Mohon tunggu...
Ari Widodo
Ari Widodo Mohon Tunggu...

Nama (huruf besar) : ARI WIDODO, SE\r\n2. Laki-Laki/Wanita : Laki-laki\r\n3. Tempat Lahir/Tanggal : Lubuklinggau, 26 Februari \r\n5. Alamat tempat tinggal : Perumahan BSP Blok B2 No 48 RT 9 \r\n Dusun Purwobakti, Kecamatan Bathin III, \r\n Kabupaten Bungo, Jambi\r\n12. Menjadi Anggota PWI sejak : 2008\r\n13. Nomor Anggota PWI : 05.00.15867.12\r\n14. Tergabung pada PWI Cabang : Muarabungo, Jambi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sempoa Alat Hitung Tradisi Tionghoa

12 September 2012   17:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:33 1819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1347469769495741737

[caption id="attachment_212035" align="alignnone" width="576" caption="PERTAHANKAN: Athong tengah memperagakan menggunakan alat Sempoa yang sudah digunakan sejak 1970 silam. Kini dirinya tetap mempertahankan salah satu tradisi kuno Tionghoa ini. "][/caption] Sempoa Alat Hitung Tradisi Tionghoa

Mudah Digunakan

Ketimbang Kalkulator

MUARABUNGO-Sebagai alat hitung tradisional Tiongkok dan sebuah penemuan penting pada masa Tiongkok kuno, sempoa digunakan secara luas sebelum penemuan angka-angka Arab di dunia. Tapi, saat ini sempoa sudah terpinggirkan dengan adanya kalkulator dan orang pun lebih suka menggunakannya.

"Sekarang orang sudah lebih senang menggunakan kalkulator daripada pakai sempoa. Padahal, penghitungan dengan mnggunakan sempoa sangat mudah dan mudah diingat," kata Arianto Ketua Badan Komunikasi Persatuan Dan Kesatuan Bangsa (Bakom PKB).

Menurut dia, sebelum penemuan sempoa, orang-orang zaman dulu menggunakan tongkat kayu kecil yang disebut 'perhitungan kepingan'. Seiring dengan peningkatan jumlah perhitungan, perhitungan dengan tongkat kayu kecil gagal memenuhi tuntutan tersebut. Karena itu, orang menemukan kalkulator pertama yaitu sempoa. Asal-usul sempoa dapat ditelusuri kembali pada 600 sebelum masehi di periode musim semi dan gugur. Penemu merangkaikan 10 manik-manik dalam satu kelompok dan dimasukkan ke dalam batang yang kemudian dibingkai. Perhitungan dapat dilakukan dengan menggerakkan manik-manik.

"Sempoa berbentuk persegi panjang dengan bingkai kayu. Dalam bingkai, terdapat batang manik-manik. Balok di tengah-tengah bingkai membagi setiap batang menjadi dua bagian. Manik-manik di bagian atas melambangkan 5, dan sisanya di bagian bawah melambangkan satu," jelas pria biasa disapa Athong ini.

Dalam penerapan sempoa, lanjut dia, orang-orang membuat banyak tips perhitungan untuk membantu mempercepat perhitungan. Jenis metode perhitungan menggunakan sempoa disebut perhitungan sempoa. Oleh Dinasti Ming, perhitungan sempoa ini tidak hanya diterapkan untuk operasi penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, tetapi juga untuk mengukur luas tanah, bentuk dan ukuran dari berbagai objek.

Karena pembuatan sempoa sederhana, harganya murah dan cara perhitungannya mudah diingat dan dilakukan, sempoa digunakan secara luas di Tiongkok. Lambat laun, hal ini menyebar ke Jepang, Korea, Amerika Serikat dan Asia Tenggara, dan negara-negara lain dan ke daerah–daerah. "Bahkan dalam penggunaan umum kalkulator elektronik modern, sempoa masih sedang digunakan dalam penjumlahan dan pengurangan untuk kenyamanan," katanya. (ado)

Tetap Gunakan Šempoa

MUARABUNGO-Arianto sejak tamat sekolah pada 1970 sudah menggunakan sempoa. Sebagai dari keluarga yang besar, pria disapa Athong ini mengaku tetap mempertahankan Sempoa untuk alat hitung.

Menurutnya perhitungan menggunakan Sempoa ini lebih banyak membantu, bila ingin mempelajarinya sangatlah muda. Dua biji di atas merupakan bilangan lima Dan bila ingin menjumlahkan lagi maka diambil satu biji di bawah bergeser ke kananbegitu seterusnya. “Belajar sempoa sangat Mudah, siapa saja bisa cepat belajarnya,” kata pria keturunan suku thew chew ini.

Lalu kenapa Athong mempertahankan Sempoa sementara kalkulator sudah ada. Dia memberikan alasan bahwa selain mempertahankan kebudayaan Dan tradisi, juga alat hitung yang lebih cepat daripada kalkulator. "Hitungan kalkulator terbatas sedangkan sempoa bisa berapa saja. Bisa miliaran. Saya ajarkan juga dengan anak-anak biar mereka tetap mempertahankan sempoa ini sebagai tradisi," katanya.

Mantan Bendahara Golkar Bungo ini mengaku sempoa merupakan alat yang digunakannya sejak awal tahu perhitungan. Setelah dia bekerja dengan orangtua lalu sempoalah yang menemani bila ada warga berbelanja ke tempatnya. "saya tak akan lupa dengan sempoa. Sayangnya kini sempoa mulai ditinggalkan keturunan Tionghoa sendiri. Seharusnya sempoa tetap dipertahankan," ungkap pria yang menjadi pengurus ORARI Bungo ini. (ado)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun