Mohon tunggu...
Aris Armunanto
Aris Armunanto Mohon Tunggu... Lainnya - Penghobi jalan pagi.

Hati yang gembira adalah obat yang manjur,...(Amsal 17:22).

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Serunya Jelajahi Lereng Gunung Slamet, Trekking ke Curug Jenggala dan Pancuran Pitu

10 Februari 2024   16:25 Diperbarui: 18 Februari 2024   20:49 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gunung Slamet adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah yang memiliki elevasi 3.432 mdpl. Di lereng gunung ini, terdapat banyak obyek wisata alam yang sangat indah.

Curug Jenggala dan Pancuran Pitu (Pancuran Tujuh) merupakan obyek wisata alam yang berada di lereng Gunung Slamet. Mengunjungi kedua tempat tersebut merupakan perpaduan antara healing dan olahraga. Kamu akan dimanjakan oleh pesona alam pegunungan yang indah dan tentunya aktivitas fisik yang menyehatkan.

Menurut panduan Google Maps, dari Purwokerto menuju ke Curug Jenggala berjarak 18 km. Kamu akan melewati obyek wisata Curug Bayan, lewat jalan disampingnya, lalu naik mengikuti jalan tersebut.

Di bulan Januari kemarin, saya berkesempatan mengunjungi Curug Jenggala dan Pancuran Pitu. Ke Curug Jenggala merupakan kunjungan saya yang pertama kali, sedangkan ke Pancuran Pitu sudah yang kesekian kalinya.

Saya memulai trekking ke Curug Jenggala dan Pancuran Pitu dari Dusun Cipagu, Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Warga Dusun Cipagu memanfaatkan halaman rumahnya sebagai tempat parkir. Saya pun memarkir kendaraan disitu. Walaupun di musim hujan, antusias orang untuk berwisata di hari sabtu masih cukup banyak. 


(Dokumentasi pribadi)
(Dokumentasi pribadi)

Sempat turun hujan gerimis. Saya menunggu sebentar di lokasi parkir sampai hujan reda. Menurut prakiraan cuaca dari aplikasi BMKG, hari sabtu itu akan turun hujan gerimis. 

Informasi inilah yang membulatkan tekad saya untuk tetap berwisata di Kecamatan Baturraden walaupun di musim hujan. Toh hanya gerimis. Namun di dalam tas sudah saya siapkan jas hujan tipis, sehingga nyaman dipakai, tidak mengganggu ketika berjalan.

Saat itu sedang ada perbaikan jalan, sehingga jalan beton kecil didekat tempat parkir tak bisa dilalui oleh kendaraan roda dua. Sehingga bagi yang ingin berwisata ke Curug Jenggala harus melanjutkan dengan berjalan kaki. Estimasi jarak sampai ke Curug Jenggala sekitar 2 km. Tidak terlalu jauh. 

Suasana alam pedesaan sejuk menemani perjalanan saya. Disebelah kanan, lahan sawah berundak-undak terlihat sangat indah walaupun belum ditanami. Suara aliran air dari Gunung Slamet melengkapi suasana asri dusun ini.

Tak lama berjalan saya menjumpai area glamping menghadap ke sungai dengan latar belakang perbukitan hijau di lereng Gunung Slamet. Glamping adalah cara nyaman berkemah dengan fasilitas yang memadai. Kamu akan bisa tidur nyenyak di "tenda." Liburanmu jadi lebih menyenangkan sambil menikmati keindahan alam disekitarnya. 

Area glamping menghadap ke sungai (Dokumentasi pribadi)
Area glamping menghadap ke sungai (Dokumentasi pribadi)

Dari dekat area glamping ada percabangan jalan. Ke arah kanan menuju ke Curug Jenggala, sedangkan ke arah kiri, kamu nanti akan menjumpai pipa raksasa, yaitu sepasang pipa Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Ketenger. 

Kolam tando air berada di dekat loket masuk Curug Jenggala, sedangkan pembangkit listrik dan kantornya berada di Desa Melung, Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas.

(Dokumentasi pribadi)
(Dokumentasi pribadi)

Trek yang naik turun mengikuti sepasang pipa besar ini merupakan salah satu jalur favorit bagi beberapa komunitas Hash House Harrier di Purwokerto, yaitu komunitas jalan sehat/lari lintas alam. Mereka biasanya melakukan aktivitas olahraga tersebut pada hari sabtu atau minggu pagi. 

