Bahkan ketika anekdot Gus Gur pun disampaikan oleh orang lain, banyak yang menganggapnya sebagai ujaran kebencian. Contohnya, ketika seorang pria warga Kepulauan Sula, Maluku Utara, sempat diamankan kepolisian setempat setelah mengunggah salah satu guyonan Presiden keempat RI di media sosial. Guyonan KH Abdurrahman Wahid yang diunggah itu adalah soal polisi jujur di Indonesia ada tiga, yakni polisi tidur, patung polisi, dan polisi bernama Jenderal Hoegeng Imam Santoso yang merupakan mantan Kepala Polri. Meskipun kepolisian pada akhirnya melepaskan pria tersebut, narasi publik terhadap peristiwa itu tetap menjadi negatif. (2)
Gus Dur menyampaian kritik dengan cara sopan dan lucu. Sebuah cara yang patut ditiru, meskipun harus menyesuaikan dengan konteks pembicaraan yang ada. Jangan sampai sebuah pertanyaan penting dari pemerintah tentang UU Perampasan Aset yang ditanyakan Pak Mahfud, tetapi dijawab dengan guyonan. Ini yang terjadi di DPR beberapa waktu yang lalu hingga menimbulkan polemik dan kegaduhan di masyarakat.Â
Kritik dalam guyonon adalah upaya merefleksikan seluruh daya upaya yang kita lakukan. Kemendalaman pesan harus ditangkap sebagai sebuah cara membangun dan memperbaiki keadaan. Maka, melibatkan emosi yang berlebihan, prasangka yang tak berkesudahan hanya akan membuat kebencian tak berkesudahan.Â