Dalam mata kuliah Diplomasi Budaya yang penulis ampu, penulis sampaikan kisah tentang Diplomasi yang dilakukan Presiden Pertama RI Sukarno terhadap Uni Soviet (sekarang Rusia) yang dikaitkan dengan pencarian Makam Imam Bukhari.
Ceritanya, sekitar tahun 1961, pemimpin Uni Soviet Nikita Khrushchev mengundang Sukarno datang ke Moskow (kunjungan ketiga Sukarno ke Uni Soviet setelah tahun 1956 dan 1959). Nikita ingin memperlihatkan pada Amerika Serikat kalau Indonesia berada di belakang Blok Timur. Saat itu dunia memang sedang memanas antara persaingan negara Blok Barat, AS dan sekutunya, melawan Uni Soviet.
Sukarno menghadapi dilema. Dia tidak ingin menunjukkan kalau Indonesia bisa diatur Soviet. Maka Sukarno membuat strategi dengan meminta syarat untuk dapat berziarah ke makam Imam Bukhari, salah seorang perwai hadis terkenal yang dimakamkan di Samarkand (sekarang bagian dari Uzbekistan). Â
Khrushchev yang seratus persen komunis tentu saja bingung. Dia tidak mengenal Imam Bukhari, apalagi mengetahui dimana makamnya. Karena itu Khrushchev pun meminta Sukarno mengganti syaratnya, tapi Sukarno menolak.
Setelah melakukan pencarian yang tidak mudah, akhirnya Pemerintah Uni Soviet berhasil menemukan lokasi makam Imam Bukhari. Saat itu kondisinya sangat memprihatinkan dan tidak terawat untuk ukuran seorang ulama besar. Khrushchev pun dengan gembira menyampaikan hal itu pada Sukarno dan kemudian merenovasi makam tersebut.
Maka akhirnya Sukarno mengunjungi Moskow dan berziarah ke tempat Imam Bukhari yang sangat dikaguminya ini di Samarkand.
Dari cerita di atas, kita tahu bahwa diplomasi budaya merupakan salah satu cara yang efektif dalam mendekatkan hubungan antarbangsa dengan mengedepankan nilai-nilai budaya, spiritualitas, dan peradaban.
Dari apa yang dilakukan Sukarno, sebagai tokoh besar dunia ketiga, ia sangat memahami bahwa pengaruh suatu negara tidak hanya ditentukan oleh kekuatan militer atau ekonomi, tetapi juga oleh warisan budaya dan identitas spiritualnya.
Sukarno membuktikan bahwa permintaannya, yang semula mendapatkan penolakan tetapi akhirnya dikabulkan, merupakan sebuah bentuk penghormatan kepada pemimpin dunia ketiga yang sangat berpengaruh. Sukarno menjadi kepala negara pertama yang berhasil mengunjungi makam tersebut sejak Revolusi Bolshevik. Bahkan setelah kunjungan itu, pemerintah Uni Soviet memugar kembali situs makam tersebut.
O iya, sebelumnya ketika berkunjung pertama kali ke Uni Soviet pada tahun 1956, Sukarno berkunjung ke beberapa kota di Rusia, termasuk St Petersburg. Di kota tersebut, Sukarno melihat bangunan berkubah biru yang diyakininya sebagai masjid, tetapi saat itu digunakan sebagai gudang medis.