Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Penulis, Pemerhati hubungan internasional, sosial budaya, kuliner, travel, film dan olahraga

Pemerhati hubungan internasional, penulis buku Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. http://kompasiana.com/arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

New World Pilihan

Ketika AI Menggeser Peran Kartunis

26 Juli 2025   20:40 Diperbarui: 27 Juli 2025   05:26 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh karena itu, tidak semua kartunis merasa kehilangan panggung. Banyak yang justru mulai berevolusi dengan memanfaatkan AI sebagai alat bantu, bukan sebagai pesaing.

Ada kartunis yang belajar menyusun prompt untuk menghasilkan draft visual dengan AI, lalu menyempurnakannya dengan tangan. Ada pula yang menjual jasa pengeditan kartun AI agar lebih personal dan ekspresif, atau menjadikan karyanya bagian dari merchandise digital dan NFT.

Namun, di tengah evolusi yang terjadi, ada hal yang tak boleh hilang yaitu nilai-nilai dasar dari seni itu sendiri: kepekaan, kreativitas, dan cerita di balik setiap gambar. Kartun atau karikatur, lebih dari sekadar gambar lucu, adalah bentuk penghargaan, dokumentasi emosi, dan kenangan visual.

Selain itu, ada rasa hangat yang hanya bisa lahir dari karya manusia: guratan tangan, imajinasi seniman, dan semangat personalisasi yang tak tergantikan.

Oleh sebab itu, profesi kartunis ke depan mungkin tidak akan hilang. Mereka akan tetap ada. Namun kehadirannya akan sangat tergantung pada sejauh mana mereka mampu beradaptasi, memadukan tangan dan teknologi, seni dan sistem, agar tetap relevan di hati para pencinta gambar yang jujur dan bermakna.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun