Setiap tahun peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI, yang tahun ini jatuh pada hari Minggu 17 Agustus 2025 dilaksanakan meriah oleh seluruh masyarakat Indonesia, mulai dari Istana negara, halaman Kantor Gubernur/Bupati dan Walikota hingga ke halaman Balai Desa atau tempat terbuka lainnya. Bahkan hingga ke luar negeri.
Selain pengibaran Bendera Merah Putih, peringatan juga dimeriahkan dengan penyelenggaraan aneka lomba atau kegiatan lainnya seperti yang dilakukan Komunitas The Writers.
Komunitas penulis the Writers melakukan kegiatan peluncuran buku seri ke-2 Antologi Kisah Rempah Kita Nusantara, persembahan Rempah Kita, The Writers dan penerbit BraveBook yang berjudul "Ngebir Sebelum Sholat".
Sebanyak 22 orang anggota Komunitas the Writers menuliskan tiga puluh kisah di dalam buku ini. Tulisan ke-22 orang ini diseleksi dari puluhan tulisan yang dikirim ke administrator Komunitas.
Ke-22 penulis bukan sekadar menulis tentang makanan. Mereka menulis buku tentang hidup, tentang keluarga, cinta dan kenangan. Tulisan ke-22 orang ini diseleksi dari pilihan tulisan yang dikirim Kan
Ada cerita kenangan tentang empek-empek dari Palembang yang berjudul Perang Empek-Empek Kapal Selam" yang ditulis oleh Ghaida. Ia menceritakan tentang kenangan seorang anak Palembang rebutan seporsi empek-empek yang dijanjikan ibu mereka saat 17 Agustus.
Sebuah peristiwa yang semestinya sepele tetapi memunculkan kehebohan di keluarga. Beruntung sang ibu bisa mencairkan suasana dengan ceritanya mengenai asal-usul empek-empek kapal selam. Kenangan yang tetap hidup hingga kini, khususnya setiap 17-an. Kenangan yang bukan hanya tentang Rasa, tetapi juga tawa dan kebersamaan keluarga yang tak tergantikan.
Ada pula tulisan saya sendiri, yang beruntung bisa lolos seleksi. Saya menulis mengenai pisang goreng di Tawau dengan judul "Pisang Goreng Warisan Kuliner Nusantara di Tawau". Saya bercerita tentang asal-usul pisang goreng di Tawau yang sering disebut dengan nama "Sanggar", sebuah kata dalam Bahasa Bugis untuk menyebut pisang goreng.
Saya menulis bahwa kehadiran pisang goreng atau sanggar di Tawau dibawa oleh orang-orang Bugis yang bermigrasi ke Tawau berpuluh-puluh tahun lalu. Di Bugis sendiri, selain pisang goreng, terdapat pula pisang panggang yang disebut pisang epek.
Di Tawau, pisang goreng sangat disukai masyarakat. Banyak kedai yang menjual pisang goreng untuk menemani minum kopi atau teh.