Mohon tunggu...
Eko A. Ariyanto
Eko A. Ariyanto Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Lahir Di Bumi Bung Karno Blitar Jawa Timur Saat ini bekerja sebagai Pengajar Tertarik pada kajian sosial budaya, politik, ketahanan, kepemimpinan, radikalisme

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Orkestrasi dari Sang Sutradara

25 Oktober 2023   16:53 Diperbarui: 25 Oktober 2023   16:59 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Terlepas dari lima pengamatan itu, masih banyak episode-episode dari drama-drama politik yang sebenarnya lebih banyak lagi dari yang kami cermati tadi, namun setidaknya dari kelima hal itu kami sebagai pengamat politik abal-abal memiliki pandangan kalau ada yang sedang diskenariokan oleh para elit negara ini yang kami sebut sebagai sutradara dari semua skenario tersebut.
 
Skenario yang gagal
Hasil analisis abal-abal kami menemukan kalau sejak awal sang sutradara telah menyadari bahwa elektabilitas Prabowo sebagai salah satu capres amatlah tinggi meskipun beliau telah mengalami kekalahan dua kali pada pemilihan presiden tahun 2014 serta 2019. Para pemilih Prabowo ternyata hingga saat ini amatlah solid yang berpotensi menjadi modal kemenangan Prabowo di pemilu tahun 2024.

Untuk itulah kemudian Prabowo perlu dijaga dari semua penumpang gelap yang berasal dari kelompok-kelompok radikal atau kelompok intoleran yang ingin memanfaatkan tingginya elektabilitas Prabowo. Oleh karena itu sang sutradara kemudian berusaha untuk membuat skenario awal dengan melemparkan isu menggabungkan kekuatan ganjar pranowo sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden.

Namun skenario ini ternyata menemui jalan buntu, nyatanya tidak mudah mengkonsolidasikan dua kekuatan dari masing-masing partai pengusung untuk merelakan kadernya sebagai calon wakil presiden. PDI-P sebagai partai pemenang pemilu sudah mendeklarasikan Ganjar sebagai calon presiden yang diusung berbekal elektabilitas yang tinggi, sedangkan gerindra juga sama-sama memiliki bekal elektabilitas untuk memposisikan Prabowo sebagai calon presiden. Padahal dengan bersatunya dua kekuatan ini bisa merepresentasikan arah dukungan pemerintah serta menciptakan kontestasi pilpres dengan dua pasang colon yang berpotensi mempermurah biaya pemilu.

Daya pikat dari sang sutradara
Deadlock kedua kubu antara kedua partai besar ini tidak kemudian menyurutkan langkah sang sutradara. Skenario selanjutnya ialah menarik dukungan partai politik lain yang masih gamang menentukan arah dukungan serta yang berpotensi membuat poros koalisi baru. Cara yang dilakukan untuk itu ialah dengan melakukan endorsement kepada sang calon presiden Prabowo.  

Pada beberapa kesempatan masyarakat seakan sengaja disuguhkan sinyal-sinyal dukungan baik melalui ungkapan sosok pemimpin kedepan yang tegas, merakyat, membiarkan pemasangan baliho kedekatan kedua tokoh ditempat-tempat strategis, maupun menciptakan kedekatan secara fisik yang bisa ditangkap oleh public sebagai restu yang diberikan. Upaya ini akhirnya memberikan dampak positif sesuai dengan harapan dengan masuknya partai Golkar, PAN serta diikuti oleh Demokrat untuk menyatakan dukungan kepada calon presiden Prabowo.  

Tergabungnya banyak partai pada satu gerbong koalisi lantas tidak begitu saja memudahkan proses pengambilan keputusan. Hal ini setidaknya terlihat jelas saat terjadi tarik ulur kepentingan untuk menetapkan sang calon wakil presiden.

Masing-masing partai mendorong kadernya untuk disandingkan dengan sang calon presiden. Sehingga berpotensi menimbulkan deadlock diantara partai koalisi ini. Bahkan ada isu-isu saat itu yang menyatakan adanya deklarasi poros baru yang sebelumnya sudah sempat hilang.

Untuk menjembatani hal itu, disodorkanlah sang putra presiden sebagai jalan tengah. Meskipun sempat menuai polemik dan opini-opini yang negative nyatanya masing-masing partai bisa menerima jalan tengah ini.

Narasi Penghianatan
Disisi yang lain, publik kemudian mengkait-kaitkan dengan isu keretakan hubungan presiden dengan ibu ketua umum PDI Perjuangan. Dengan berbagai endorsement yang dilakukan kepada sosok Prabowo seolah-olah presiden Jokowi bagaikan kacang lupa kulitnya. Ditambah lagi dengan pemberian restu kepada sang putra untuk menjadi pendamping Prabowo.

Narasi penghianatan yang dikaitkan dengan etika politik menguat seiring dinamika yang muncul. Namun apabila dicermati lebih dalam untuk hal tersebut PDIP seolah tidak banyak bereaksi secara berlebihan. Kami meyakini bahwa PDIP tau tentang semua hal yang dilakukan dan mungkin juga memberikan restu pada setiap skenario yang dibuat.

Disisi yang lain, dipinangnya Gibran sebagai calon wakil presiden Prabowo menunjukan kalau proses kaderisasi di internal partai berjalan dengan baik. Gibran sama halnya dengan presiden Jokowi maupun Ganjar Pranowo lahir dari rahim yang sama sebagai sosok penerus ideologi Bung Karno. Tentu tidak mungkin ada penghianatan dari semua ini. Sosok Presiden Jokowi bukanlah orang yang bisa melakukan itu.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun