dari Kalimantan Barat yang mampu menunjukkan taringnya sepanjang 2022 sampai 2023, dan semoga terus berlanjut.

Mbak Anna menjelaskan cerita pendek yang berjudul "Azana (Dalam Mencinta, Biarkan Aku Gila)" berawal dari keresahannya tentang potensi depresi yang menghantui kaum hawa. Kalau dibaca baik-baik, pembaca akan menemukan sosok wanita yang mengalami gangguan jiwa dan memiliki daya khayal yang paripurna.

Kemudian, perempuan berkacamata itu menyampaikan bahwa fenomena women support women itu masih sulit terwujud di lingkungannya. Contohnya ketika ia pernah mencoba curhat kepada seorang wanita lain, tanggapan yang didapatkan hanyalah kedangkalan.

Anna Mardhiya. Instagram @anna_mardhiya25
Anna Mardhiya. Instagram @anna_mardhiya25

Ketika mendengar kata "curhat", telinga saya langsung berdiri. Kalau seandainya curhat itu bisa dilarang, maka itu adalah hal yang bagus. Curhat dalam pandangan saya sebenarnya hanya boleh diajukan kepada orang tua. Melakukannya kepada orang yang salah berpotensi mengubah dekadensi ke level yang lebih tinggi.

Mari kita cek firman Allah subhanahu wa ta'alaa di surah Yusuf, ayat 86: "Dia (Ya'Kub) menjawab: 'Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku'."

Jadi sebenarnya curhat yang paling efektif itu dilakukan ketika kita sedang berada di hamparan sajadah. Harus kita sadari bahwa telinga makhluk itu biasanya bebal, dan mulutnya beracun.

Setelah pemaparan dari Mbak Anna, dua narasumber bergantian menyampaikan pandangan mengenai kekuatan dan kelemahan dari naskah tersebut. Ada satu perkataan menarik yang terlontar dari mulut Varli.

"Terlepas dari bagus atau tidaknya naskah, proses kurasi seperti ini jauh lebih baik ketimbang 'pelatihan menulis satu minggu', kemudian jadi buku yang mengakibatkan krisis ISBN," ujar Varli.

Saya setuju, bedah buku merupakan suatu cara belajar bagi seorang penulis dengan cara "ditusuk" dan "diiris". Acara ini sebenarnya berjalan lancar, apalagi sikap para pesertanya lumayan dinamis.

Namun ada juga hal yang membuat saya mangkel, yaitu oknum dari kalangan ibu-ibu. Mereka kadang berbisik sana-sini, main HP, dan melakukan hal-hal yang tak ada hubungannya dengan kegiatan. Menurut perspektif saya, ihwal seperti itu membuat pemandangan yang tak menyenangkan. Barangkali ini yang dimaksud Mbak Anna bahwa women support women masih sekadar wacana di daerah ini.

Bahkan saya memiliki syak wasangka kalau oknum-oknum tersebut tahu bahwa acara yang didatanginya merupakan suatu pembelajaran literasi. Mereka pikir acara gosip mungkin, ya.

Pada akhirnya acara pun usai. Para peserta berkesempatan mendapatkan rabat jika membeli buku-buku dari penulis lokal yang disediakan oleh penerbit Enggang Media. Ketika mereka sedang sibuk memilih dan memilah, saya pun segera bertolak dengan membawa sebuah kotak putih berisi nasi, ayam goreng, dan sayuran. Enaaaak!

----

Dicky Armando, S.E. - Pontianak

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun