Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ternyata Wakil Presiden RI Orang Tanjung Priok

19 Januari 2020   09:45 Diperbarui: 19 Januari 2020   09:51 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pernyataan Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin mengenai Tanjung Priok / image pribadi

Dalam berkarir di organisasi, bukan hanya Pak Kyai yang aktif dalam berkegiatan di organisasi NU, istrinya pun aktif berkegiatan. Apabila Pak Kyai aktif di kegiatan organisasi pemuda NU, istri Pak Kyai (almh. Ibu Huriyah) aktif di Fatayat NU, termasuk mendirikan Majelis Taklim Nurul Irfan.

Mengomentari tudingan bahwa di Tanjung Priok ada kriminal yang lahir dari kemiskinan, jauh sebelum pernyataan tersebut keluar, Pak Kyai pernah mengatakan bahwa kesan Tanjung Priok keras atau kriminal sebenarnya datang dari orang luar yang tidak mengenal daerah tersebut. Karena dekat pelabuhan, banyak orang yang mengenal Tanjung Priok sebagai wilayah Bronx, wilayah keras dan kriminalitas tinggi.

Tapi menurut Pak Kyai, bagi orang yang tinggal di Tanjung Priok, rasanya biasa saja. Kalaupun  ada tindakan kriminal itu adalah anak-anak yang suka menjadi bajing luncat, yang mengambil barang-barang dari truk yang melintas di Priok.

"Dulu ketika harus pulang jam 12 malam karena ada kegiatan organisasi, tidak pernah apa-apa, sekarang pulang malam juga tidak apa-apa," begitu kata Pak Kyai dalam buku "KH Ma'ruf Amin Penggerak Umat Pengayom Bangsa"

"Ehm... Pak Kyai Ma'ruf kan cuma satu orang saja di Tanjung Priok yang berhasil lepas dari jerat kriminal, kekerasan atau kemiskinan di sana," begitu komentar sinis yang sering muncul dari beberapa orang yang tidak mengenal Tanjung Priok  

"Ehmm juga... tanpa menyebut nama, banyak orang Tanjung Priok yang berhasil di berbagai bidang. Ada yang pernah menjadi menteri, banyak yang menjadi Direktur Jenderal atau Direktur di Kementerian/Lembaga Pemerintah, anggota DPR, Perwira tinggi militer/Polri, CEO perusahaan, Professor di berbagai perguruan tinggi di dalam dan luar negeri, dan berbagai profesi terhormat lainnya."

Sejatinya, seperti halnya kehidupan, ada yang baik dan ada yang tidak baik, maka di Tanjung Priok juga banyak orang baik dan ada beberapa yang melakukan tindak kriminal. Namun melakukan generalisasi kemiskinan di Tanjung Priok sebagai sumber kriminal jelas keliru.

Dikutip dari berbagai sumber, kemiskinan pada dasarnya bisa dibedakan menjadi dua macam, yakni kemiskinan material dan kemiskinan spiritual. Yang dimaksud kemiskinan material adalah keadaan kurang atau miskin dari harta benda duniawi. Sedangkan yang dimaksud kemiskinan spiritual adalah kemiskinan yang tidak ada kaitannya dengan kekurangan harta benda duniawi, tetapi terkait dengan kurangnya akan iman atau jiwa.

Dari kedua macam kemiskinan tersebut di atas kita bisa melihat bahwa orang yang kaya harta bisa saja ia sesungguhnya adalah orang miskin disebabkan karena lemahnya jiwa atau iman. Orang seperti ini disebut orang miskin spiritual. Miskin spiritual bisa sama bahayanya dengan miskin material.

Sering kita menjumpai bentuk-bentuk keserakahan yang menunjukkan kemiskinan spiritual,  seperti orang kaya yang enggan mengeluarkan zakat dan sedekahnya, melakukan kecurangan dalam berbisnis atau setoran pajak demi mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. 

Comtoh lain, tidak sedikit kita jumpai orang-orang yang secara material sudah kaya raya dan lahir serta tinggal di kawasan elit, tetapi mereka melakukan korupsi besar-besaran yang merugikan negara dan menyengsarakan rakyat. Orang-orang seperti itu sesungguhnya adalah orang-orang miskin. Mereka miskin bukan karena kekurangan harta benda duniawi tetapi kurangnya iman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun