Penampilan adalah segalanya, setidaknya itu yang sering kita temui dikehidupan kita. Tidak terhitung banyak polisi, pedagang, pengamen, hingga pegawai supermarket yang menjadi terkenal di dunia maya hanya karena memiliki paras rupawan.Â
Berpenampilan menarik (entah apa maksudnya) bahkan menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan pekerjaan. Jika kamu mau makan hari ini, jadilah menarik. Citramu dimata orang akan menentukan apa kau pantas bernafas atau tidak. Lelucon yang menarik.
Kehidupan seolah berputar pada citra yang telah kita bangun didepan cermin setiap harinya. Jika kamu mengikuti lomba pidato, kamu pastilah akan merancang kalimat terbaik yang dapat menggugah pikiran serta emosi juri dan penonton.Â
Dengan intonasi yang mantap, kamu menatap cermin dan berlatih. Setiap penggalan kata seolah diarahkan pada ribuan penonton. Namun ditempat itu hanya kamu dan bayanganmu seorang. Semua itu kamu lakukan untuk meyakinkan dirimu sendiri, bahwa kamu pantas untuk mendapat tepuk tangan dari orang lain.
Tidak seperti lomba pidato, Hidup tidak memberimu nilai yang baku. Tidak ada juri yang mengangkat papan dengan angka 1-10 untuk memberitahu sejauh mana kamu berkembang. Tidak ada tepuk tangan yang menggelegar. Namun kita tetap saja bertingkah seolah setiap hari adalah ujian. Setiap mata yang melihat adalah hakim yang menentukan siapa dirimu.Â
Diri kita hanya ada satu, namun kita membiarkannya menjadi seribu. Persepsi orang lain bukan urusanmu. Kita tidak sedang diuji, kehidupan bukanlah ujian yang mengharapkan jawaban melainkan sebuah realitas yang tinggal dijalani.Â
Kamu sering mendengar kata "Jadilah dirimu sendiri" namun bagaimana kamu dapat melakukannya jika kamu terlalu takut untuk melihat kedalam cermin dan memahami bayangan itu?
 Bayangan itu tidak membutuhkan persepsi orang lain. Ia membutuhkan kita, penggalan dari dirinya, satu-satunya kebenaran akan siapa individu yang menjadi tempat ia tinggal. Jadi, sudahkah ngaca hari ini?