Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Salam Pancasila

10 Juli 2021   06:51 Diperbarui: 10 Juli 2021   06:53 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri saat memperkenalkan Salam Pancasila (nasional.kompas.com)

"Megawati Ingin Populerkan Salam Pancasila;" begitu judul-judul berita di berbagai media massa online seperti Kompas, Republika, CNNIndonesia, Liputan6 dan Viva pada 22 Juni 2021. Berita tersebut mengemuka menyusul pidato Presiden ke-5 Republik Indonesia yang juga Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri saat peresmian kompleks rumah adat atau baileo, monumen, dan jalan Ir. Soekarno, di Masohi, Maluku Tengah, secara virtual pada Senin (21/6/2021). Masohi sendiri adalah nama kota yang diberikan Bung Karno yang berarti 'gotong royong', terinspirasi dari intisari Pancasila.

"Intisari Pancasila adalah kegotongroyongan dari warga bangsa Indonesia. Tujuannya adalah agar Pancasila tidak hanya di mulut masyarakat Indonesia, namun ideologi itu benar-benar hidup di hati dan dilaksanakan," ujar Megawati sebagaimana dikutip dari pemberitaan-pemberitaan tersebut.

"Dulu saya pekikkan 'merdeka', orang menertawakan saya. Katanya, sudah merdeka, kenapa pekik-pekik merdeka? Itu sebenarnya saya lakukan untuk mengingatkan bahwa kita adalah bangsa merdeka. Jangan mau dijajah lagi," ucap Megawati.

"Kalau sekarang, saya mau banyak menyebutkan Salam Pancasila. Saya hendak mempopulerkannya. Karena setelah merdeka, kita punya dasar negara Pancasila. Untuk mengingatkan kita kembali sebagai nasionalis yang cinta pada negara ini," tambah Megawati.

Salam Pancasila sendiri pertama kali mulai  diperkenalkan oleh Megawati selaku Ketua Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden untuk Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP), sekarang BPIP, pada saat memberikan sambutan pada kegiatan Penguatan Pendidikan Pancasila yang diikuti oleh 503 perwakilan mahasiswa dari seluruh Indonesia di Istana Bogor pada tanggal 12 Agustus 2017.  Dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh UKP PIP tersebut, hadir Presiden Joko Widodo dan anggota Dewan Pengarah UKP PIP seperti Try Sutrisno, Ahmad Syafii Maarif dan Mahfud MD. (Kompas, 12/8/2017)

Pada acara tersebut Megawati memperagakan Salam Pancasila dengan mengangkat tangan kanannya di atas pundak serupa posisi hormat. Namun, ujung jari tidak menempel di dahi, melainkan berjarak sejengkal dari dahi bagian kanan. Gerakannya pun mesti sedikit menghentak. Saat mengangkat tangan, Megawati kemudian berseru, "Salam Pancasila".

Dalam penjelasannya Megawati mengemukakan bahwa Salam Pancasila diciptakan oleh Sukarno. "Terdapat dokumen yang menunjukkan Salam Pancasila diciptakan oleh Bung Karno. Beliau (Bung Karno) berkeinginan setiap warga negara secara fisik itu memberikan salam hormatnya satu sama lain dengan cara salam Pancasila itu," begitu dikemukakan Megawati dalam pemberitaan di Kompas 12 Agustus 2017

Dari gaya penyampaian Salam Pancasila yang disampaikan Megawati dan memperhatikan foto Bung Karno saat menyampaikan salam atau pekik merdeka memang tampak kemiripan antara Salam Merdeka dsan Salam Pancasila. Aturan Salam Merdeka mirip dengan Salam Pancasila, yaitu dengan mengangkat tangan setinggi bahu, telapak tangan menghadap ke muka, dan bersamaan dengan itu memekikkan "Merdeka!".

Merujuk pada buku Panitia Penyusun Naskah "20 Tahun Indonesia Merdeka" yang diterbitkan Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia, "Jurnal Sejarah: Pemikiran, Rekonstruksi, Persepsi, tampaknya dokumen yang dimaksudkan Megawati adalah Maklumat Presiden tanggal 31 Agustus 1945 dan berlaku mulai 1 September 1945. Dalam buku tersebut dituliskan bahwa atas perintah Sukarno, salam atau pekik "Merdeka" dijadikan salam nasional pada zaman mempertahankan kemerdekaan. Salam "Merdeka" ditambah pengibaran bendera merah putih di seluruh Indonesia mulai diterapkan serentak pada 1 September 1945.

"... mulai tanggal 1 September 1945 bendera nasional sang merah putih dikibarkan terus di seluruh Indonesia dan bahwa sejak tanggal itu juga ucapan "merdeka" dijadikan salam nasional serta pekik perjuangan," ujar Sukarno seperti dituliskan dalam buku 20 Tahun Indonesia Merdeka, Volume 2.

Dalam pidatomya Soekarno menyampaikan bahwa ia menjadikan Salam Merdeka sebagai salam nasional terinspirasi dari salam dalam agama Islam yaitu Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarkatuh. "Saudara-saudara sekalian! Saya adalah orang Islam, dan saya keluarga negara republik Indonesia. Sebagai orang Islam, saya menyampaikan salam Islam kepada saudara-saudara sekalian, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarkatuh," begitu kata Sukarno dalam pidatonya.

"Sebagai warga negara republik Indonesia, saya menyampaikan kepada saudara-saudara sekalian, baik yang beragama Islam, baik yang beragama Hindu-Bali, baik yang beragama lain, kepada saudara-saudara sekalian saya menyampaikan salam nasional, Merdeka!," tambah Sukarno

Melalui pidatonya tersebut tampak jelas bahwa Sukarno mengajak rakyat untuk melakukan internalisasi terhadap makna salam, yang artinya adalah damai, sejahtera. Kata 'salam' memiliki arti sangat luas dan dalam, tidak hanya berarti keselamatan tetapi juga perdamaian". Salam berarti kedamaian yang dalam arti luas, berarti 'kita bersaudara', 'kita dalam kedamaian' yang sama sekali membuang jauh unsur-unsur kebencian atau penolakan atas segala apapun yang telah kita sepakati.

"Marilah kita bangsa Indonesia, terutama sekalian yang beragama Islam hidup damai dan sejahtera satu sama lain. Jangan kita bertengkar terlalu-lalu sampai membahayakan persatuan bangsa. Bahkan jangan kita sebagai gerombolan-gerombolan yang menyebutkan assalamu'alaikum, akan tetapi membakar rumah-rumah rakyat", ucap Soekarno.

Dari pidato Sukarno mengenai Salam Merdeka, saya melihat bahwa beliau telah mendekonstruksi makna salam, dari yang bercorak eksklusif-agama ke inklusif-sosial. Salam Merdeka atau Salam Pancasila tidak menanyakan apa agamamu, apa sukumu, darimana asalmu, darimana provinsimu apa status sosialmu tapi semua diikat untuk hal yang sama untuk kepentingan bangsa Indonesia. Ungkapan merdeka, bagi Soekarno adalah pekik yang membuat rakyat Indonesia menjadi bersatu tekad, memenuhi sumpahnya "sekali merdeka tetap merdeka!".

Dalam pandangan Sukarno, salam merdeka adalah pekik pengikat, bahkan sebuah cetusan daripada bangsa yang berkuasa sendiri, dengan tiada ikatan imperialisme. Itulah sebabnya, harapan Soekarno, jangan lupa kepada pekik merdeka! Setiap kali kita berjumpa satu sama lain, pekikkanlah, merdeka!.

Dalam konteks kekinian, Salam Merdeka yang sekarang dilanjutkan dengan Salam Pancasila masih tetap relevan keberadaannya sebagai salam pengikat. Seperti kata Megawati bahwa jika pada masa lalu Salam Merdeka dipekikkan untuk mengingatkan bahwa kita adalah bangsa merdeka dan tidak mau dijajah lagi, maka sekarang Salam Pancasila dipopulerkan untuk mengingatkan kita kembali sebagai nasionalis yang cinta pada negara Indonesia.

Sebagai nasionalis yang cinta pada negeri kita bisa saling memberikan penghormatan kepada sesama warga negara dan saling mengingatkan akan nilai-nilai Pancasila. Hal ini penting karena sebelum kita mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-sehari, kita mesti memahami nilai-nilainya. Dan sesuai makna Salam Pancasila, pengamalan nilai-nilai Pancasila merupakan tanggung jawab bersama yang harus kita emban. Secara sadar kita harus memantapkan ideologi  Pancasila dan menanamkannya di dalam diri dan lingkungan masing-masing.

Salam Pancasila!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun