Jalan kaki pagi hari merupakan salah satu aktivitas olahraga yang cukup diminati oleh masyarakat Indonesia. Hampir semua orang bisa melakukannya karena tidak membutuhkan skill khusus.
Alasan berolahraga di pagi hari karena udara masih segar, sejuk dan lalu lintas masih lenggang sehingga nyaman minim polusi.
Mungkin ada sebagian orang yang menganggap remeh aktivitas jalan kaki karena kurang menarik atau menantang. Sehingga lebih suka memilih jenis olahraga aerobik yang lain atau jenis olahraga permainan yang lebih seru.
Namun pada kenyataannya jalan kaki selain menyehatkan badan juga bisa menjadi sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang daerah yang kita lalui. Asalkan aktivitas jalan kaki tersebut bukan di dalam kompleks perumahan sendiri namun di tempat lain yang kita kurang familiar.
Pada suatu pagi seperti biasa saya berolahraga jalan kaki. Kali ini melintasi desa Sraten lalu Rowosari. Keduanya  berada di kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Sudah beberapa kali saya melewati rute ini. Dari Desa Rowosari saya berjalan menuju Desa Kalibeji menapaki jalan rabat beton. Jalan yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Semarang ini sumber dananya berasal dari Dana Desa tahun 2019. Jalan rabat beton ini berperan penting menghubungkan kedua desa tersebut yang membelah sawah luas di kanan kirinya.
Panorama pagi terlihat begitu indah. Ketika itu hamparan padi luas menguning sebentar lagi dipanen. Ada juga yang sudah dipanen. Diujung jalan pepohonan berjejer seperti pagar yang menandakan keberadaan Dusun Cebur, Kalibeji. Di kejauhan pun Gunung Merbabu, Gajah, Telomoyo dan Gunung Kendil membingkai dasar langit biru dengan eloknya.
Desa Rowosari terletak di tepi Rawa Pening dan sebagian areanya merupakan persawahan. Desa ini juga dikenal sebagai produsen dan pengrajin telur asin. Banyak warga desa Rowosari yang beternak bebek. Ketika sawah sudah selesai di panen, akan meninggalkan banyak makanan buat ternak bebek mereka. Pengembala bebek biasa terlihat disini.
Tak terasa saya sudah memasuki Dusun Cebur, Kalibeji yang asri dengan banyak pepohonan. Daerah ini masih berada di wilayah Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.
Satu hal yang menarik bagi saya  adalah keberadaan Cagar Budaya Watu Gentong di Dusun Cebur. Di depan dan belakang ada rumah penduduk. Rumah penduduk yang lainnya agak jauh, sedangkan disebelah kanan masih tanah pekarangan. Maaf saya tak ingat arah mata anginnya waktu itu. Namun secara umum lokasi Cagar Budaya tersebut agak terpisah dari pemukiman.
Lokasi Watu Gentong sudah dipagar tembok keliling pendek dan beratap namun terkesan ala kadarnya dan masih bisa dimasuki. Ada papan yang bertuliskan bahwa situs sejarah ini dilindungi oleh Undang-undang. Namun sayangnya sudah kusam tak bisa terbaca dengan jelas. Didekat lokasi Cagar Budaya ada kuburan desa dimana banyak batu-batu yang seperti bekas sebuah candi ada di dalam kompleks makam.
Menurut keterangan dari beberapa warga lokal yang saya temui, informasi ini yang saya dapatkan: Ditemukannya peninggalan sejarah masa Hindu di Dusun Cebur bermula ketika masyarakat desa tersebut berniat membangun sebuah masjid. Ketika digali pondasi ditemukanlah batu-batu candi. Sehingga tempat tersebut tidak jadi dibangun masjid.
Sebagian batu-batu candi dipindahkan ke makam leluhur sebagai pembatas pinggiran makam seperti di foto sebelumnya. Masih menurut penuturan seorang warga waktu kami berbincang di dalam lokasi makam. Suatu hari ada orang "kota" datang naik mobil lalu mengambil patung kuda, kerbau dan patung kambing dari lokasi situs Watu Gentong.
Sayangnya sekarang yang tersisa di lokasi hanya sebuah yoni yang atasnya berlubang berisi air. Di bagian bawah batu yoni ada pahatan berbentuk naga dan kura-kura. Disekitarnya ada beberapa batu. Itulah yang tersisa yang bisa saya lihat.
Dinamakan Watu Gentong mungkin karena yoni itu bisa untuk menyimpan air. Ini hanya pendapat pribadi saya saja. Dan menurut kepercayaan warga lokal, konon dulu Watu Gentong sempat ada tutupnya lalu kemudian terbang ke Danau Rawa Pening yang lokasinya tak jauh.
Inilah sekilas pengalaman pribadi saya ketika jalan kaki pagi hari ke Dusun Cebur, Kalibeji. Semoga bermanfaat. Salam olahraga dan literasi.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI