Mohon tunggu...
Ari Himawan
Ari Himawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Karyawan Swasta

suka nulis random aja

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pemilu: Orang-orang Kita Belum Siap Berkompetisi

24 Februari 2024   08:10 Diperbarui: 24 Februari 2024   11:46 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar "Info Publik Pemilu 2024"

Genap sepuluh hari yang lalu kita melaksanakan pesta demokrasi atau Pemilihan Umum (PEMILU), pada Rabu 14 Februari 2024. yang untuk sementara waktu dari total 75,26% suara di TPS yang terinput, menempatkan pasangan Prabowo-Gibran unggul telak dengan 58,89%. terpaut jauh dari dua pesaing mereka Anis-Muhaimin yang mendapat 24,06%, sedangkan Ganjar-Mahfud hanya mendapat 17,05%.

Yang menarik bagi saya bukan tentang hasil Pemilu 2024 ini, tapi melainkan bagaimana sikap dari pihak yang kalah dalam menyikapi hasil Pemilu 2024 ini. Ya, meskipun hasilnya belum final karena suara yang terinput baru mencapai 75,26% dari seluruh TPS. Namun dengan hasil sementara ini, kemungkinan hasil akhirnya tidak akan berbeda jauh.

Sikap dari tim 01 dan 03 yang tidak terima dengan hasil Pemilu 2024 ini, sampai-sampai capres dari kubu 03 Ganjar, ingin menuntut diadakannya Hak angket DPR untuk membatalkan hasil Pemilu 2024. Belum lagi bagaimana simpatisan dari kubu Anis-Muhaimin yang tidak henti-hentinya melakukan demonstrasi di depan kantor KPU.

Tentu hal seperti ini bukanlah hal baru di tempat kita, bahkan tidak hanya terjadi di ranah politik nasional maupun daerah. namun dibidang lain terutama olahraga. Pihak yang kalah tak jarang akan memprotes hasil pertandingan sambil menuduh lawannya melakukan kecurangan, atau bahkan wasit yang memimpin pertandingan tak jarang dianggap memiliki keberpihakan sehingga dianggap beberapa keputusannya cenderung menguntungkan lawannya. Tak jarang protes-protes tersebut juga memicu kemarahan di masing-masing pendukung mereka. sehingga terjadi keributan juga antar pendukung baik di tribun penonton, lapangan pertandingan, hingga di luar area pertandingan. Hal ini membuat saya berpikir bahwa orang-orang kita selama ini masih banyak yang belum siap untuk berkompetisi karena tidak banyak dari kita yang siap untuk menerima kekalahan maupun kegagalan.

Berkaca dari apa yang terjadi di sepakbola, jika mengingat tendangan Frank Lampard saat Inggris menghadapi Jerman pada Piala Dunia 2010. Tendangan Lampard pada saat itu membentur tiang gawang Jerman yang dijaga oleh Neuer, kemudian bolanya memantul ke bawah dan memantul ke depan gawang. beberapa pemain Inggris termasuk Lampard sendiri meyakini bola itu masuk. Pada tayangan ulang yang ditampilkan pun juga menunjukan bola sudah melewati garis gawang. Namun karena pada waktu itu belum adanya teknologi yang mampu menunjang perangkat wasit untuk mengambil keputusan yang lebih tepat. Akhirnya bola tendangan Lampard tersebut dianggap tidak gol.

Melalui kejadian tersebut membuat FIFA sebagai federasi sepakbola dunia mulai mengembangkan teknologi penunjang untuk meminimalisir terjadi kesalahan pengambilan keputusan oleh wasit atau perangkat pertandingan. hal yang sama yang harus dilakukan untuk pihak penyelenggara dan yang kalah dari Pemilu 2024 ini. Yaitu meningkatkan sistem Pemilu yang lebih baik lagi, dan bagi pihak yang kalah semoga tidak hanya menuduh curang saja. namun harapan saya juga mampu memberi masukan bagaimana supaya pada setiap proses Pemilu itu dapat berjalan dengan lebih baik lagi. Karena capek banget melihat polarisasi masyarakat yang terjadi baik di dunia nyata maupun di sosial media, hehehe.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun