Sebagai sebuah bagian dari seni musik, pertunjukan seni karawitan dengan alunan gamelan selalu menandai setiap peristiwa menjadi istimewa. Kehadirannya menyejukkan siapapun yang mendengar. Bukan hanya bagi si pemain, tetapi semua yang hadir ikut menjadi bagian dari sebuah pertunjukkan. Â Â
Kalau di Yogya, begitu banyak masyarakat yang menyukai seni karawitan dan memainkan gamelan dalam berbagai sanggar kesenian sudah menjadi peristiwa dan aktivitas biasa. Kalau di Solo, mempertunjukkan seni karawitan untuk berbagai acara sakral dan istimewa itu pun juga setiap saat  kita dengarkan. Pertunjukan seni karawitan menjadi tontonan yang membuktikan bahwa kesenian tradisional ini adalah pertunjukan kelas premium dan istimewa.Â
Pengakuan Dunia
Bahkan berbagai sekolah di Yogyakarta, Solo, Bandung, Jakarta, Bali dan beberapa daerah di Jawa  menjadikan seni karawitan ini sebagai salah satu jurusan. Hampir 22 Sekolah menengah kejuruan (SMK) di Indonesia menjadikan seni karawitan  sebagai salah satu jurusan andalan, meski peminat tidak membludak.Â
Seni ini semakin populer  karena didalam adalah gambaran budaya adiluhur bangsa. Bahkan alat musik gamelan telah ditetapkan sebagai Sarisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage) oleh United Nations Educational, Science and Cultural Organization (UNESCO) dalam sidang UNESCO di Paris, 15 Desember 2021. Â
Seni karawitan menyusul  Wayang, Keris, Batik, Pendidikan dan Pelatihan Membatik, Angklung, Tari Saman, Noken, Tiga Genre tari Bali, Kapal Pinisi, Tradisi Pencak Silat dan Pantun yang sebelumnya telah diakui sebagai warisan dunia.Â
Sebagai salah satu warisan dunia, ternyata seni karawitan ini juga menarik berbagai sekolah dan universitas di luar negeri untuk mempelajari, misalnya The University of Melbourne, Australia yang menjadikan gamelan Jawa Tengah sebagai mata kuliah. Bahkan The University of Sydney, Australia, juga menjadikan mata kuliah dan diajarkan selama 2 jam per minggu, 1. Â
Mencintai Budaya Bangsa
Seni karawitan memang bukan lagi menjadi milik Indonesia. Dunia telah menganggapnya sebagai warisan budaya dunia dan harus terus dilestarikan. Jka dunia berusaha untuk mempelajari, mengagumi, dan mewariskan kembali kepada anak cucuk kita, apakah kita sebagai bangsa Indonesia akan melakukan hal yang sama. Jangan-jangan sebagai warisan dunia, kita tidak akan mampu lagi memainkan dan menjadikannya sebagai identitas masa lalu.