Sabtu kemarin (30/9/2025) group Whatsapp alumni SMA saya ramai dengan ucapan selamat ulang tahun kepada seorang anggotanya yang lahir pada 30 September 1965.
Selain ucapan selamat, banyak komentar-komentar yang mengaitkannya dengan peristiwa Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI).
"Wah lahirnya pas ramai-ramai peristiwa penculikan para Jenderal," komentar seorang teman, sebut saja namanya Udin.
"Iya, Jakarta pasti lagi ramai-ramainya tuh ketika teman kita lahir," komentar lainnya, sebut saja namanya Udin 3.
"Lho kok Udin 3? Bukankah mestinya Udin 2 dulu?," sela teman lain, yang tidak ada nama dan foto profile di nomor WA-nya, selain nomor telpon.
"Ha ha ha ... Udin 2 lagi jalan-jalan ke Bogor Naik KRL sama istrinya," komentar yang lain. Kali ini seorang wanita, sehingga jelas namanya bukan Udin 4 atau 5 dan seterusnya.
Banyaknya komentar yang menyebutkan bahwa terjadi keramaian di Jakarta pada 30 September 1965 karena peristiwa penculikan jenderal membuat anggota lainnya berkomentar: "Tidak benar pada 30 September 1965 terjadi keramaian yang disebabkan adanya penculikan Jenderal".
"Catatan sejarah menunjukkan bahwa penculikan mulai dilakukan setelah tengah malam, sekitar pukul 01.00 alias sudah tanggal 1 Oktober," jelasnya.
"Jadi logikanya, pada tanggal 30 September justru sepi-sepi saja. Belum ada kejadian penculikan. Para pelakunya justru sedang menyembunyikan rencananya menculik agar tidak diketahui banyak orang," tambahnya lagi.
"Iya benar tuh. Makanya Bung Karno menyebut peristiwa tersebut sebagai Gerakan 1 Oktober atau Gestok. Bukan G30S/PKI," tambah yang lain.
Benarkah demikian?