Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Masjid Merah Panjunan dan Wujud Akulturasi Budaya

28 Agustus 2016   17:01 Diperbarui: 28 Agustus 2016   17:17 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjidd Merah Panjunan / foto oleh Aris Heru Utomo

Menurut Makhrus Elmawa, Dosen Filsafat Islam dan Filolog Islam IAIN Cirebon, dalam keterangannya di Kompas TV, perpaduan budaya Arab dan Tiongkok tersebut merupakan bagian dari kerja sama antara Pangeran Panjunan dan kerabatnya dengan budaya Tiongkok serta budaya setempat. Saat itu masjid memperlihatkan karakter daerahnya, baik kebudayaannya maupun lokalitasnya.

Merujuk pernyataan Elmawa kita kemudian dapat memahami bahwa Masjid Merah Panjunan ini sebenarnya merupakan wujud dari akulturasi budaya di Indonesia yang sudah terjadi semenjak berabad-abad lalu, bahkan semenjak masa pra-Islam, yaitu Buddha dan Hindu. Perpaduan antara pengaruh agama Hindu dan Islam yang bertemu dan mengadakan kontak secara terus-menerus. Makna-makna filosofis dan simbol-simbol yang dibawa Hindu dan budaya setempat tersebut kemudian disesuaikan dengan ajaran Islam dan jadilah sebuah masjid yang dapat diterima oleh masyarakat.

Alumni SMP 95 di aula Masjid Merah Panjunan / Foto oleh Aris Heru Utomo
Alumni SMP 95 di aula Masjid Merah Panjunan / Foto oleh Aris Heru Utomo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun