Mohon tunggu...
Arif Meftah Hidayat
Arif Meftah Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Buruh Pabrik

Dengan atau tanpa saya menulis, dunia juga tidak akan berubah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tuan Rumah yang Mengajari Salah

6 Maret 2018   05:58 Diperbarui: 6 Maret 2018   06:00 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Traffict light"  masih menyala merah ketika saya berhenti tepat di belakang garis marka. Awalnya tenang sampai beberapa kendaraan di belakang mengklakson. Sadar tidak ada ambulan, mobil patwal, pemadam kebakaran, dan atau rombongan dinas di belakang, santai saya masih berhenti menanti lampu hijau di traffict light menyala.

Dan klakson-klason berhenti berbunyi sesaat setelah lampu hijau menyala dan kendaraan yang saya kendarai perlahan mulai berjalan. Pertanyaan tentang berbunyinya klakson-klakson di belakang terjawab tuntas ketika seorang pengendara berjajar denganku kemudian berkata,

"Mas, kalau lurus jalan terus. Toh gak ada polisi juga"

Kalimat pertamanya membuatku sadar mungkin aku memang salah karena tidak memperhatikan rambu dan atau keterangan tambahan. Tetapi kalimat keduanya langsung mematahkan kesadaranku yang pertama. Tidak ada kesalahan yang kulakukan terkait berhentiku di belakang lampu rambu lalu lintas yang masih berwarna merah.

Keesokan harinya masih dengan pola yang sama tetapi dengan aktor yang berbeda. Kendaraan dengan plat nomor luar kota berhenti tepat di belakang marka ketika lampu merah menyala dan beberapa kendaraan di belakangnya dengan plat dalam kota membunyikan klakson agar kendaraan di depannya segera melaju. Dan pemandangan yang selalu berulang setiap kali melewati jalat tersebut.

Sebuah contoh yang amat sangat kecil bagaimana terkadang rasa mengenal dan memiliki justru membawa kita pada perilaku yang keliru. Pengetahuan akan aturan dan tata tertib serta celah-celah diantaranya membuat kita tidak menjaga dan mempertahankan perilaku yang sesuai dengan aturan yang berlaku tetapi justru memanfaatkan celah-celah tersebut untuk sesuatu yang lebih praktis dan menyenangkan.

Betapa rumah yang kita sangat berharap orang lain menghargainya justru tidak dihargai oleh penghuninya. Tetapi anehnya, ketika orang lain berlaku seperti yang tuan rumah lakukan, terdapat banyak protes dan pertentangan-pertentangan.

Egoisme-egoisme yang membuat kita bebas melakukan apapun namun orang lain tidak boleh melakukannya. Sebuah standar ganda yang melarang orang lain berlaku seperti  yang kita lakukan.

Sebuah kesalahan tentang mengartikan sebuah "kepemilikan". Memiliki dalam kaitannya dengan fasilitas dan ruang publik disamaratakan dengan memiliki dalam kaitannya dengan hak milik pribadi. Dan akibatnya, kesalahan kecil berulang dari sang tuan rumah harus dibayar mahal dengan dicontohnya perilaku tersebut oleh tamu dan pendatang baru. Harus dibayar mahal dengan kesemrawutan-kesemrawutan yang semakin hari semakin menggebu.

Sang pemilik haruslah memberi contoh yang baik akan penegakan peraturan di rumahnya, baru kemudian bisa dicontoh oleh para tamu dan pendatang baru. Bukan justru sebaliknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun