Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Atraksi Ondel-Ondel Menghibur Kota

3 Februari 2023   08:32 Diperbarui: 3 Februari 2023   09:00 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ondel-Ondel. Boneka besar itu setiap harimenyusuri kota Jakarta. Kehadirannya menandai nasib pemain yang tak juga selesai. Perjananan kian jauh menyususi sudur dan jalan kecil kota. Nasib Ondel-ondel menjadi penanda nasib Ibu Kota. 

Perjalanan enam lelaki tua itu selalu dimulai pagi hari. Rumah-rumah petak yang ditinggali di perbatasan Jakarta-Bekaasi itu menandai bahwa dalam konpleks kos tujuh petak itu tersembunyi sejarah panjang sebuah kota. Ketika hari mulai panas, semua siap untuk melanjutkan perjalanan. Hari ini petunjukan akan menyasar kampung-kampung padat di utara kota. 

Ondel-ondel itu siap atraksi. Dua tiga kilo perjalanan, musik mulai dibunyikan. Si pemain mulai menutup badannya, dan ondel-ondel itu pun berdiri kokoh. Ondel-ondel siap beraksi dan berekspresi. Sementara seorang laki-laki muda mulai menyodorkan topi. Ondel-ondel itu membuka kain penutup dan disambut gempita warung kecil di ujung rumah-rumah tanpa batas. 

Ondel-ondel menjadi pertanda lenyapnya sebuah budaya, tersingkir karena zaman tak menghendakinya.  Kehadirannya tidak akan lepas dari sebuah perjalanan pemain menuju keramaian, kampung kumuh dan butuh hiburan. Bahkan terkadang menjadi hiburan tatkala pintu rel kereta menghentikan laju mobil dan motor. Palang pintu kereta tertutup, ondel-ondel siap beraksi. Hiburan nyata di depan puluhan mobil dan motor, meski akhirnya kantong-kantong lusuh pun diedarkan  menampung recehan. 

Sekilas ondel-ondel

Ondel-ondel adalah pertanda Jakarta kian maju meski tak menjadikannya laju. Seolah terlupa dan terus terlupa, ondel-ondel membawa  budaya Betawi pada tantangan zaman, menjadi ikon Ibu Kota, sekaligus menyisakan duka, bukan hanya bagi pemain-pemainnya, tetapi juga penggarap budaya. Kehadirannya sebatas membangkitkan kenangan akan kota kenangan.

Kita tidak asing dengan ondel-ondel, kesenian  khas Betawi yang tetap hidup di tengah himpitan perkembangan kota. Ondel-ondel terkadang harus kuat agar diterima begitu banyak orang di jalan-jalan, gedung, hotel, tempat makan, ataupun tempat pertunjukan  di Kota Jakarta. Jakarta menjadi lahan subur untuk terus tumbuh dan bertahan di tengah zaman. Karena tempat lain begitu gersang dan tak menerimanya.

Ondel-ondel memang sudah berusia begitu tua. Meski pada mulanya selalu hadir dalam setiap upacara tolak balak, upacara-upacara religius budaya Betawi, pada akhirnya dipertunjukkan kepada masyarakat sebagai pelengkap zaman sekaligus menandai kian tersingkirnya suku Betawi oleh himpitan Ibu Kota.  Ondel-ondel waktu itu begitu kuat sebagai media  mengusir wabah penyakit yang menyerang perkampungan atau gangguan roh halus yang gentayangan. Saat itu kekuatan ondel-ondel menjadi kekuatan masyarakat. 

Sebagai sebuah karya seni, ondel-ondel dibuat berpasangan, laki-laki dan perempuan; Keduanya seolah menggunakan pakaian yang begitu  indah. Ondel-ondel lelaki dibuat berwarna merah, melambangkan semangat, keberanian, gagah perkasa. Ondel-ondel perempuan berwarna putih yang menandakan kesucian dan kebaikan. Biasanya tinggi ondel-ondel adalah sekitar 2,5 meter dengan lebar 80 sentimeter,  dengan berat kurang lebih 20-25 kg. 

Boneka ondel-ondel dibuat dari anyaman bambum sehingga ringan saat dipikul. Bagian kepala mirip topeng  dan diberi ijuk sebagai rambut, atau hiasan kepala runcing khas Melayu yang disebut kembang kelapa. Bagian kepala ondel-ondel biasanya dilengkapi dengan kembang kelapa sebagai lambang kekuatan. Pohon kelapa berakar kuat dan dapat dimanfaatkan dalam setiap bagiannya. 

Pakaian ondel-ondel lelaki biasanya berwarna gelap, sedangkan untuk perempuan memakai warna cerah motif polos atau kembang-kembang, dan keduanya memakai selendang. Saat dipertunjukkan ondel-ondel diiringi dengan berbagai kesenian  tanjidor, gambang kromong, musik rebana, atau gendang pencak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun