Ini lucu, seharusnya tempo hari kita tertawa lebih lantang lagi. Toh ya klise selalu kembali terjadi dan menggunakan pola yang sama, hal ini sempat membuat kebosanan hinggap di kepala saya yang kosong lalu dengan seketika menjalar ke seluruh tubuh. Pertama, DPR aka Dewan Perfek Rakyat harus mempertanggung jawabkan segala keputusan yang diambilnya. Pencanangan RUU tersebut memancing polemik. Apalagi hal tersebut terjadi ditengah krisis pandemi. Masyarakat sudah semestinya untuk tidak buta dan mau membaca. Terbukti dengan berbagai demonstrasi yang terjadi.Â
Baca :Â Dilematis Paham Rasionalisme dan Paham Saintisme
Saya adalah tipikal orang yang tidak mau susah. Maksudnya juga pernah susah. Sehingga bosan jika diharuskan bersusah-susah kembali. Tapi coba kita kesampingkan hal-hal semacam itu terlebih dahulu. Kita tau benar dengan keadaan yang saat ini mau tidak mau harus kita terima sebuah kenyataan bahwa dunia memang sempit dan kecil. Kenyataannya yang kita lawan tidak hanya pandemi. Kita dihadapkan dengan realitas sosial yang berbeda sama sekali dengan apa yang kita jalani seperti sebelum-sebelumnya. Barang kali gusti memang doyan membuat kita termakan oleh kecerdasan manusia itu sendiri.
Baca Juga :Â Mengupas Kebiasaan Masyarakat Era Kenormalan Baru
Mungkin saja. Tapi kita harus tetap berpijak pada rasionalitas. Persetan dengan omong kosong. Orang-orang yang menjabat sebagai DPR tadi seharusnya malu. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga terjadi secara tidak alami. Hanya saja belakangan ini saya terus saja dibuat terheran-heran bagaimana mungkin kita harus dipaksa hidup dengan beban yang tidak sepele ini. Ini bukan pesimisme. Sedikit satir dengan bumbu humor. Mari berpesta.
Artikel Lainnya : PJJ dan AbsurditasÂ