Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Penulis, Pemerhati hubungan internasional, sosial budaya, kuliner, travel, film dan olahraga

Pemerhati hubungan internasional, penulis buku Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. http://kompasiana.com/arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Selamat Jalan Bi Yayang, Penjaga Harmoni Tari dan Nilai Pancasila

12 September 2025   06:33 Diperbarui: 12 September 2025   06:44 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah keriuhan dunia politik tanah air, dunia seni Indonesia kehilangan salah satu maestro besar. Irawati Durban Ardjo, Maestro Tari Sunda dan penerima penghargaan Ikon Pancasila tahun 2019, meninggal dunia pada Rabu malam (10/9/2025) pukul 22.55 WIB di usia 82 tahun.

Kabar duka ini pertama kali tersiar melalui akun Facebook pribadi almarhumah. "Selamat jalan Maestro Tari Irawati Durban. Semoga amal dan ibadah almarhumah diterima di sisi Allah SWT," demikian tertulis dalam unggahan tersebut.

Tak lama berselang, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyampaikan duka mendalam melalui akun Instagram resminya. BPIP mengenang Irawati Durban sebagai Ikon Prestasi Pancasila tahun 2019, penari legendaris Indonesia, dan maestro Tari Merak Sunda.

"Kepergian beliau merupakan kehilangan besar bagi bangsa Indonesia. Semasa hidupnya, sosok Irawati telah memberikan dedikasi luar biasa dalam bidang seni dan budaya, serta menjadi inspirasi dalam pengamalan nilai-nilai luhur Pancasila," tulis BPIP.

Doa pun dipanjatkan agar almarhumah husnul khatimah, mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa, serta keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan ketabahan.

Maestro yang Rendah Hati

Sebagai sosok maestro tari legendaris, Irawati Durban Ardjo, di kalangan dekatnya akrab disapa Bi Yayang, selalu tampil sederhana, santun, dan lemah lembut dengan gaya khas Sundanya. Meski berpengaruh besar dalam perkembangan tari Sunda modern, ia tetap membumi.

Kenangan itu terasa saat pertama kali saya menghubunginya untuk Konser Kita Pancasila di TVRI, Oktober 2019. Tanpa ragu, ia langsung menyanggupi permintaan tampil, bahkan tanpa menanyakan soal honor. Dalam konser tersebut, Irawati menyusun sendiri koreografi fragmen tari klasik Indonesia yang menggambarkan kedamaian, kerusuhan, lalu kembali damai. Sebuah fragmen tari yang menggambarkan suasana Indonesia saat ini.

Dengan apik, ia menggabungkan beragam tari klasik dari berbagai daerah: seperti tari kupu-kupu dari tanah Sunda, tari topeng Cirebon, tari Rantak dari Sumatera Barat, lima gadis Jawa pembawa bendera merah putih yang mendeklarasikan Sumpah Pemuda 1928, hingga ditutup dengan tari giring-giring dari Kalimantan.

Pertemuan lain terjadi pada Hari Anak Nasional 2023 di Sasono Langen Budaya, Taman Mini Indonesia Indah. Irawati hadir bersama para penarinya. Kami berbincang singkat, berfoto bersama, dan lagi-lagi, saya merasakan kehangatan sosok ibu yang ngemong anak-anaknya sekaligus ketekunan seniman yang tidak pernah lelah berkarya.

Tari sebagai Jalan Pengabdian

Lahir di Bandung pada 22 Mei 1943, Irawati Durban Ardjo sejak kecil telah menekuni seni tari. Baginya, tari tidak semata pertunjukan, melainkan sarana untuk menanamkan nilai-nilai luhur, termasuk Pancasila.

Ia kerap menegaskan bahwa pembinaan karakter generasi penerus bangsa dapat dilakukan melalui pelestarian seni tari. Tari Merak Sunda yang menjadi ikon kreasi Jawa Barat, menurutnya, tidak sekadar warisan etnis, tetapi juga benteng tradisi untuk menghadapi arus budaya global yang mereduksi nilai luhur bangsa.

Irawati percaya bahwa makna Tari Merak tidak hanya bisa disampaikan lewat panggung tradisional, tetapi juga dapat dikembangkan ke dunia digital. Dengan cara itu, seni tari tetap hidup, relevan, dan bisa menjangkau generasi baru.

Warisan Abadi

Kepergian Irawati Durban Ardjo meninggalkan duka, sekaligus amanat. Karya dan pemikirannya mengingatkan bahwa seni tradisi tidak boleh dipandang sebelah mata. Ia adalah jembatan antara kekayaan budaya Nusantara dengan nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Pancasila.

Selamat jalan, Bi Yayang. Indonesia berterima kasih atas dedikasi, ketekunan, dan cinta yang telah Ibu wariskan melalui tarian yang anggun dan abadi. ****

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun