Anto, bukan nama asli, adalah pria yang sudah menikah, satu istri, satu anak. Dan sekarang ia sedang duduk di sebuah kafe pada pukul sepuluh malam, dikelilingi kawan-kawannya yang belum menikah. Sepertinya tidak banyak yang mereka lakukan kecuali merenungi telepon seluler di tangan.
Gosip beredar mengatakan kalau si Anto ini, kapan pun teman-temannya mengajak kongko di mana saja, ia selalu siap. Entahlah benar atau tidak, saya pun tidak yakin informasi seperti ini bisa berguna atau bagus untuk dijadikan pelajaran.
Lalu saya berhenti di sebuah toko waralaba yang menjamur di Kota Pontianak. Ketika itu jam sepuluh lewat lima belas menit kalau tidak salah. Saya mendengar nama saya dipanggil dari belakang.
Ternyata istri si Anto, dia sedang membeli perlengkapan bayi dan beberapa belanjaan lainnya. "Oh, silakan duluan," kata saya mempersilakannya membayar di kasir.
"Anto mana?" tanya saya pura-pura tidak tahu, setelah perempuan itu membayar.
Dia hanya tersenyum, sambil menggeleng kecil. Lalu pergi.
"Jadi beli rokoknya, Mas?" tanya Abang Kasir.
Terlupakan sejenak, saya segera membayar lunas dan tuntas. Dan dalam perjalanan pulang, saya teringat beberapa teori yang dulu pernah terpikirkan tentang pergaulan.
Saya sendiri bukan tipe orang mengutamakan kuantitas dalam bergaul, melainkan kualitas. Hal ini berangkat dari pengalaman ketika dulu sempat "bangkrut". Kala itu, orang-orang lebih tertarik dengan bagaimana cara saya membayar kopi saat kongko, ketimbang membantu saya mendapatkan pekerjaan lain. Tapi itu juga salah saya, terlalu berharap kepada manusia.
Ada tiga tipe orang dalam bergaul. Pertama, "Tipe Penurut" (TP). Ini adalah manusia yang takut kehilangan teman lainnya, dan berusaha diterima dengan cara apa pun. Ciri-ciri paling nampak, orang seperti ini biasanya dari kalangan ekonomi menengah, yang menyusup ke kaum borjuis. Kalau berjalan dalam barisan, dia paling belakang. Biasanya jadi pesuruh yang lebih kaya.
Kedua, "Tipe Kadang-Kadang" (TKK). Jenis manusia ini kalau bergaul, ia selalu melihat untung-rugi, dan kadang-kadang kenyamanan yang akan dirasakannya kelak. Tipe ini masih cukup waras sebenarnya, namun masih ada rasa takut kehilangan teman, namun tetap mengedepankan logika. Misalnya dia tak punya uang, ya ... dia tidak pergi kongko kecuali ada yang membayarkan. Orang yang cukup logis.