Dalam perjalanan menuju ke Curug Jenggala, saya berhenti di sebuah warung yang ada toiletnya. Setelah memakai toilet cukup membayar Rp. 2.000. Ketika mengetahui di warung itu juga menjual Pecel Bunga Kecombrang dan Tempe Mendoan, saya pun memutuskan untuk makan siang dulu. 

Saat itu jarum jam pun sudah menunjukkan pukul 11:30 WIB. Sudah saatnya untuk makan siang, sehingga stamina akan lebih kuat untuk melanjutkan perjalanan.

(Dokumentasi pribadi)
(Dokumentasi pribadi)

Pecel Bunga Kecombrang, Tempe Mendoan dan Es Badeg

Purwokerto adalah ibu kota dari Kabupaten Banyumas. Selain wisata alamnya yang menarik untuk dikunjungi, ketika kamu berwisata di seputar Kecamatan Baturraden, jangan lupakan untuk mencoba mencicipi Pecel Bunga Kecombrang. 

Menurut saya, rasanya enak dan unik. Memiliki citarasa khas yang membedakan pecel dari daerah lain. Itu karena ada tambahan bunga kecombrang. Namun, suka atau tidaknya tentunya tergantung selera tiap individu.

Kusmiati (48) sudah berjualan Pecel Bunga Kecombrang sejak 5 tahun yang lalu, hampir bertepatan dengan dibukanya obyek wisata Curug Jenggala, katanya. 

Satu porsi Pecel Bunga Kecombrang di hargai Rp12.000, dengan bumbu kacang yang "luget", mencampur aneka sayuran yang direbus atau dikukus, yang terdiri dari kangkung, tauge, sawi putih, labu siam, dan tentunya bunga kecombrang yang dikukus, dan juga irisan ketupat. 

Yang saya suka, Bu Kusmiati tidak pelit memberi bumbu. Bahkan ia sempat bertanya pada saya apa perlu di tambah bumbu lagi. Menurut saya, bumbu kacangnya pas sekali racikannya dan banyak. Pedesnya pun bisa menyesuaikan dengan selera pembeli. Tinggal bilang mau pedes atau sedang.

Bunga kecombrang berwarna merah muda sering dimanfaatkan sebagai bumbu penyedap masakan. Di daerah Kabupaten Banyumas, kecombrang yang dikukus dijadikan bahan dari pecel khas Banyumas. 

Rasanya wangi menambah aroma rasa pecel. Sangat kontras dengan rasa sayuran lain yang menyertainya. Justru itu yang saya suka, memacu nafsu makan saya. Namun tentunya tidak semua orang bisa menikmati rasa bunga kecombrang. 

Pecel Bunga Kecombrang (Dokumentasi pribadi)
Pecel Bunga Kecombrang (Dokumentasi pribadi)

Menikmati Pecel Bunga Kecombrang akan semakin nikmat jika ditemani dengan tempe mendoan hangat. Setelah meracik pecel, bu Kusmiati lalu menggoreng beberapa tempe mendoan yang sudah dicelup kedalam tepung berbumbu. 

Tekstur tempe mendoan khas Purwokerto (Banyumas) lembut dan basah. Paling nikmat dimakan selagi hangat sambil menggigit cabe rawit segar. Empat biji mendoan harganya Rp. 10.000.

Tempe Mendoan (Dokumentasi pribadi)
Tempe Mendoan (Dokumentasi pribadi)

Untuk minumannya saya memesan Es Badeg. Satu gelasnya Rp. 5.000. Minuman khas Banyumas ini terbuat dari sari bunga kelapa (manggar), merupakan bahan dasar dalam pembuatan aren. Manggar disadap lalu diambil niranya. Menurut saya, kalau seandainya di tambah sedikit gula jawa atau gula aren pasti rasanya lebih nikmat.

Es Badeg (Dokumentasi pribadi)
Es Badeg (Dokumentasi pribadi)

(Dokumentasi pribadi)
(Dokumentasi pribadi)

Selesai istirahat makan siang, saya lalu melanjutkan perjalanan lagi. Sisa mendoan dua biji saya bungkus plastik buat dimakan nanti. Saya melalui jalanan setapak berupa batuan kecil yang diratakan, namun terkadang saya memilih berjalan di atas rumput karena lebih terasa nyaman di kaki. 

Saya segera menyadari, banyak wisatawan lebih memilih ke Curug Jenggala berjalan kaki. Pengendara sepeda motor tentunya tak akan nyaman melalui jalan ini.

Di perjalanan saya menjumpai ada dua warung lagi. Setelah melewati trek sempit menanjak, sampailah saya di sebuah tempat di mana ada kolam penampungan air yang dipagar keliling. Inilah Kolam Tando Harian (KTH) PLTA Ketenger yang dibangun pada tahun 1938.

Kolam Tando Harian PLTA Ketenger (Dokumentasi pribadi)
Kolam Tando Harian PLTA Ketenger (Dokumentasi pribadi)

Saya mengikuti jalan kecil sepanjang kolam tando, diujungnya adalah loket Kawasan Wisata Alam Jenggala Kalipagu. Obyek wisata alam ini buka setiap hari mulai pukul 7:30--16:30 WIB. Harga tiket masuk Rp15.000 per orang. Dari loket masuk sampai ke Curug Jenggala, estimasi waktu tempuh sekitar 15 menit (500 m).

Wisata Alam Jenggala yang sejuk dan asri (Dokumentasi pribadi)
Wisata Alam Jenggala yang sejuk dan asri (Dokumentasi pribadi)

Wisata Alam Jenggala

Wisata Alam Jenggala menyajikan pemandangan alam yang sangat indah serta udaranya yang sejuk khas pegunungan. Saya menapaki cukup banyak anak tangga melalui taman yang asri, cantik tertata rapi. Fasilitas yang tersedia pun cukup memadai, seperti mushola, toilet, warung, shelter untuk duduk beristirahat sambil menikmati indahnya panorama alam, dan ada juga spot foto instagamable yaitu selfie deck berbentuk love.

Dari atas bukit ada anak tangga menurun menuju ke Curug Jenggala, melewati jembatan kecil menyeberangi sungai dengan aliran air yang cukup deras. 

Ada tiga air terjun sejajar dengan tinggi sekitar 30-an meter. Suara gemuruh air terjun yang khas sungguh mengagumkan, membuat hati terasa damai. Inilah musik alam yang memecah keheningan lereng Gunung Slamet. Setiap pengunjung terlihat menikmati karya Tuhan dengan versinya masing-masing.

Di sini ada larangan bagi pengunjung untuk tidak berenang di curug yang memiliki kedalaman 5 meter. Air dari gunung terasa dingin dan segar di kulit ketika tangan saya menyentuhnya. Saya pun tidak berani terlalu mendekat ke curug, batu-batunya licin dan menghindari bahaya banjir bandang di musim hujan yang bisa datang tiba-tiba.

Curug Jenggala (Dokumentasi pribadi)
Curug Jenggala (Dokumentasi pribadi)

Sempat Tersesat di Hutan Gunung Slamet

Di area Wisata Jenggala ada petunjuk arah ke Curug Penganten. Tertulis jalan kaki kelokasi curug membutuhkan waktu 1 jam 30 menit. Saya pun jadi tertarik untuk kesana, walaupun tidak tahu seperti apa tempatnya karena ini diluar rencana semula. 

Saya berpikir, kalau jalan lebih cepat, mungkin 1 jam bisa sampai ke tujuan. Saya pun kesana. Setelah melewati hutan bambu, vegetasinya mulai beragam, lalu menyeberang aliran sungai kecil dengan airnya yang dingin dan jernih. 

Saya sudah berjalan selama 30 menit dan melalui trek yang menanjak cukup curam, namun akhirnya menemui jalan buntu. Petunjuk arah hanya ada di awal perjalanan. Saya menyadari saya telah tersesat di hutan Gunung Slamet yang konon tempatnya "wingit." Lalu saya putuskan kembali turun, tidak jadi ke Curug Penganten. 

Di perjalanan turun, saya berusaha mengingat trek yang tadi saya lalui karena ada sedikit perbedaan. Puji Tuhan akhirnya bisa sampai ke lokasi wisata Jenggala dengan selamat. 

Trek menuju Curug Pengantin(Dokumentasi pribadi)
Trek menuju Curug Pengantin(Dokumentasi pribadi)

Sebelum menuju ke Pancuran Tujuh, saya bilang ke seorang petugas di obyek wisata Jenggala bahwa trek menuju ke Curug Penganten sebagian terhalang pohon dan pohon bambu yang tumbang. Petugas tersebut meresponnya dengan baik, dan mengatakan besok akan merapikan jalur tersebut.

Dari lokasi Wisata Jenggala menuju ke Pancuran Tujuh hanya berjarak sekitar 1.2 km. Jalan menuju kesana mengikuti saluran irigasi sampai nanti ketemu sungai. Trek cukup datar jadi tak menguras stamina, namun tetap harus hati-hati karena berjalan disamping aliran air yang deras. Untuk memasuki kawasan Pancuran Pitu saya tidak perlu membayar lagi.

Trek menuju ke Pancuran Pitu(Dokumentasi pribadi)
Trek menuju ke Pancuran Pitu(Dokumentasi pribadi)

Tebing Selirang

Sampailah saya di Tebing Selirang. Tebing batu tinggi berwarna kuning lemon. Air panas belerang dari Pancuran Pitu mengalir menuruni tebing itu lalu bercampur dengan air sungai. 

Di bagian tengah Tebing Selirang ada tempat yang datar sehingga tempat itu dinamakan Pemandian Selirang. Saya lihat seorang lelaki dan wanita sedang duduk menikmati kucuran air belerang hangat. Sedangkan di shelter kayu ada anak kecil sedang dipijat dengan lumpur belerang.

Tebing Selirang (Dokumentasi pribadi)
Tebing Selirang (Dokumentasi pribadi)

Pancuran Pitu 

Untuk menuju ke area Pancuran Pitu, saya harus melewati anak-anak tangga yang cukup terjal. Bisa sambil melatih kardio. Berwisata sekaligus berolahraga, pikirku.

Pancuran Pitu adalah aliran tujuh air panas yang mengandung belerang yang berada dekat magma Gunung Slamet. Lokasinya dikelilingi kawasan hutan yang masih asri sehingga udaranya segar dan sejuk.

Air dengan kandungan belerang yang tinggi dipercaya baik untuk kesehatan kulit. Di lokasi Pancuran Pitu, disediakan kamar mandi untuk berendam air hangat yang mengandung belerang, cukup dengan membayar Rp. 5.000 saja. 

Kamu bisa juga cuci tangan dan kaki langsung dari air yang mengalir dari Pancuran Pitu, namun airnya cukup panas jadi sedikit-dikit saja ya?

Pancuran Pitu (Dokumentasi pribadi)
Pancuran Pitu (Dokumentasi pribadi)

Jika kamu ingin merasakan sensasi pijat lulur dengan bubuk belerang, beberapa warga lokal yang tergabung dalam Paguyuban Pijat Pancuran Pitu siap memberikan jasa pijat:

Pijat kaki Rp20.000

Pijat kaki dan tangan Rp30.000

Paket komplit biasa (kaki, tangan, punggung, kepala) Rp40.000

Paket full body Rp50.000

Sekitar enam tahun yang lalu, ketika ke Pancuran Pitu, saya pernah merasakan kaki dan tangan dipijat lulur belerang. Pijatannya enak, kaki yang pegel sehabis jalan langsung terasa nyaman. Namun sayangnya pijatannya cuma sebentar, durasi waktunya seharusnya ditambah lagi. 

Jadi ketika kamu berada di Pancuran Pitu dan ingin dipijat lulur belerang, alangkah baiknya menanyakan durasi waktunya terlebih dahulu, sehingga bisa menuntukan paket pijat yang diinginkan.

Pancuran Pitu (Dokumentasi pribadi)
Pancuran Pitu (Dokumentasi pribadi)

Di area Pancuran Pitu ada beberapa warung dan tempat ganti pakaian. Selain itu ada juga spot menarik yang baru saya lihat. Dari sini, kamu bisa menikmati panorama alam indah lereng Gunung Slamet dari ketinggian.

Melihat view pegunungan indah di Pancuran Pitu (Dokumentasi pribadi)
Melihat view pegunungan indah di Pancuran Pitu (Dokumentasi pribadi)

Tak terasa sudah hampir pukul 15:00. Saya tak ingin berlama-lama disini, sayapun bergegas meninggalkan lokasi Pancuran Pitu kembali ke Dusun Cipagu, lalu menuju ke Purwokerto, dan menginap di rumah ibu, orang tua satu-satunya yang masih diberkati Tuhan umur panjang.

Terima kasih sudah membaca artikel ini. Salam wisata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun