Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Penulis, Pemerhati hubungan internasional, sosial budaya, kuliner, travel, film dan olahraga

Pemerhati hubungan internasional, penulis buku Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. http://kompasiana.com/arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Toge Goreng dan Kebohongan yang Menjadi Kebenaran

11 April 2025   12:32 Diperbarui: 11 April 2025   12:48 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pedagang toge goreng, foto by meta AI

Hari ini di salah satu WAG saya ramai dengan unggahan foto kuliner toge goreng, lengkap dengan foto pedagangnya.

Toge goreng sendiri adalah kuliner yang  berasal dari daerah Jawa Barat, Indonesia. Tepatnya, toge goreng adalah makanan yang banyak dijumpai di kota Bogor, Jawa Barat. Toge goreng telah menjadi salah satu ikon kuliner Bogor dan sangat populer di kalangan wisatawan dan penduduk lokal.

Namun di tengah keterkenalan dan kenikmatannya, banyak yang tidak menyadari atau peduli bahwa toge goreng ternyata bukan digoreng melainkan direbus.

Ya, meskipun namanya "toge goreng", yang menyiratkan bahwa toge tersebut telah digoreng, tetapi sebenarnya direbus.

Nama "toge goreng" telah digunakan secara luas di Indonesia, terutama di daerah Jawa Barat. Banyak pedagang dan penjual makanan menggunakan nama ini untuk menjual kuliner berbahan dasar toge, tahu dan oncom yang direbus dengan bumbu kecap dan bawang putih.

Pengulangan nama yang dilakukan sejak lama membuat orang percaya bahwa toge tersebut telah digoreng, meskipun sebenarnya direbus di atas nampang berisi air.

Pengulangan nama "toge goreng" yang membuat orang mempercayai bahwa toge tersebut telah digoreng merupakan contoh efek ilusi kebenaran (illusion of truth effect) dimana kebohongan yang diulang-ulang dapat menjadi kebenaran dalam pikiran orang.

Menurut para psikolog, efek ilusi kebenaran adalah fenomena psikologi di mana seseorang lebih cenderung mempercayai informasi yang telah mereka dengar sebelumnya, bahkan jika informasi tersebut tidak benar. Hal ini terjadi karena otak kita cenderung mengingat informasi yang telah kita dengar sebelumnya dan menganggapnya sebagai kebenaran.

Kebohongan dapat menjadi kebenaran melalui beberapa cara, seperti:

- Pengulangan: Kebohongan yang diulang-ulang dapat membuat kita lebih cenderung mempercayainya. Oti sebabnya, orang yang berbohong akan terus berbohong agar kebohongannya tidak diketahui dan berubah menjadi kebenaran.
- Sumber informasi yang kredibel: Jika kebohongan disampaikan oleh sumber informasi yang kredibel, kita lebih cenderung mempercayainya.
- Kurangnya informasi yang akurat: Jika kita tidak memiliki informasi yang akurat tentang suatu topik, kita lebih cenderung mempercayai kebohongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun