Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Penulis, Pemerhati hubungan internasional, sosial budaya, kuliner, travel, film dan olahraga

Pemerhati hubungan internasional, penulis buku Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. http://kompasiana.com/arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Hari Buku Sedunia, Menulislah Minimal Sebuah Buku Sebelum Mati

23 April 2025   17:11 Diperbarui: 24 April 2025   07:20 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari BukU Sedunia, Sumber gambar: Dokpri Aris Heru Utomo

Mengulang apa yang pernah dijelaskan teman saya, saya sampaikan bahwa suatu hari nanti bisa saja dunia kehilanganmu, tapi bukan kata-katamu. Kata-katamu akan hidup dan menjadi kekuatan. 

Menulis buku bukan untuk menjadi penulis terkenal, bukan untuk kaya dari royalti, tapi sebagai jejak pikiran dan jiwa yang abadi.

Hari BukU Sedunia, Sumber gambar: Dokpri Aris Heru Utomo
Hari BukU Sedunia, Sumber gambar: Dokpri Aris Heru Utomo

Jadi, menulis satu buku sebelum mati bukan soal ambisi, ini soal warisan. Tak perlu menunggu jadi profesor, motivator, atau selebritas. Kamu bisa menulis tentang apa saja.

Tapi di era digital seperti sekarang, apakah buku masih relevan? Jawabannya: justru semakin penting .

Buku, baik dalam bentuk fisik maupun digital, bukan sekadar kumpulan kertas yang dijilid rapi atau file PDF yang tersimpan di tablet. 

Buku adalah jendela dunia, penyimpan sejarah, dan pendorong imajinasi. Dari buku, kita mengenal masa lalu, memahami masa kini, dan mempersiapkan masa depan.

Bahkan di tengah laju informasi yang serba instan, buku tetap memberikan kedalaman , bukan sekadar permukaan. Saat media sosial menawarkan informasi cepat, buku menawarkan pemahaman . Dan itu adalah hal yang mahal di era banjir data seperti sekarang.

Hari Buku Sedunia juga menjadi momentum untuk mengingat bahwa akses terhadap buku adalah hak, bukan hak istimewa . Masih banyak sudut dunia, termasuk di pelosok Indonesia, yang minim perpustakaan, toko buku, bahkan koneksi internet. 

Maka, memperingati Hari Buku bukan sar soal membeli buku baru, tapi juga tentang berbagi: menyumbangkan buku, membangun perpustakaan mini, atau sekadar mengajak anak-anak membacakan cerita.

Penting juga untuk mengapresiasi penulis dan penerbit yang terus berkarya di tengah tantangan zaman. Tanpa mereka, tak akan ada cerita yang bisa kita baca, pelajari, atau bagikan. Mereka adalah penjaga peradaban---dengan kata-kata sebagai senjatanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun