Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Merindukan Sosok Pemimpin Humoris

11 April 2023   07:55 Diperbarui: 13 April 2023   08:39 4968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah kelucuan (Sumber:Ryan McGuire-Pixabay.com)

Humor. Kelucuan bukan sekadar hiburan. Setiap kata yang terangkum dalam cerita lucu bukan mustahil tanpa tujuan. Menghindari memprovokasi dan mencela, membuat rangkaian cerita lucu bermakna dan seru.  

Masih ingat dengan gaya Gus Dur, Presiden ke-4 Indonesia, ketika berpidato?  Karena Gus Dur seorang yang humoris, seringkali dalam pidato di forum-forum resmi pun Gus Dur selalu menyisipkan anekdot atau  cerita pendek lucu. Cerita pendek lucu atau anekdot ini sering digunakan untuk menjelaskan atau memberikan gambaran sebuah masalah dengan cara yang sederhana. Misalnya, ketika Gus Dur menjelaskan tentang profesionalisme intelijen. Ia menjelaskan seperti apakah profesionalitas dan kompetensi inteligen Indonesia semasa Orde Baru tersebut dengan cara yang sederhana. Berikut cerita Gus Dur tentang intelijen (1). 

Pada masa Orde Baru, hampir setiap acara yang didatangi Gus Dur selalu diawasi intel. Kala itu, Gus Dur tengah menghadiri pertemuan forum para kiai. "Nanti kita diskusinya dalam bahasa Arab, karena di sini ada intel," kata Gus Dur dalam sambutannya menggunakan bahasa Arab. 

Setelah itu, acara diskusi pun benar-benar dilanjutkan menggunakan bahasa Arab. Si intel kemudian pulang dan melapor kepada komandannya. "Tadi membicarakan apa?" tanya komandan kepada si intel. 

"Tidak ada diskusi komandan, para kiai itu hanya saling mendoakan," jawab si intel. 

Kisah tentang intelejen adalah pengalaman yang diperoleh Gus Dur ketika mengamati bagaimana intelijen di Indonesia semasa Orde Baru. Kisah tersebut terkesan lucu, tetapi melalui cerita tersebut Gus Dur sebenarnya mencoba menyampaikan dan mengkritik secara tajam bagaimana seorang inteligen yang tidak bisa membedakan antara berkomunikasi dan berdoa. 

Sebuah Kritik

Banyak cerita-cerita pendek nan lucu yang disampaikan Gus Dur. Cerita dalam bentuk anekdot tersebut digunakan bukan semata-mata untuk menyampaikan pengalaman-pengalaman hidupnya, tetapi juga memperkuat pesan tertentu kepada pendengar atau pembacanya. 

Gus Dur kaya akan pengalaman. Gus Dur sebenarnya adalah nama panggilan  dari Abdurrahman Wahid, seorang tokoh Muslim Indonesia yang lahir pada tanggal 7 September 1940 dan meninggal pada tanggal 30 Desember 2009. Ia adalah putra dari salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia, dan juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum NU sejak tahun 1984-1999.

Gus Dur adalah  tokoh penting dunia perpolitikan Indonesia. Selain pernah menjabat sebagai Presiden Indonesia pada periode 1999-2001, ia juga sangat aktif sebagai penggiat HAM, aktivis demokrasi, dan tokoh toleransi agama. Ia sangat menentang sikap-sikap intoleran yang terjadi di Indonesia, bahkan sikap-sikap yang begitu membeda-bedakan derajat manusia berdasarkan agama, suku, dan budaya. Ia juga dikenal sebagai seorang intelektual yang produktif, dengan banyak karya tulis di bidang agama, politik, dan sosial.

Melalui anekdot, Gus Dur  menarik perhatian, biasanya lucu dan mengandung suatu pesan atau nilai moral. Cerita anekdot biasanya diambil dari kejadian sehari-hari yang bisa saja terjadi pada siapa saja dan sering kali diceritakan dengan gaya yang santai dan menghibur. Anekdot-anendot selalu menjadi pelengkap pidato, presentasi atau ceramah untuk menjelaskan suatu konsep atau situasi dengan cara yang lebih menarik dan mudah diingat.

Kontroversi 

Apa yang selalu disampaikan Gus Dur terkadang menimbulkan  kontroversial. Namun, ketika dipikirkan secara lebih mendalam, sesungguhnya ada begitu banyak pesan kebaikan yang ingin disampaikan. Meskipun, banyak orang yang tidak mempunyai kesanggupan untuk mendengarkan, salah pemahaman, dan terkadang begitu banyak orang memahaminya sebatas penghinaan, cemooh atau pencemaran nama baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun