Mohon tunggu...
Arindha Sukma
Arindha Sukma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S2 Pendidikan Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia

Saya adalah seorang mahasiswa S2 Pendidikan Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia tahun masuk 2021. Fokus bidang yang saya pilih ialah Pemberdayaan Masyrakat. Saya menyukai dunia broadcasting (presenter, repoter, dan announcer). Senang berwisata edukasi dan membuat konten video ataupun tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Eksistensi Pewarisan Masyarakat Rajut Melalui Intergenerasional Learning

26 Mei 2023   14:21 Diperbarui: 26 Mei 2023   15:26 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Observasi Kampung Rajut

Masyarakat merupakan kumpulan individu yang hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu, dengan cara bertindak dan saling berinteraksi satu sama lain. Sebagaimana yang disampaikan oleh Setiadi (dalam jurnal Tejokusumo 2014) bahwa masyarakat merupakan manusia yang senantiasa berhubungan (berinteraksi) dengan manusia lain dalam suatu kelompok. Masyarakat terdiri dari beragam lapisan dan kelompok, seperti keluarga, komunitas, suku, agama, dan lain sebagainya, yang memiliki kepentingan dan tujuan yang berbeda-beda. Dalam konteks pembangunan atau pemberdayaan, masyarakat memegang posisi yang sangat penting, karena pembangunan yang berkelanjutan dan pemberdayaan yang efektif hanya dapat terwujud jika masyarakat menjadi objek dan subjek utama dalam proses tersebut. Hal ini sejalan dengan pernyataan Herdiana (2019) dapat dikatakan masyarakat dalam proses pengembangan dan pemberdayaan ditempatkan dalam dua posisi sekaligus; Pertama sebagai objek yang memiliki hak untuk turut menentukan pengembangan program yang akan dilaksanakan. Kedua, sebagai subjek yang harus mendapat manfaat dan keuntungan dalam pengembangan program.

Pengoptimalan terhadap potensi SDM melalui program pemberdayaan yang berbasis pada potensi daerah atau kearifan lokal tentunya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut  Wulandari (2019) pengoptimalan SDM berbasis kearifan lokal juga menjadi salah satu bentuk upaya pelestarian terhadap kearifan lokal dengan cara melakukan transfer knowledge melalui pemberdayaan masyarakat sehingga mampu menumbuhkan rasa cinta akan kearifan lokal sejak dini, menciptakan lapangan pekerjaan, memberikan ruang budaya yang bisa mengapresiasikan kearifan lokal itu sendiri dan kegiatan- kegiatan positif dalam rangka menguatkan kearifan lokal di lingkungan sekitar.

Dalam konteks masyarakat di Kampung Rajut Binong Jati, Kota Bandung, upaya eksistensi pewarisan merajut terus dilakukan melaui berbagai program pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan intergenerasional learning . Keterampilan merajut yang sudah ada sejak tahun 1960-an sudah menjadi warisan budaya yang diturunkan secara turun temurun dari generasi ke generasi dan sudah menjadi kearifan lokal yang terus dijaga dan dilestarikan.

Sejarah Kampung Rajut Binong 

Kampung Rajut Binong Jati berada di Jalan H. Ibrahim Adjie, Gang Masjid IV No. 28, RT 06/ RW 05, Kelurahan Binong Batununggal, Kota Bandung Jawa Barat. Mayoritas mata pencaharian penduduk pada kawasan Binong Jati terkonsentrasi lebih dari 80 % usaha rajutan atau sekitar 400-an unit usaha rajutan. Kegiatan merajut ini sudah berlangsung sejak tahun 1960-an yang merupakan suatu keterampilan yang sudah diwariskan secara turun temurun. Cikal bakal industri rajutan Binong Jati dimulai sejak tahun 1960. Sebelumnya, penduduk Binong Jati banyak yang menjadi buruh di pabrik-pabrik rajutan milik pedagang Tionghoa di Kota Bandung. Namun, dengan meningkatnya permintaan rajutan, pedagang Tionghoa meminta para buruh mengerjakan rajutan di rumah. Mereka dibekali mesin rajut dan wajib menyetorkan produksinya sesuai dengan permintaan majikan. Tingginya permintaan membuat sejumlah buruh bisa menabung sehingga mampu membeli mesin sendiri. Sambil mengerjakan pesanan majikan, mereka juga mengajar beberapa orang di Binong Jati mengerjakan baju rajutan. Tahun 1975, hanya ada tiga pabrik (industri) rajutan di Binong Jati. Namun, karena permintaan dari Pasar Baru Bandung cukup banyak, penduduk Binong Jati mulai ikut membuat pabrik-pabrik rajutan.

Intergenerasional Learning kepada Masyarakat Rajut Binong

Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 8 Mei 2023 dengan tokoh  penggerak Kampung Rajut Binong Jati Eka Rahmat Jaya (35 tahun), mengatakan bahwa masyarakat Binong Jati mau mempertahankan tradisi merajut terbukti dengan tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan dengan pendekatan Intergenerasional Learning. Intergenerasional Learning (Pembelajaran Antargenerasi) mengacu pada proses transfer pengetahuan antara individu dari generasi yang berbeda. Jenis pembelajaran ini dapat terjadi di berbagai setting, seperti di keluarga, masyarakat, sekolah, dan tempat kerja. Transfer pengetahuan bisa dari individu yang lebih tua ke individu yang lebih muda atau sebaliknya, dan itu bisa melibatkan berbagai keterampilan dan pengetahuan, termasuk keterampilan praktis, tradisi budaya, dan peristiwa sejarah. Menurut Lase and Daeli (2020) pembelajaran antar generasi juga dapat membantu menjembatani kesenjangan antara kelompok usia yang berbeda, meningkatkan kohesi sosial, dan menumbuhkan rasa saling menghormati dan pengertian. khususnya generasi muda sehingga mulai bermunculan kelompok-kelompok pengrajin rajut yang terbentuk di sana. Tokoh penggerak di Binong Jati yang berperan penting dalam membuat Kampung Rajut menjadi sukses dan tetap eksis mewarisi keterampilan merajut adalah Eka Rahmat Jaya. Beliau membuat program pemberdayaan masyarakat yaitu "Merajut Asa" melalui intergenerasional learning yang bertujuan untuk membangkitkan dan mempertahankan kembali tradisi merajut di Binong Jati. Selain itu tentunya masyarakat dapat memperoleh penghasilan tambahan dan dapat meningkatkan taraf hidup mereka secara berkelanjutan. Menurut Pitaloka and Putri (2021) pembelajaran antargenerasi adalah cara penting untuk melestarikan tradisi budaya dan mewariskannya kepada generasi mendatang. Itu juga dapat mempromosikan rasa saling menghormati dan pengertian antara kelompok usia yang berbeda, mengurangi usia, dan meningkatkan kesejahteraan individu dan komunitas. Pembelajaran antar generasi mengacu pada proses belajar dan bertukar pengetahuan, keterampilan, dan nilai antara individu dari generasi yang berbeda.

Berikut adalah proses pembelajaran antargenerasi (Intergenerasional Learning) pada masyarakat rajut Binong, diantaranya sebagai berikut:

  • Pengenalan: Tahap ini melibatkan pengenalan antara generasi yang berbeda, baik melalui pertemuan secara langsung maupun melalui teknologi seperti video call atau media sosial.
  • Membangun hubungan: Setelah pengenalan terjadi, tahap selanjutnya adalah membangun hubungan antara generasi yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan yang menyenangkan, seperti bermain atau melakukan kegiatan bersama.
  • Meningkatkan kesadaran: Tahap ini melibatkan meningkatkan kesadaran tentang isu-isu yang penting bagi kedua generasi, seperti perbedaan budaya, pandangan hidup, dan nilai-nilai yang berbeda.
  • Meningkatkan keterampilan: Selanjutnya, proses intergenerasional learning melibatkan meningkatkan keterampilan masing-masing generasi, seperti keterampilan teknologi bagi generasi muda dan keterampilan sosial bagi generasi yang lebih tua.
  • Bertukar pengetahuan: Tahap ini melibatkan pertukaran pengetahuan antara kedua generasi. Generasi yang lebih tua dapat berbagi pengalaman hidup mereka dan pengetahuan tentang sejarah, sedangkan generasi yang lebih muda dapat berbagi pengetahuan tentang teknologi dan tren terkini.  Beberapa kegiatan penting dalam merajut mencakup; Casting on, Knit Stitch, Purl Stitch, Cable Stitch, Lace Stitch, Fair Isle, Socks, Crochet. Kemudian strategi pemasaran secara digital agar hasil produksi rajutan bisa dipasarkan secara luas serta berdampak baik dalam menunjang perekonomian masyarakat Kampung Rajut.
  • Membangun kemitraan: Proses intergenerasional learning akan semakin efektif jika kedua generasi dapat membangun kemitraan yang erat dan saling mendukung satu sama lain.
  • Menerapkan pengetahuan: Tahap terakhir adalah menerapkan pengetahuan yang didapatkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, proses intergenerasional learning dapat menjadi lebih bermanfaat dan berkelanjutan dalam jangka panjang.

Sumber: Observasi Kampung Rajut
Sumber: Observasi Kampung Rajut

Adanya upaya pemberdayaan masyarakat melalui intergenerasional learning (pembelajaran antargenerasi) dapat mempertahankan kearifan lokal merajut yang sudah diwariskan secara turun temurun dan bahkan sekarang tetap bertahan sampai generasi ketiga. Adanya upaya ini ternyata mampu menambah jumlah pengrajin rajut yang terampil memproduksi berbagai rajutan yang sesuai dengan perkembangan fashion. Menurut data jumlah pengrajin rajut pada tahun 2018-2021, bahwa jumlah pengarjin rajut bertambah dan tetap bertahan dikarenakan adanya upaya dari tim penggerak Kampung Rajut Binong Jati yang berkolaborasi dengan tokoh masyarakat dan para pengrajin rajut senior untuk menyelenggarakan program pemberdayaan  melalui pembelajaran antargenerasi (intergenerasional learning). 

Penulis: Arindha Sukma, S.Pd

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun