Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Berebut Nikmat di Stasiun Tambun

7 November 2023   06:44 Diperbarui: 7 November 2023   07:08 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun Tambun (Dokpri)

Angkutan. Begitu banyak pekerja berharap tiba pada saat yang tepat. Angkutan umum siap menjemput mereka yang setiap hari menjemput rezeki. Jutaan pekerja harus membanting tulang, termasuk mendapatkan jalan pulang.   

Pagi itu, pukul 4.30, suasana di parkiran sepeda motor di Stasiun Tambun sudah dipenuhi ratusan sepeda motor. Pekerja datang dan meletakkan begitu saja motor-motor yang dikendarai. Motor tampak tak teratur sebelum petugas parkir terbangun. Semua serba otomatis, kesemrawutan suasana pagi tak tercegah. Ada yang mencoba meletakkan dengan rapi, tetapi tidak sedikit yang memarkit motor begitu saja. Seolah dengan membayar 7000 rupiah, tak perlu bersusah payah mengatur dan merapikan. 

Karena kereta segera tiba, terkadang tampak puluhan pekerja berlarian menerobos gerbang masuk stasiun. Tampak antrean panjang mengular, apalagi keterlambatan kereta selalu saja terjadi. Masuk ke peron empat untuk menunggu kereta jurusan Tanah Abang, penumpang penuh berdesakan. Peron selebar satu meter pun dipenuhi penumpang. Meski tampak membahayakan, penumpang harus cepat sampai tujuan. Pertaruhan nyawa tak bisa dihindarkan. 

Ada sedikit kemarahan saat kereta datang bersamaan dengan kedatangan kereta arah Cikarang. Kereta arah manggarai segera berangkat, sementara jalan di peron dua dijaga begitu ketat petugas dengan rantai yang begitu kuat. Banyak penumpang tertinggal, karena menunggu kereta yang lewat arah Cikarang terlebih dahulu. Sebuah tujuan untuk mengejar kereta, tetapi harus menanti kereta ini melaju ke arah yang berlawanan. Ada amarah yang begitu mendalam. Namun, penumpang harus menyembunyikan dan hadir dalam kesabaran.


Peron selebar satu meter pun dipenuhi penumpang. Meski tampak membahayakan, penumpang harus cepat sampai tujuan. Pertaruhan nyawa tak bisa dihindarkan. 

Penumpang harus menunggu kereta berikutnya lewat. Penumpukan penumpang semakin mengular,  pertanda  membludaknya penumpang tak akan terangkut menuju ke tempat kerja. Semakin siang, semakin dipenuhi peron-peron Stasiun Tambun dengan ribuan calon penumpan berbagai tujuan.  Fasilitas peron stasiun yang tak memadahi dan membahayakan adalah sebuah pemandangan menyeramkan Stasiun Tambun. Memang stasiun ini baru diperbaiki, tetapi sekian lama belum juga terselesaikan. Sementara setiap hari penumpang selalu bertambah. Jika tidak berangkat lebih pagi, semakin runyam suasana hati.  

Stasiun Tambun memang menjadi stasiun yang begitu lambat dalam pembangunan. Sementara stasiun lain begitu rapi dan indah, stasiun ini masih berkutat dengan kesemrawutan.  

Apalagi saat sore hari, ketika pekerja mulai pulangkerja, penumpang yang turun harus berdesakan. Keluar stasiun harus antre dan ekstra hari-hati menuruni tangga. Seolah serita tentang penumpang yang terpeleset atau terjatuh adalah sebuah cerita biasa.  Senggolan penumpang terkadang memunculkan amarah. Mesti kesabaran harus tetap dihidangkan sebagai jamuan perjalanan pulang. 

Tanggga-tangga peron tak begitu nyaman apalagi untuk orang tua dan ibu hamil. Tantangan menuruni tangga belum seberapa untuk menjembut harapan bertemu keluarga. Di depan stasiun, puluhan penjemput telah antre menunggu penumpang dan kemacetan pun tak terhindarkan. Keluar stasiun perlu strategi jitu terhindar dari kesemrawutan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun