Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Penulis, Pemerhati hubungan internasional, sosial budaya, kuliner, travel, film dan olahraga

Pemerhati hubungan internasional, penulis buku Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. http://kompasiana.com/arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Cerita Roti Kahwin Malam Kegemaran Warga Tawau

21 Agustus 2025   06:00 Diperbarui: 20 Agustus 2025   21:09 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyantap roti kahwin malam bersama pemilik kedai, sumber foto: dokpri Aris Heru utomo

Setelah hampir setahun bolak-balik melewati jalan ini, akhirnya hari ini saya dan istri berkesempatan mampir ke kedai "Roti Kahwin Malam (RKM)" yang terletak di KM 2, Jalan Kuhara, Tawau, Sabah. Lokasinya persis di seberang Hotel Royal Borneo, sehingga sangat mudah dikenali.

Meski baru kali ini saya duduk langsung di kedai RKM, sebenarnya sejak lama saya sudah akrab dengan roti kahwin buatan mereka. Setiap ada tamu dari Jakarta yang menginap di Wisma Konsul RI, saya selalu meminta staf untuk membelikan roti kahwin RKM sebagai hidangan sarapan.


"Pak, tapi kedai RKM biasanya buka jelang sore, bukan pagi hari," kata salah seorang staf.

"Tidak apa-apa, beli saja sore. Simpan di peti sejuk (lemari es), besok pagi tinggal dihangatkan di oven. Rasanya tetap enak, tidak berubah," jawab saya dengan sedikit logat Melayu.

Bagi warga Tawau, roti kahwin adalah salah satu kuliner khas yang sangat digemari. Hidangan ini berupa roti bakar dengan isi srikaya (serikaya) dan mentega, dinikmati hangat-hangat, biasanya di waktu malam atau ketika minum teh. Bisa juga untuk sarapan di pagi hari. Kelembutan roti yang dibuat sendiri, dipadu manis legitnya srikaya buatan rumah serta gurih asin mentega, menghadirkan rasa harmonis yang sulit dilupakan.

Sore itu, ketika saya akhirnya duduk di kedai RKM, saya bertemu dengan Hadi, seorang pensiunan wartawan TV3. Rambutnya masih terlihat hitam dan matanya masih tajam, penuh rasa ingin tahu seperti dulu ketika aktif meliput. Kini ia lebih banyak bersantai, sesekali membantu aktivitas politik seorang anggota parlemen Tawau.

"Sudah cukup bekerja formal, sekarang waktunya bersantai," ujarnya sambil menyeruput teh tarik sejuk yang disajikan dalam kantung plastik kecil, dengan satu sisi diikat kencang, disebut orang sini sebagai air ikat tepi.

Obrolan pun mengalir, dari politik lokal, dunia media, hingga soal asal-usul istilah roti kahwin.

"Mungkin karena roti itu ditumpuk, di tengahnya diisi srikaya atau coklat, jadi seperti 'berkahwin'," kata Hadi sambil tersenyum.

Saya ikut tersenyum, teringat pada istilah lain yang juga menggunakan kata kahwin, misalnya durian kahwin atau mangga kahwin. Usut punya usut, kata kahwin pada buah berarti hasil persilangan, durian kahwin berarti hasil kawin silang antara durian lokal dengan durian impor. Namun untuk roti kahwin, maknanya lebih sederhana, sekadar penamaan harfiah karena roti ditumpuk lalu dijodohkan dengan isi di tengah.

"Kalau ada roti kahwin, adakah roti poligami?," tanya saya sambil becanda dan dijawab Hadi dengan tertawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun