Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Penulis, Pemerhati hubungan internasional, sosial budaya, kuliner, travel, film dan olahraga

Pemerhati hubungan internasional, penulis buku Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. http://kompasiana.com/arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Ngebir Sebelum Sholat di Hari kemerdekaan RI

20 Agustus 2025   06:53 Diperbarui: 20 Agustus 2025   10:24 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Ngebir Sebelum Sholat, sumber foto: dokpri Aris Heru Utomo

Setiap tahun peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI, yang tahun ini jatuh pada hari Minggu 17 Agustus 2025 dilaksanakan meriah oleh seluruh masyarakat Indonesia, mulai dari Istana negara, halaman Kantor Gubernur/Bupati dan Walikota hingga ke halaman Balai Desa atau tempat terbuka lainnya. Bahkan hingga ke luar negeri.

Selain pengibaran Bendera Merah Putih, peringatan juga dimeriahkan dengan penyelenggaraan aneka lomba atau kegiatan lainnya seperti yang dilakukan Komunitas The Writers.

Komunitas penulis the Writers melakukan kegiatan peluncuran buku seri ke-2 Antologi Kisah Rempah Kita Nusantara, persembahan Rempah Kita, The Writers dan penerbit BraveBook yang berjudul "Ngebir Sebelum Sholat".

Sebanyak 22 orang anggota Komunitas the Writers menuliskan tiga puluh kisah di dalam buku ini. Tulisan ke-22 orang ini diseleksi dari puluhan tulisan yang dikirim ke administrator Komunitas.

Ke-22 penulis bukan sekadar menulis tentang makanan. Mereka menulis buku tentang hidup, tentang keluarga, cinta dan kenangan. Tulisan ke-22 orang ini diseleksi dari pilihan tulisan yang dikirim Kan

Ada cerita kenangan tentang empek-empek dari Palembang yang berjudul Perang Empek-Empek Kapal Selam" yang ditulis oleh Ghaida. Ia menceritakan tentang kenangan seorang anak Palembang rebutan seporsi empek-empek yang dijanjikan ibu mereka saat 17 Agustus.

Sebuah peristiwa yang semestinya sepele tetapi memunculkan kehebohan di keluarga. Beruntung sang ibu bisa mencairkan suasana dengan ceritanya mengenai asal-usul empek-empek kapal selam. Kenangan yang tetap hidup hingga kini, khususnya setiap 17-an. Kenangan yang bukan hanya tentang Rasa, tetapi juga tawa dan kebersamaan keluarga yang tak tergantikan.

Ada pula tulisan saya sendiri, yang beruntung bisa lolos seleksi. Saya menulis mengenai pisang goreng di Tawau dengan judul "Pisang Goreng Warisan Kuliner Nusantara di Tawau". Saya bercerita tentang asal-usul pisang goreng di Tawau yang sering disebut dengan nama "Sanggar", sebuah kata dalam Bahasa Bugis untuk menyebut pisang goreng.

Saya menulis bahwa kehadiran pisang goreng atau sanggar di Tawau dibawa oleh orang-orang Bugis yang bermigrasi ke Tawau berpuluh-puluh tahun lalu. Di Bugis sendiri, selain pisang goreng, terdapat pula pisang panggang yang disebut pisang epek.

Di Tawau, pisang goreng sangat disukai masyarakat. Banyak kedai yang menjual pisang goreng untuk menemani minum kopi atau teh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun