Dingin mulai mengusap tengkuk saat mendung gelap menutupi bulan yang redup sinarnya. Di kursi bambu yang selalu bersuara ketika beradu dengan pantat, Markonah tampak gelisah. Pikirannya tak jua tenang padahal dia habis makan martabak Bangka satu kardus besar. Ada apakah?
Dengan wajah tak tenang Markonah sesekali melihat stupidphone di genggamannya, seolah ada yang ditunggu untuk menghubungi dirinya. Angin bertiup melalui kisi kisi jendela menyibakan helai rambut Markonah yang habis dicreambath di salon 'berkah ria' milik Cuker dengan cara ngebon dulu bayar bulan depan.
Ting tong tang tang tung ting tong!!!
Suara bel pintu rumah mengagetkan Markonah yang segera beranjak dari kursi bambu yang meninggalkan jejak bokong semoknya di sana. Markonah menghampiri pintu depan rumah, muncul seraut senyum ketika ia melihat siapa yang datang.
"Gori. Silahkan masuk. Konah udeh nunggu Gori sejak tadi. Kenapa tidak telpon atau sms dulu kalau mau datang?" Tanya Markonah secara membabu buta.
"Tadinya mau telpon dulu Kon, tapi aku gak ada pulsa" Jawab Gori dengan innocent nya.
"Lah.. Whats app kan bisa, BBM atau via Messenger?" Celetuk Markonah gak mau kalah.
"Apalagi itu Kon, kan hapeku kan cuma nukiye 3310, belum ada fitur fitur canggihnya" Sambung Gori sambil tersenyum kecut karena ketahuan hapenya jaman Fir'aun masih abg.
Setelah masuk Gori langsung duduk di kursi bambu yang diam diam ada tumbilanya juga. Sementara Markonah duduk di seberang Gori membuat mereka berhadapan face to face tanpa wasit. Kedatangan Gori sesuai dengan janjinya dimana Gori mendapat permintaan tolong dari Markonah untuk mencaritahu keberadaan kekasih gelapnya Markonah yang bernama Dupret. Disebut sebagai kekasih gelap bukanlah tanpa alasan, Dupret memiliki kulit yang gelap, wajah buram serta mata belok seperti maling kena colok.
"Gori, sebenarnya aku gak enak jika tidak mau dikatakan risih karena terus terusan merepotkanmu, bahkan aku selalu membuatmu ikut larut dalam permasalahanku"
"Santai saja Konah. Kamu itu sudah aku anggap seperti saudara sendiri. Jadi jangan segan segan minta tolong padaku, karena aku juga tidak segan segan meminta rokok padamu, kan kita saudara?"