Kepada Yth.
Negara
di Tempat
Saya, Kebudayaan,
yang kalian panggil saat ingin terlihat beradab,
yang kalian pajang saat ingin merayu dunia,
yang kalian kutip dalam pidato,
tapi kalian tinggalkan di ruang tunggu
ketika kekuasaan mulai berbicara sendiri.
Saya tidak lahir dari undang-undang.
Saya tumbuh dari tanah yang tak kalian kunjungi,
dari lumbung yang tak masuk statistik,
dari nyanyian tua yang tak kalian izinkan masuk kurikulum.
Kalian mengaku melindungiku.
Tapi siapa yang kalian lindungi sebenarnya?
Apakah saya?
atau merek dagang yang kalian beri nama "warisan budaya"?
Faktanya,
mengapa setiap kali kalian menyebut saya,
selalu ada proyek, kontrak, dan kamera.
Kalian menyebutnya "diplomasi budaya".
Baiklah. Coba jawab ini!
Apakah diplomasi itu saat kalian mengirim tarian?
tanpa tahu siapa yang meraciknya?
Atau saat kalian bawa kerajinan rakyat ke luar negeri,
sementara pembuatnya, beli beraspun susah?
Apakah itu diplomasi,
atau sekadar promosi?
Kalian pamerkan tubuh saya,
tapi menutup mulut saya?
Negara,
saya bukan kosmetik untuk wajah kalian yang lelah.
Saya bukan pelayan untuk jamuan pejabat.
Saya bukan selingan hiburan
antara sambutan dan makan siang.
Saya adalah tubuh rakyat yang tak pernah kalian sentuh.
Saya adalah cara mereka bertahan
saat negara tak hadir.
Saya adalah nilai yang tak pernah kalian baca,
karena kalian sibuk mengejar nilai tukar.