Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Sekolah Kolaboratif

27 September 2025   18:22 Diperbarui: 27 September 2025   18:22 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seni. Sekolah tidak hanya menyiapkan anak untuk mampu berpikir dan memandu dirinya hidup dalam kesederhaaan. Mengolah hati dalam setiap proses pembelajaran dimulai dengan menguatkan proses pembelajaran kolaboratif sebagai bagian interaksi pelajaran di sekolah. 

Lapangan di tengah sekolah Kolese Kanisius, pagi itu begitu riuh. Ribuan pengunjung Canisius Expo 2025 memenuhi selasar kelas di pinggir lapangan. Sebuah pertunjukan kolosal segera akan dimulai.  Kurang lebih 500 siswa akan unjuk kebolehan untuk  menampilkan sebuah teatrikal bertajuk Batavia Ethnica-A Teatrical Collosal by Canisius College. Dukungan 100 siswa yang mumpuni dalam beragam alat musik akan mendukung pertunjukan berdurasi 30 menit itu. 

Di lobi Ingatius, pemain orkestra yang tergabung dalam Canisius Wind Ensemble mempersiapan diri, mulai mengatur suara musik. Pemain gamelan yang sebagian anak-anak SMP pun begitu asyik merapikan diri dengan kontum khas Jawa, sementara pemain band tidak mau kalah mempersiapan pertunjukan dengan serius. Dukungan Kanisian (sebutan siswa Kolese Kanisius) yang tergabung dalam Persevera, paduan suara Kolese Kanisius, pun tidak kalah heboh. 

Suasana pagi itu, Sabtu, 13 September 2025 di lapangnan minisoccer Kolese Kanisius dan Lobi Ignatius Kolerse Kanisius memang begitu heboh. Sejak pukul 05.00 orang tua berdatangan mengantarkan anak-anaknya untuk mempersiapkan pertunjukan besar. Sporthall yang biasanya menjadi arena bermain basket, pagi itu menjadi ruang raksana yang menampung 500 anak untuk dirias sekaligus menjadi ruang konstum. Satu per satu mengenakan kostum, satu per satu mulai tampak dengan riasan yang beragam. 

Sporthall yang biasanya menjadi arena bermain basket, pagi itu menjadi ruang raksana yang menampung 500 anak untuk dirias sekaligus menjadi ruang konstum. 

Kesibukan pagi itu bukan hanya pemain, pemusik, tetapi juga hampir 100 orang tua siswa yang membantu di berbagai sudut pertunjukan. Sebagian menyibukkan diri dengan membantu Kanisian mengenakan kostum, sebagian asyik merias wajah dengan berbagai karakter, sebagian mempersiapkan konsums, dan sebagian mendokumentasikan berbagai peristiwa menarik. Jadilah Batavia Ethnica sebagai sebuah karya kolosal yang terwujud karena kolaborasi panitia, pelatih, pemain, pemusik, dan orang tua. 

Sekolah karakter

Sekolah adalah tempat menyenangkan untuk belajar dan mengembangkan diri. Sekolah adalah tempat menyenangkan untuk membangun karakter setiap pribadi menjadi manusia-manusia otentik. Maka, setiap peristiwa dan proses pendidikan selayaknya menggambarkan relasi mendalam antara beragam aspek pendidikan yang dibangun dalam tembok-tembok sekolah. 

Sekolah tidak hanya membutuhkan guru, tetapi mereka yang profesional diharapkan terlibat dalam proses pendidikan. Orang tua bukan sebagai tokoh figuran yang menuntut sekolah membuat  proyek hebat untuk sang anak dan menuntut inventasi ini kembali dalam tiga atau lima tahun untuk dinikmati. Orang tua selayaknya ambil bagian dalam setiap detak proses pendidikan di  sekolah, karena sejatinya orang tua menjadi bagian penting dan penentu perkembangan setiap anak.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun