Mohon tunggu...
Arif Rahmat
Arif Rahmat Mohon Tunggu... -

Arif Rahmat adalah tim pengembang Digital Mark Reader (DMR), bertempat tinggal di Bandung. Selain masalah IT, ia juga tertarik dengan masalah sosial, politik dan birokrasi dalam negeri.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Budaya Uang Lebih, Dari Tip Hingga Gratifikasi

9 April 2012   00:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:51 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah naik taksi dan membayar lebih daripada angka di argometer? Atau membayar tagihan makanan di rumah makan, dan memberikan kembaliannya untuk pelayan? Atau memberi uang tip untuk penyambut tamu di hotel?

Memberi tips itu menjadi keseharian yang baik, tetapi akan berbeda pengaruhnya bila yang menerima adalah pejabat publik, pegawai pemerintah, pemegang kekuasaan, termasuk polisi lalu lintas.

Hadiah secara harfiah adalah sesuatu yang diperoleh sebagai hasil perlombaan, kompetisi, momen tertentu seperti ulang tahun/promo/doorprize, maupun undian. Adapun pemberian seperti tips lebih tepat disebut sebagai hibah. Pemberian hibah itu halal, namun akan berbeda apabila pemberi mengharapkan sesuatu sebagai balasan dari penerima, baik sekarang maupun di kemudian hari. Ujung-ujungnya pemberian tersebut dapat dikategorikan sebagai suap.

Suap itu kadang disamarkan pemberinya, penerimanya, maupun cara pemberiannya. Bentuknya pun kadang menghindari transfer bank, agar tidak terendus PPATK. Pada pemberitaan akhir-akhir ini, tren suap kini diberikan dalam bentuk uang tunai rupiah, valuta asing, cek pelawat, pelesir ke luar negeri, mobil mewah, maupun kado pernikahan. Bukan hanya butuh orang ke-3, kadang butuh orang ke-4 hingga orang ke-5 untuk kelancaran sampainya suap dari pemberi ke penerima. Padahal terdapat peringatan keras khusus bagi muslim: "Rasulullah SAW melaknat penyuap, yang menerima suap dan perantaranya".

Suap yang disembunyikan dengan baik biasanya tidak meninggalkan bukti apapun, sekedar daftar penerima, apalagi kuitansi. Anda benci melihat perilaku pejabat tinggi yang menerima suap? Mari kita mulai dengan hal kecil, pada diri sendiri, dan sesegera mungkin. Konsistenlah, dan tebarkan itu kepada keluarga, kerabat dan lingkungan sekitar agar dapat menjadi budaya. Jangan lagi ada suap di antara kita, kepada polisi lalu lintas sekalipun. Tidak menjadi pemberi, tidak menjadi penerima, dan tidak menjadi perantara. Apapun tindakan kita, akan sampai laporannya pada Yang Maha Melihat dan Yang Maha Kaya.


Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun