Lokasi Watu Gentong sudah dipagar tembok keliling pendek dan beratap namun terkesan ala kadarnya dan masih bisa dimasuki. Ada papan yang bertuliskan bahwa situs sejarah ini dilindungi oleh Undang-undang. Namun sayangnya sudah kusam tak bisa terbaca dengan jelas. Didekat lokasi Cagar Budaya ada kuburan desa dimana banyak batu-batu yang seperti bekas sebuah candi ada di dalam kompleks makam.
Menurut keterangan dari beberapa warga lokal yang saya temui, informasi ini yang saya dapatkan: Ditemukannya peninggalan sejarah masa Hindu di Dusun Cebur bermula ketika masyarakat desa tersebut berniat membangun sebuah masjid. Ketika digali pondasi ditemukanlah batu-batu candi. Sehingga tempat tersebut tidak jadi dibangun masjid.
Sebagian batu-batu candi dipindahkan ke makam leluhur sebagai pembatas pinggiran makam seperti di foto sebelumnya. Masih menurut penuturan seorang warga waktu kami berbincang di dalam lokasi makam. Suatu hari ada orang "kota" datang naik mobil lalu mengambil patung kuda, kerbau dan patung kambing dari lokasi situs Watu Gentong.
Sayangnya sekarang yang tersisa di lokasi hanya sebuah yoni yang atasnya berlubang berisi air. Di bagian bawah batu yoni ada pahatan berbentuk naga dan kura-kura. Disekitarnya ada beberapa batu. Itulah yang tersisa yang bisa saya lihat.
Dinamakan Watu Gentong mungkin karena yoni itu bisa untuk menyimpan air. Ini hanya pendapat pribadi saya saja. Dan menurut kepercayaan warga lokal, konon dulu Watu Gentong sempat ada tutupnya lalu kemudian terbang ke Danau Rawa Pening yang lokasinya tak jauh.
Inilah sekilas pengalaman pribadi saya ketika jalan kaki pagi hari ke Dusun Cebur, Kalibeji. Semoga bermanfaat. Salam olahraga dan literasi.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI