Melihat fenomena rendahnya angka pendidikan di pedesaan, penulis akan mencoba menyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor tersebut ialah, (1). Pola pikir, (2). Fasilitas, dan (3). Lokasi.
1. Pola pikir
Secara psikologi, pola pikir merupakan suatu keyakinan organisme/individu dalam memandang dan membangun dunia dan diri sendiri. Psikolog Carol Dweck berpendapat, bahwa "keyakinan Anda memainkan peran penting apa yang anda inginkan dan apakah Anda dapat mencapainya". Jadi, secara psikologi, seseorang akan berhasil terhadap pekerajaannya jikalau Ia meyakini akan keberhasilan tersebut. Dan begitupun sebaliknya, jika keyakinan sudah tidak ada, maka keberhasilan pun tentu akan minim, sebab dari keyakinan ini semangat serta optimisme akan tumbuh.
Kembali pada pola pikir masyarakat pedesaan akan pentingnya sebuah pendidikan. Masyarakat pedesaan memiliki pola pikir yang tetap kuno, seperti buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau tetap menganggur, kalau tetap bekerja di sawah, kalau tetap tidak hidup mapan. Dan buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau kalau berakhir di dapur juga, bagi wanita. Sebagaimana pengertian pola pikir, yakni keyakinan dalam memandang dan membangun dunia, maka pola pikir seperti ini menjadi penghambat dalam meningkatnya kualitas dan meratanya pendidikan di Indonesia. Sebab, tidak ada optimisme dalam pola pikir masyarakat pedesaan.
2. Fasilitas
Menurut KBBI, fasilitas merupakan sebuah sarana yang diciptakan untuk melancarkan suatu pekerjaan atau suatu program. Jika pendidikan adalah tujuan, maka fasilitasnya adalah sekolah. Semua setuju jika banyak sekolah-sekolah berkualitas di Indonesia, bahkan dalam satu kabupaten, Kita bisa mencarinya dengan mudah, baik sekolah swasta atau negeri. Namun, di daerah-daerah pedesaan, tidak ada sekolah favorit, sebab sekolah hanya ada satu bagi sebuah Sekolah Dasar, atau tiga yang tersebar di dusun berbeda.
Bukan bermaksud memberi komentar negatif, akan tetapi sudah menjadi rahasia umum jika sekolah-sekolah di pedesaan dianggap sebagai sekolah yang tidak maju. Anggapan ini bukan tanpa alasan, sebab sedikitnya siswa dan siswi, minimnya fasilitas yang disediakan sekolah dan rendahnya prestasi menjadi sebab munculnya anggapan ini. Namun, anggapan ini tidak penting, sebab para tenaga pengajar di sekolah-sekolah pedesaan patut diapresiasi. Sebab, segala kekurangan yang dimiliki sekolah tidak menyurutkan semangat dalam mentransfer ilmu.
Kendala sesungguhnya dalam penghambat meratanya pendidikan terletak pada jenjang sekolah menengah. Mengapa kendala muncul di sekolah menenagah? Kembali pada pola pikir masyarakat, di pedesaan tidak sedikit yang memilih tidak melanjutkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi dengan berbagai alasan, yang mungkin salah satunya adalah ekonomi. Selain alasan lainnya, SMP berbeda dengan SD yang ada di setiap Desa, SMP cenderung berdiri 1 buah dalam satu kecamatan. Dan dalam beberapa kasus, masih banyak daerah-daerah yang jauh dari SMP terdekat, yang kemudian memunculkan problem baru, yakni jarak dan waktu.
3. Lokasi