Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menemukan Kebahagiaan di Antara Serpihan Kesederhanaan

27 Maret 2023   21:05 Diperbarui: 29 Maret 2023   04:00 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahagia dan Gembira (Sumber: StartUpStockPhotos-Pixabay.com)

Bahagia. Kebahagiaan itu  bisa saja muncul ketika membaca indek kebahagiaan orang Indonesia mulai meningkat. Kita merasa bahagia ketika kita melihat  orang lain bahagia. Karena dalam kebahagiaan, perasaan gambira selalu ditampilkan apa adanya. 

Terkadang anggapan di sekitar kita muncul bahwa kebahagiaan akan lahir ketika kita berkecukupan, segalanya ada, segalanya lebih dan segalanya tidak mengalami kekurangan. Kita akan bahagia jika kita bisa berbuat apa saja. 

Hakikat bahagia sebagai  suatu perasaan atau kondisi emosional yang  menyenangkan terkadang luntur karena kita  begitu kejam mengatakan bahwa kebahagiaan selalu berbanding lurus dengan seberapa kaya kita mengumpulkan harta. 

Bahagia adalah perasaan puas dan senang atas seluruh kehidupan yang dijalani. Seorang yang bahagia akan merasa gembira, merasa tenang, dan selalu bersyukur atas apa yang dicapainya. Ukurannya bukan orang lain, tetapi diri sendirilah yang bisa mengukurnya. 

Seseorang yang merasa bahagia pasti dia selalu dicintai, bukan hanya oleh keluarga, tetapi juga orang-orang di sekelilingnya. Seorang yang bahagia adalah mereka yang merasa dihargai dan berharga bagi orang lain.  

Seorang akan berada dalam kondisi bahagia jika ia memiliki arti dalam kehidupannya. Dia bisa merasa berharga di depan anak-anaknya, dia berharga di depan istrinya, dia berharga di depan masyarakatnya, dia berharga di depan siapapun yang dia cintai. 

Kebahagiaan selalu membawa seseorang pada situasi yang memuaskan dirinya.

Mengukur Kebahagiaan

Bahagia tidak ada ukuran yang objektif. Setiap individu bisa saja mempunyai definisi yang berbeda-beda. Pengalaman hidup, pandangan hidup, nilai-nilai hidup yang dianutnya terkadang mempengaruhi bagaimana seseorang memaknai kebahagiaan. 

Bisa jadi seseorang akan merasa bahagia ketika bertumpuk kekayaan diperolehnya, beberapa orang merasa bahagia ketika jenjang karier yang tinggi bisa dicapainya. 

Sesorang akan bahagia jika bisa membawa anak-anaknya meraih kuliah sampai doktor. Seseorang bahagia jika ia mampu bertahan dengan keluarga, atau ia akan merasa bahagia jika hobinya bisa membawanya sampai diakui dunia. Kebahagiaan yang dirasakan setiap orang berbeda. 

Kebahagiaan yang dirasakan seseorang akan membawa pengaruh fisik dan psikis seseorang. Kebahagiaan akan mempengaruhi kesehatan, kebahagiaan akan mempengaruhi kesejahteraan. 

Kebahagiaan mungkin saja akan menurunkan tekanan hidup seseorang, Kebahagiaan mungkin juga akan meningkatkan kualitas hidup seseorang. 

Oleh karena itu, mencari cara untuk meraih kebahagiaan  menjadi tujuan hidup seseorang. Dengan cara apapun kebahagiaan itu bisa dicapai, tidak perlu bermimpi yang terlalu tinggi sehingga tidak bisa diraih. 

Namun, tidak juga tidak punyai  keinginan apa-apa sehingga tidak berbuat apa-apa. Ada usaha yang sebanding dengan impian yang dicapainya. 

Titik kebahagian itu akan muncul ketika puncak usaha dan puncak impian bersinggungan membentuk kedamaian hati dan pikiran. 

Menjadi guru bahagia

Seorang guru akan merasa bahagia, jika murid-muridnya gembira ketika mengikuti pelajaran, gembira ketika mengerjakan tugas, tidak tertekan, tidak terkekang, tidak membenci atau pantang akan tugas. 

Guru harus membawa siswanya pada kondisi bahagia ketika dia mengajar. Guru juga akan merasa bahagia jika siswanya mampu melanjutkan kuliah, berprestasi di perguruan tinggi, mendapat nilai baik dan bermanfaat bagi masyarakat. 

Kebahagiaan guru ketika dia dihargai di sekolah, diberikan kebebasan untuk mengajar, diberikan apresiasi, mendapat dukungan dari rekan-rekan, atau mendapat sapaan oleh atasan. 

Namun, situasi dan kondisi kungkungan yang terkadang membuat seseorang tertekan, membaut guru tertekan dan tidak pernah merasakan kebahagian. 

Maka, seorang pelajar yang terlibat perundungan,kekerasan, atau tawuran musti dilihat seberapa bahagia dia belajar di sekolah ataupun di rumah.   

Seorang murid tidak akan pernah merasa bahagia jika guru yang mengajarnya tidak pernah merasa bahagia. 

Apakah sorang guru sudah tersenyum untuk murid-muridnya hari ini atau apakah seorang guru sudah bersyukur atas anugerah hidup yang diterimanya. Karena senyuman dan syukur adalah energi batin untuk mendapatkan kebahagiaan.   

Maka menghilangkan kekerasan, perundungan atau tawuran sebenarnya cukup mudah; buatlah guru-guru bahagia, buatlah murid bahagia bukan hanya di sekolah tetapi juga di rumah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun