Mohon tunggu...
Khaerani Arista Dewi
Khaerani Arista Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - human

meratap dunia merindu akhirat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ke Mana Penerus Bangsa?

27 Oktober 2017   00:43 Diperbarui: 27 Oktober 2017   01:02 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir setiap hari saya pulang malam.  Entah sibuk dengan aktifitas kuliah, nugas, atau sosial.  Sering terlewati jalan - jalan malam dan lampu - lampu gemerlapnya jogja. Dan malam ini,  saya pulang dengan melihat secara tidak sengaja seorang wanita ya sedang tidur di sana.  Ya di sana,  tepat di sebuah toko yang sudah tutup. Tanpa alas,  tanpa selimut,  hanya baju panjang tidak tebal dan celana ukuran 3/4. Sejenak saya terdiam,  terpaku.  Bagaimana kalau itu saya?  Sinusitis saya pasti sudah kambuh dengan terpaan angin malam. Sejenak terpikir untuk membawanya ke kos. "bu maukah ibu menginap dan bekerja di kos yang saya tinggali?  Soalnya lagi cari tukang bersih - bersih." Lalu saya berpikir lagi,  "bagaimana kalau ibu itu orang jahat?". Hingga kendaraan saya melalui adegan yang terjadi di depan saya.  Saya akhirnya mengurungkan diri akan niat "baik" yang tidak pernah terjadi itu.

Sepanjang jalan pulang,  saya berpikir panjang.  Memelankan laju kendaraan,  meruak - ruak memori tentang guru saya, pak Suroso. Ia pernah berpesan,  "jika suatu saat kalian sukses,  lakukan hal yang bermanfaat untuk banyak orang.  buatlah lapangan pekerjaan.  Buatlah rumah singgah untuk anak jalanan,  jangan jadi pekerja."

Apa yang bisa saya lakukan sekarang?  Saya terhenyak akan kenyataan bahwa saya masih mahasiswa.  Saya ingat perdebatan saya dengan teman saya. Kita negara yang tidak mandiri, tidak bisa membuat sendiri,  banyak hal diimpor, sedikit yang diekspor. Mahasiswa -  mahasiswa kita banyak yang bermental pekerja.  Lulus sampai sarjana untuk menjadi pekerja,  mendapat gaji yang besar, mengurus keluarga, menua, hingga lupa untuk mengabdi. 

Sebagian lain ada yang kerjanya demo saja,  mengkritik,  debat kusir,  mendapat jabatan, lupa apa yang dia perjuangkan di masa lampau. Ataukah memang hanya cari sensasi di balik embel embel ikut organisasi? Yang lain lagi,  tak peduli,  seolah olah sudah mati. Ke mana para sarjana kita? Ke mana lulusan pertanian kok petani dari zaman dulu sampai sekarang sama - sama nelangsanya? Ke mana lulusan perikanan kok di laut cuma lihat kapal - kapal asing ya? Ke mana lulusan kehutanan kok cuma kelihatan selfie di puncak gunung saja?  Ke mana lulusan teknik kok mesin -  mesin kita masih impor? Mungkin saya yang tidak update akan hasil karya anak bangsa ini, atau memang saya sedang dijajah dengan ketidaktahuan ini. Yang jelas,  khususnya kepada saya, saya ingin berpesan. Lupakan gengsi sarjana harus kerja kantoran.  Buatlah lapangan pekerjaan supaya saya tidak perlu melihat lagi ibu yang tidur di jalanan lagi.

Kepada mahasiswa Indonesia, pemuda - pemuda penerus bangsa,  lihatlah,  sadarlah.  Kalian boleh protes,  mengecam pemerintah, tapi suarakanlah dengan bijak. Tidak perlu terprovokasi dan tidak perlu mengikuti, tidak membenci,  namun jadilah diri sendiri. Lebih baik, dukung dan doakan para pemimpin kita.

Mari kita bangun bangsa ini bersama. Jangan menuntut pemerintah kenapa negara kita masih impor kalau penerus bangsanya hanya sibuk dengan kehidupannya. Kitalah yang seharusnya membantu negara untuk menciptakan hal itu.  Seperti kata teman saya,"Apakah microsoft, google,  samsung,  apple,  alibaba itu milik pemerintah? Itu semua milik penerus bangsa yang mengabdi pada negaranya. Mereka tidak pernah menuntut atau menanyakan kenapa negaranya seperti ini seperti itu.  Mereka bertindak untuk mengharumkan negaranya di kancah internasional,  menyerap banyak lapangan pekerjaan,  dan yang terpenting membuat negara nereka lebih mandiri dengan adanya penerus yang bertindak,  bukan sekedar bercuap - cuap saja. "

Sekian kontemplasi saya malam ini.  Saya buat agar tak menyinggung siapapun,  tidak membela pihak manapun,  hanya untuk kontemplasi pribadi.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun