Mohon tunggu...
Arif Yudistira
Arif Yudistira Mohon Tunggu... Pendidik

Suka Ngopi, dan jalan-jalan heppy.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Diplomasi Prabowo ; Untung atau Buntung?

9 Agustus 2025   14:44 Diperbarui: 9 Agustus 2025   14:44 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo (RI)  ditelepon Donald Trump (AS) :  Sumber BPMI Sekretaris Presiden RI

Perang dagang jadi perbincangan hangat saat ini. Perang dagang tidak hanya menunjukkan seberapa kuat kedaulatan negara dalam politik ekonomi dunia, tetapi juga menunjukkan potensi negara masing-masing dalam menawarkan komoditi global. Tidak dipungkiri, dunia saat ini saling mempertahankan diri dan juga memperhitungkan kekuatan ekonomi masing-masing di tengah situasi dunia yang semakin sulit.

Indonesia termasuk negara besar yang dikaruniai cukup sumber daya alam yang melimpah. Indonesia cukup kaya bahan mentah baik dari hasil bumi maupun produk pertanian dan juga dari sektor kelautan.

Dalam konteks global, Indonesia adalah pangsa pasar penting dalam percaturan ekonomi global. Negara mana yang tidak melirik kekuatan Indonesia serta bonus demografinya yang memiliki pengaruh penting diantara negara-negara dunia.

Dari sektor retail, tambang sampai dengan sektor ekonomi kreatif dan ekonomi syariah, Indonesia menjadi kekuatan potensial dalam konteks ekonomi global. Namun hingga saat ini, Indonesia masih memiliki banyak masalah baik dari sisi kebijakan dan juga tata kelola investasi yang sering dikeluhkan oleh banyak negara.

Dari sisi kebijakan dan kedaulatan ekonomi, negeri ini seperti tidak berdaya dan ugal-ugalan dalam menerapkan liberalisasi ekonomi baik di sektor mikro maupun makro. Bagaimana mungkin ekonomi kita justru berpihak dan lebih akomodatif terhadap investor ketimbang kepada rakyatnya sendiri. Bagaimana mungkin sumber daya alam kita yang kaya justru seolah diberikan kepada mereka secara murah ketimbang dikelola rakyat kita?

Pengelolaan dan manajemen sumber daya serta kebijakan ekonomi kita yang ugal-ugalan ini membuat negeri ini seperti tidak berdaya saat menghadapi perang dagang yang saat ini dihadapi negara-negara di seluruh dunia. Bagaimana mungkin ketela yang di pasar dalam negeri bisa seharga Rp.5000, - justru saat impor dihargai Rp.500, -? Kebijakan ini bukan hanya tidak masuk akal, tetapi juga mengkhianati konstitusi kita dan meremehkan soal kedaulatan ekonomi kita.

Pseudo-Diplomasi  

 

Prabowo (RI)  ditelepon Donald Trump (AS) :  Sumber BPMI Sekretaris Presiden RI
Prabowo (RI)  ditelepon Donald Trump (AS) :  Sumber BPMI Sekretaris Presiden RI

Salah satu perang dagang yang kini ramai diperbincangkan adalah perkara tarif impor AS. Presiden Prabowo telah mencapai kesepakatan dengan Donald Trump mengenai tarif impor Amerika. Amerika bersepakat untuk tidak ada tarif ekspor ke Indonesia (0%). Kedua, Indonesia wajib beli energi dari AS senilai 244 Triliun. Ketiga, Indonesia wajib beli 50 unit boeing -777 dari AS. Keempat, Indonesia wajib beli alat pertanian senilai 73 Triliun. Kelima, Amerika berhak masuk akses ke semua ekonomi Indonesia. Sementara itu, Indonesia mendapatkan ganti tarif impor hanya membayar 19%, sementara negara dunia membayar 32%.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun