Mohon tunggu...
Arif Yudistira
Arif Yudistira Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Suka Ngopi, dan jalan-jalan heppy.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tri Sentra Pendidikan Ki Hajar Dewantara

20 November 2023   12:01 Diperbarui: 20 November 2023   12:22 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dikutip dari Silabus.web.id

Tugas seorang guru kata Ki Hajar Dewantara adalah menuntun anak menggapai sikap merdeka yang sesuai cipta, rasa dan karsanya. Anak tetap harus memiliki sifat "mardika", artinya anak diberi kebebasan dalam bertindak, berpikir dan berkarya. Mereka anak-anak harus mencapai kemerdekaan jiwanya, sementara guru hanya mendampingi, membimbing untuk mencapainya.

Guru saat ini dihadapkan pada satu realitas dan tantangan yang berat. Mereka dihadapkan pada anak-anak yang secara lahir dan batin membutuhkan lebih banyak waktu dengan orangtuanya. Namun seiring dengan berkembangnya zaman, banyak orangtua Ayah atau Ibu dituntut untuk bekerja di ruang publik karena tuntutan kebutuhan dan tuntutan zaman.

Era sekarang bukan lagi eranya Kartini di masa lampau, era sekarang adalah era perempuan bermigrasi ke ruang publik. Emansipasi yang disuarakan Kartini pada waktu itu benar-benar terwujud saat ini. Banyak ragam profesi saat ini dipegang oleh perempuan/ibu.

Pasrah Pada Sekolah  

Sumber Pixabay.com
Sumber Pixabay.com
Sekolah sebagai lembaga pendidikan dianggap sebagai solusi dari problem pengasuhan modern. Sekolah dianggap sebagai tempat atau lembaga terpercaya dalam mendidik anak-anak kita sekarang. Guru dituntut untuk mengawasi, mendidik dan membimbing selama kurang lebih delapan jam di sekolah. Selama ayah atau ibu kerja, selama itu pula diharapkan anak-anak terjaga kondisinya, sehat fisiknya dan riang gembira jiwanya. Itulah mengapa sekolah-sekolah penuh hari dianggap sebagai solusi praktis bagi persoalan pendidikan dan pengasuhan modern.

Sekolah full day memang dikenal sebagai sekolah yang dianggap satu paket komplit. Secara jajan atau snack anak terjaga, pengawasan anak nyaman, sehingga orangtua tenang, dan juga layanan pendidikan yang maksimal.

Dampak buruknya, orangtua sering abai terhadap perkembangan dan juga pertumbuhan intelektual maupun kepribadian anak. Mereka orangtua sering menuntut guru dan sekolah banyak hal dalam pelayanan anaknya karena merasa telah membayar mahal ke sekolah. Kurangnya pengawasan, kurang optimalnya pembelajaran justru ditimpakan kepada sekolah sepenuhnya. Padahal, komitmen pendidikan, pengajaran, dan tanggungjawab seorang anak terletak pada sekolah dan juga orangtua.

Tri Sentra

Ki Hajar Dewantara pernah menulis tentang pentingnya Tri Sentra Pendidikan, "Di dalam hidupnya anak-anak ada tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya, yaitu alam keluarga, alam perguruan, dan alam pergerakan pemuda."

Dalam konsep pendidikan anak, keberhasilan pendidikan tidak bisa dilepaskan dari tiga pihak yakni keluarga, sekolah dan masyarakat. Seberapa canggih pendidikan kita di keluarga dan sekolah, kalau masyarakatnya mempengaruhi terhadap perilaku buruk anak maka pendidikan pun menjadi kurang lengkap.

Pendidikan bukan lagi monopoli sekolah maupun keluarga. Keluarga juga tidak bisa sepenuhnya saat ini mengurusi anak dalam jangka waktu 24 jam. Mereka memerlukan bantuan sekolah maupun lembaga pendidikan.

Ada satu buku menarik yang ditulis Hillary Clinton yang saat ini menjadi fakta dalam dunia pendidikan kita. Clinton menulis dalam bukunya It Takes a Village (1996). Ia menulis, "membentuk generasi gemilang di masa depan, memerlukan orang sekampung."

Orang sekampung itu tidak hanya kakek, nenek, paman, saudara, dan juga tetangga, tetapi juga lembaga lain seperti sekolah, tempat penitipan anak, sekolah usia dini dan sebagainya.

Kesadaran Bersama 

Sumber pixabay.com
Sumber pixabay.com

Sekolah dan juga keluarga perlu memahami bersama bahwa kesuksesan anak adalah tangungjawab bersama. Kita tidak bisa memasrahkan sepenuhnya soal anak pada lembaga pendidikan atau sekolah. Sekolah juga tidak perlu menuntut orangtua bertindak penuh terhadap anak mereka saat mereka belum bisa melakukan sesuatu. Saling lempar tanggungjawab dan menuntut sekolah maupun keluarga hanya akan membawa pada kegagalan kita dalam membersarkan dan mendidik anak kita dengan penuh cinta.

Sekolah maupun orangtua memiliki tanggungjawab yang setara dalam mendidik anak-anak kita. Harus ada kesadaran bersama bahwa tantangan pendidikan kita semakin kompleks. Bila kesadaran akan kewajiban mendidik anak itu tumbuh, maka anak akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan maksimal, baik dari sisi pertumbuhan jiwa dan raganya, juga dari sisi pendidikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun