Mohon tunggu...
arkaan daffa
arkaan daffa Mohon Tunggu... Seniman - Ada

Pelajar dengan segala keingintahuannya tentang sejarah, budaya, dan bahasa dunia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Marshall Plan Vs Molotov Plan bagi Dinamika Sikap Politik Internasional Polandia

5 Agustus 2020   14:55 Diperbarui: 5 Agustus 2020   15:10 6713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerakan solidaritas yang sedang melakukan aksi (1987). Photo: Dan Mclaughin (cc) irishtimes.com

Marshall Plan merupakan produk kebijakan dari Amerika Serikat (AS) pada 1948 yang diperuntukan untuk memulihkan perekonomian Eropa Barat pasca Perang Dunia II. AS melancarkan dana sebesar $ 12 miliar (setara dengan lebih dari $ 129 miliar pada tahun 2020).

Seperti anekdot dari Amerika yang terkenal, “tidak ada makan siang yang gratis”, memang benar menggambarkan produk kebijakan ini. Penerima Marshall Plan ini diwajibkan untuk bergabung dalam pelaksanaan kebijakan politik internasional AS. Salah satunya ialah menghilangkan unsur komunisme di negara penerima kebijakan tersebut.

Marshall Plan juga memiliki tandingan yaitu Molotov Plan yang diperkenalkan oleh Uni Soviet untuk memulihkan perekonomian negara satelit Uni Soviet. Tujuannya hampir sama dengan Marshall Plan yaitu agar negara – negara satelit Uni Soviet tidak berpihak kepada AS.

Namun pada faktanya, efektivitas dari Molotov Plan tidak sebanding dengan Marshall Plan. Negara penerima Marshall Plan secara signifikan dapat bangkit dari keterpurukan ekonomi pasca perang dunia ke II.

Hal yang tidak dirasakan oleh penerima Molotov Plan dikarenakan penyaluran dana yang terlalu mengikat dan tidak bebas membuat Molotov Plan hanya dijadikan oleh Uni Soviet sebagai kawasan pengembangan Ekonomi Uni Soviet di wilayah satelitnya.

Pada awal Marshall Plan dibentuk. Semua negara Eropa tanpa terkecuali bahkan Asia ditawari untuk menerima kebijakan ini. Namun pada saat itu juga Uni Soviet menolak, diikuti oleh negara satelitnya yang dipaksa untuk mengikuti Uni Soviet.

Polandia merupakan salah satu negara yang dipaksa menolak kebijakan dari AS tersebut. Dibawah Molotov Plan, Polandia merasa terkhianati. Ia merasa dijadikan sebagai sapi perah oleh Uni Soviet. Walaupun dampak signifikannya industrialisasi di Polandia berkembang pesat khususnya di kota Lodz dan Warsawa.

Bagaikan penjajahan jilid 2 yang pernah dilakukan oleh Kekaisaran Rusia terhadap Polandia yang dulu juga pernah menganeksasi Polandia sebagai bagian wilayah Kekaisaran Rusia dibawah kontrol negara boneka bentukan Kekaisaran Rusia bernama – Kepangeranan Warsawa. 

Walaupun perbedaan signifikannya ialah tidak ada lagi proses Rusifikasi seperti yang pernah dilakukan Kekaisaran Rusia terhadap masyarakat Polandia. Kembali lagi tetap Polandia secara otonomi tidak mampu mengembangkan sektor industri secara utuh dikarenakan Polandia diwajibkan juga untuk mengembangkan sektor Perkebunan dan Pertanian oleh Uni Soviet.

Industri yang dipegang oleh pemerintah Polandia juga membuat Industrialisasi tidak menjadi maksimal di Polandia, membuat Polandia sangat tertinggal jauh dari negara - negara tetangganya di barat yang pertumbuhan dan perkembanga sangat cepat dan efektif setelah menerima kebijakan Marshall Plan oleh AS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun