Mohon tunggu...
Arinda Mutiara Bilqis
Arinda Mutiara Bilqis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Halo! Saya Arinda Mutiara Bilqis mahasiswa S-1 Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Semoga tulisan yang saya bagikan dapat bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kurangnya Perhatian Masyarakat terhadap Stunting di Indonesia

30 Mei 2022   12:50 Diperbarui: 30 Mei 2022   13:57 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan merupakan dasar dalam menjalani kehidupan. Apabila kesehatan tidak dimiliki oleh masing-masing individu, maka roda kehidupan tidak akan berputar. Hal ini sangat terlihat jelas di masa pandemi Covid-19. 

Saat pandemi ini melanda roda kehidupan seolah tidak berputar, banyak bidang tidak bisa melanjutkan kegiatannya karena terhalang oleh kesehatan. 

Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan yang selalu ada di sepanjang tahun. Oleh karena itu, permasalahan ini tidak boleh dianggap sepele dan perlu dituntaskan.

Stunting merupakan musibah tersembunyi yang diakibatkan dari kekurangan gizi kronis sepanjang 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), dimana pertumbuhan anak tidak bisa diubah. 

Prevalensi stunting pada tahun 2021 masih berada pada angka 24,4 % atau 5,33 juta balita. Angka stunting mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi, hal tersebut belum cukup memuaskan. Presiden RI Joko Widodo menargetkan angka stunting turun menjadi 14% pada tahun 2024. 

Dalam melakukan upaya tersebut diperlukan peran aktif dari seluruh masyarakat Indonesia. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menurunkan angka stunting di Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat harus bisa bekerja sama untuk mewujudkan Indonesia rendah stunting. 

Untuk menyelesaikan sebuah permasalahan tentunya kita harus mengetahui faktor apa saja yang dapat menyebabkan suatu permasalahan. Hal pertama yang harus diketahui dalam upaya penurunan angka stunting adalah faktor apa saja yang dapat menyebabkan stunting. 

Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan. Faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting antara lain, rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani, faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik, terutama pada perilaku dan praktik pemberian makan kepada anak.

Kesehatan ibu juga menjadi faktor dasar stunting. Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi, bahkan di masa kehamilan, serta laktasi akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak. 

Status gizi adalah indikator kesehatan yang penting, dimana balita usia 24-59 bulan merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap permasalahan gizi terutama stunting. Sedangkan, pada saat itu mereka sedang mengalami proses pertumbuhan yang relatif pesat.

Pada kasus ini, ibu cenderung memiliki lebih banyak peran dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting, tetapi permasalahan ini tidak lepas dari peran serta kedua orang tua yaitu ayah dan ibu untuk mengetahui proses tumbuh kembang anak yang baik. Jika stunting dianggap sebagai penyakit yang lumrah, maka akibat yang ditimbulkan akan semakin melebar. 

Anak yang tumbuh dengan keadaan stunting tentunya akan mengalami gangguan perkembangan otak. Perkembangan otak yang buruk akan mempengaruhi kemampuan kognitif dan penurunan fungsi intelektual. 

Pertumbuhan & perkembangan anak yang tidak sempurna akan mempengaruhi kesehariannya seperti, kesulitan memproses informasi, cenderung sulit mengingat, sulit menyelesaikan permasalahan, susah berkomunikasi, dll. 

Hal itu juga akan terbawa hingga proses pembelajaran. Kondisi stunting dapat menyebabkan anak tertinggal dari teman-teman sebayanya. 

Selain itu, kekebalan tubuh anak penderita stunting lebih rentan sehingga lebih mudah terserang penyakit infeksi dari bakteri atau virus. 

Tidak hanya peningkatan penyakit infeksi, tetapi juga penyakit tidak menular seperti hipertensi, kardiovaskular, dan obesitas. Itu hanya beberapa dampak stunting pada kondisi fisik & psikis penderita, tetapi stunting juga bisa membawa pengaruh yang besar terhadap bangsa jika tidak segera diselesaikan. 

Anak merupakan generasi penerus bangsa, jika sumber daya manusia yang ada tidak berkualitas maka kedepannya akan seperti apa kehidupan bangsa ini? 

Mencegah lebih baik daripada mengobati, kalimat sederhana yang hingga kini masih belum banyak yang memaknainya. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting. 

Stunting dapat terjadi sejak dalam kandungan, oleh karena itu kebutuhan nutrisi ibu hamil perlu diperhatikan. Ibu hamil harus mengonsumsi makanan sehat & bergizi seperti konsumsi protein nabati atau hewani, folat, kalsium, serta kebutuhan mineral lainnya. Setelah bayi lahir, maksimalkan nutrisi harian pada bayi. 

Makanan pokok bayi pada usia 0-6 bln hanyalah susu, oleh karena itu kandungannya harus diperhatikan apakah sudah mencukupi kebutuhan harian bayi. 

Saat memasuki usia 6 bulan, diberikan MPASI pada bayi dengan makanan yang bergizi untuk membantu pertumbuhan & perkembangan otak. 

Jika anak sulit makan atau memiliki alergi berikan variasi makanan yang sehat & beragam lainnya. Selain menjaga pola makan, perlu diperhatikan juga untuk menjaga kebersihan. Masalah stunting juga dapat dipicu akibat kebersihan lingkungan yang buruk. 

Maka dari itu, orang tua dan seluruh anggota keluarga harus mempraktikan kebersihan yang tepat, misalnya mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah menyiapkan makanan.

Melihat kondisi stunting yang masih tinggi, kita sebagai masyarakat Indonesia sudah sepatutnya ikut serta dalam mengatasi permasalahan stunting. Banyak sekali hal yang dapat kita lakukan dengan adanya gawai dan jaringan internet. 

Era digital memudahkan kita untuk memperoleh & menyebarkan informasi. Informasi yang kita terima tidaklah ditelan mentah-mentah, tetapi kita harus bijak dalam menerima informasi. 

Begitu pula dengan menyebarkan informasi, informasi yang kita sebarkan juga harus benar dan dapat dipercaya. Dengan demikian, kita dapat memperoleh banyak informasi mengenai apa itu stunting, faktor apa yang menyebabkan stunting, bagaimana cara mencegah stunting, dll. 

Mungkin dahulu mencari informasi kesehatan dilakukan dengan konsultasi ke dokter atau membaca buku, namun hal itu dirasa berat oleh sebagian orang karena memerlukan biaya lebih dan juga waktu. Namun, saat ini sudah banyak informasi ataupun video edukasi kesehatan yang tersebar di internet. 

Informasi atau video edukasi yang sudah banyak tersebar di internet dapat diakses semua orang, dapat dilihat kapanpun dan dimanapun. 

Informasi tersebut diharapkan dapat membawa perubahan pada kesehatan bangsa kita, terutama dapat menurunkan angka stunting di Indonesia. Jadi sudah tidak ada alasan lagi untuk tidak mengetahui tentang stunting. Ayo bantu Indonesia bebas stunting!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun