Mohon tunggu...
Arigo Muda
Arigo Muda Mohon Tunggu... -

Lahir di Jember 16 Juni 1993, saat ini studi di Faperta Unej, alumni SMAN 5 Jember dan SMPN 2 Jember. Suka hal yang berbau bola, apalagi sosok pelatih/manajernya. Mencoba beropini tentang hal itu.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Menanti Kiprah Mister Ranieri di Inter

23 September 2011   11:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:41 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Inter Milan mengawali musim 2011-12 dengan hasil yang amat buruk. Dari lima laga resmi yang dimainkan, Nerazzurri tidak pernah menang dan hanya mengoleksi satu poin! Tragis, mengingat klub milik Massimo Moratti itu adalah pemegang sah The Quintuples pada 2010, prestasi yang nyaris mengikuti jejak sempurna Barcelona pada 2009 silam.

Hasil yang pedih akhirnya harus diterima pula Gian Piero Gasperini yang baru tiga bulan menikmati masa indahnya sebagai arsitek tim. Dia dipecat dengan predikat yang amat buruk, pelatih pertama sepanjang sejarah yang tidak mempersembahkan kemenangan. Gasperini didepak saat dia baru mencobakan formula andalannya, 3-4-3 di tubuh Nerazzurri. Namun faktanya, dalam sepak bola, tidak pernah mengenal kepercayaan. Hasil akhir merupakan tujuan mutlak permainan. Gasperini yang telanjur percaya akan jaminan sang patron, pada akhirnya harus menerima nasib buruk, ditendang!

Moratti sendiri dikenal sebagai bos yang bertangan besi bagi pelatih timnya. Barang siapa yang tidak mampu memberikan kejayaan, maka pendepakan adalah jalan keluarnya. Presiden yang sudah berkuasa di Giuseppe Meazza selama 16 tahun terakhir itu bahkan berpacu tidak sekadar sebuah prestasi yang diharapkan, namun mampu menjaga kepercayaan diri tim tanpa batas. Roberto Mancini, selama empat tahun melatih Javier Zanetti dkk, mampu mempersembahkan tujuh gelar. Terdiri dari tiga scudetto, dua Coppa Italia, dan dua Piala Super Italia. Namun pria yang kini menangani Manchester City itu harus mau ditendang pada 31 Mei 2008. Alasannya juga masih seputar trofi. Yaitu Liga Champions. Di era kepelatihannya, perjalanan Nerazzurri maksimal mencapai perempat final pada 2005.

Lalu datanglah Jose Mourinho. Sosok kondang asal Portugal ini “hanya” bisa memberikan lima trofi ke lemari Nerazzurri. Di masa kepelatihannya inilah, Inter memulai peradaban baru dengan puncaknya menyabet Treble Winners. Dan di puncak karirnya itupun Mourinho harus pergi. Namun kali ini kepergian mantan manajer Porto dan Chelsea itu tidak datang dari tim. Niat Mourinho untuk berpetualang di Spanyol bersama Real Madrid terpaksa membuat Inter limbung saat puncak prestasi datang. Bagi Moratti, skuadra, dan Interisti, mungkin dia-lah satu-satunya orang paling berkesan. Sebabnya, kerinduan akan figur Mourinho menjadi penyebab kemunduran Nerazzurri setahun belakangan. Ya, memang ada suatu mitos, bahwa tim yang ditinggalkan Mourinho akan limbung dan inkonsistensi. Tengok Porto dan Chelsea. Bagaimana kedua tim papan atas di negara masing-masing harus terjerembab dan keteteran setelah Mourinho pergi. Hanya saja, kembali pada masing-masing tim. Toh saat ini Porto dan Chelsea kembali jadi kandidat kuat juara di liga masing-masing. Apalagi di musim kemarin, Porto merebut empat gelar sekaligus.

Kembali ke Nerazzurri. Berakhirnya era Mourinho ternyata memulai perjalanan-perjalanan tragis. Setelah Rafael Benitez hanya bertahan enam bulan dengan dua trofinya, Piala Super Italia dan Piala Dunia Antarklub, datanglah Leonardo. Legenda AC Milan ini ditunjuk menangani skuad La Beneamata pada 24 Desember 2010. Toh, pria Brazil itu tidak berlama-lama. Berhasil membawa Inter merajai Coppa Italia, dia memilih mengundurkan diri lantaran ada clash dengan manajemen, utamanya Moratti. Padahal anggota skuad Brazil saat menjuarai Piala Dunia 1994 itu sedari awal ingin dipertahankan. Tapi lagi-lagi, manajemen yang tidak cocok dengan pola manajernya pasti kacau. Pergilah Leo ke PSG dan kini nyaman sebagai direktur olahraga klub kaya baru Prancis itu.

Dan pemecatan Gasperini begitu cepat, La Beneamata punya bos baru. Dialah Claudio Ranieri. The Tinkerman (sebutannya) dikontrak dua tahun. Lalu apa yang diharapkan Inter dengan mengontrak orang seperti Ranieri? Moratti punya pendapat sendiri saat dia memutuskan memilih pria 59 tahun itu. Yang jelas dia dipilih akan pengalamannya. Soal ini, Moratti jelas tidak salah. Sebab Ranieri pernah menangani Chelsea, Valencia, serta dua tim papan atas Italia, Juventus dan AS Roma. Kemudian, Ranieri berpengalaman untuk mengembalikan tim krisis ke jalurnya. Hal ini pernah dilakukannya saat menolong Roma dari keterpurukan. Gialorossi yang terseok-seok di awal musim 2009-10, di akhir musim menjadi runner-up berselisih dua poin (80-82) dengan Nerazzurri.

Yang patut disimak, bisakah servisnya itu mengembalikan Nerazzurri ke jalur yang sebenarnya. Hingga pekan ke-3 musim ini, rival sekota Milan itu terjerembab di posisi ke-18 alias zona degradasi. Kali ini tugasnya termasuk berat, memoles mental skuad Nerazzurri yang kadung jatuh dan membenahi formasi permainan. Bienvenuto all Mister Ranieri, il nuovo allenatore del Inter!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun