Mohon tunggu...
Ari Triono
Ari Triono Mohon Tunggu... Founder and CEO Linktara (Literasi Inklusi Nusantara)

Ari Triono adalah penyandang tunanetra, pakar inklusi, sekaligus Founder & CEO Linktara, sebuah startup sosial konsultasi yang fokus pada audit aksesibilitas, pelatihan inklusivitas, dan pengembangan kebijakan inklusif. Berbekal latar belakang sebagai lulusan Master of Disability Policy and Practice dari Flinders University, Australia, Ari aktif terlibat dalam berbagai forum nasional dan internasional untuk mendorong layanan publik dan sektor masyarakat yang lebih inklusif. Melalui Linktara, Ari dan tim telah bekerja sama dengan kementerian, Lembaga, pemerintah daerah, hingga pelaku usaha dalam merancang lingkungan yang bisa diakses dan dinikmati oleh semua orang—tanpa kecuali. Jika Anda ingin mewujudkan ruang yang ramah bagi semua pengunjung, Linktara siap menjadi mitra transformasi Anda. 📩 office@linktara.org 📱 Instagram: @Linktara.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Tepian Bonus Demografi: Suara dari Kaum yang Terpinggirkan

14 Mei 2025   19:00 Diperbarui: 15 Mei 2025   14:05 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang Penyandang Disabilitas Netra dan ragam disabilitas fisik (sumber: ChatGPT Image)

Banyak perusahaan juga masih menganggap proses rekrutmen inklusif itu rumit. Padahal penyesuaian seperti menyediakan tes dalam format cetak besar atau wawancara via online bisa dilakukan dengan biaya yang sangat terjangkau - bahkan Akomodasi yang Layak sudah dijamin dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.
Sayangnya, hukum sering berhenti sebagai dokumen saja. Implementasinya masih jauh dari kata adil.

 

Kuota yang Masih Jadi Formalitas

Undang-undang yang sama menetapkan kuota 1% penyandang disabilitas untuk perusahaan swasta, dan 2% untuk instansi pemerintah.
Namun dalam praktiknya, banyak yang mengaku "sulit menemukan kandidat yang sesuai."

Masalahnya bukan karena kami tidak ada.
Kami ada. Tapi kesempatan belum diberikan.

 

Dari Regulasi ke Realisasi: Apa yang Bisa Dilakukan?

Pemerintah:
* Tegakkan kuota dengan sanksi administratif bagi pelanggar.
* Berikan insentif pajak bagi perusahaan yang merekrut pekerja disabilitas.
* Selenggarakan pelatihan vokasional yang kontekstual dan sesuai kebutuhan pasar.
(Misalnya coding untuk tunanetra, layanan pelanggan daring untuk disabilitas fisik, atau keuangan digital untuk disabilitas sensorik.)

Perusahaan:
* Ubah cara pandang. Jangan ukur kemampuan hanya dari jenis disabilitas.
* Latih HR dan pimpinan untuk memahami kebutuhan akomodasi dan menjalankan proses rekrutmen yang inklusif.

Masyarakat:
* Dukung UMKM milik penyandang disabilitas.
* Bangun budaya yang menghormati disabilitas bagian dari keberagaman.

 Baca juga: May Day Harus jadi Perjuangan Semua Buruh Termasuk Buruh Disabilitas

 Kami Bukan Beban -Kami Bagian dari Solusi

Saya telah bekerja bersama berbagai kementerian, organisasi, dan sektor swasta untuk membangun layanan publik dan ruang kerja yang inklusif.
Dengan teknologi seperti pembaca layar dan kerja tim yang kolaboratif, saya bisa menyumbangkan gagasan dan menjalankan tanggung jawab secara utuh.

Jadi, Yang kami butuhkan sebagai disabilitas bukan belas kasihan,
tapi kesempatan yang setara dan lingkungan yang mendukung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun