Mohon tunggu...
Arif L Hakim
Arif L Hakim Mohon Tunggu... Konsultan - digital media dan manusia

digital media dan manusia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terima Kasih Pak Begawan @Boediono

21 Oktober 2014   21:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:13 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_330351" align="aligncenter" width="640" caption="Sebuah sesi bersama Pak Koentoro, Pak Boed, dan Pak Anies di istana wapres (@imangjasmine)"][/caption]

Hingar bingar tentang pelantikan presiden baru Republik Indonesia tak hanya menyoroti jabatan baru Pak Jokowi dan kembali menjabatnya Pak Jusuf Kalla. Publik juga menyampaikan beberapa apresiasi atas kinerja Pak SBY  yang menjadi sosok ke-6 presiden Indonesia.

Namun, sedikit sekali saya melihat tentang respon atau apresiasi kepada tokoh yang ikut berkontribusi sekaligus menemani Pak SBY selama memimpin, yaitu Pak Boediono.

Memang sosok yang sering dipanggil Pak Boed ini sangat kalem. Kepribadiannya yang sangat kental dengan dunia akademik seolah lebih memilih untuk tenang dalam berbagai keadaan, dengan fokus analisis yang mumpuni yang terus dikedepankan.

Jika diamati perjalanan karirnya di pemerintahan, Pak Boed bukan hanya orang yang teguh menjadi pendamping Pak SBY. Beliau juga menjadi saksi sejarah masa transisi bangsa selama proses reformasi berlangsung. Pak Boed mengawali dunia kebirokratannya sebagai Kepala Bappenas selama setahun lebih semasa kepemimpinan Presiden BJ Habibie 1998 silam. Dua tahun berselang, Pak Boed kembali dipanggil negara untuk mengisi pos Menteri Keuangan pada kabinet gotong royong yang dipimpin Ibu Megawati. Di masa inilah, kepiawaian guru besar Ilmu Ekonomi UGM dalam mengatur keuangan negara teruji. Dengan kerja kerasnya, sengketa BLBI diproses. Kemudian membawa Indonesia lepas dari bantuan IMF dan mengakhiri kerja sama dengan lembaga tersebut. Selanjutnya, bersama Dorodjatun Kuntjorojakti berhasil menstabilkan kurs rupiah di kisaran Rp 9.000 per dolar AS. Mereka kemudian dijuluki “The Dream Team” karena dinilai berhasil menguatkan stabilitas makroekonomi Indonesia dari krisis moneter 1998.

Maestro ekonomi yang lahir 25 Februari 1943 ini kembali ditarik sebagai Menko Perekonomian dalam Kabinet Indonesia Bersatu, saat Pak SBY terpilih sebagai presiden pertama yang dipilih melalui pemilihan umum.  Tiga tahun berikutnya, Pak Boed menjadi calon tunggal yang diajukan sebagai Gubernur BI. Sempat muncul keoptimisan dari beberapa ekonom bahwa keberadaan Pak Boed sebagai Gubernur BI merupakan tandem yang tepat sebagai think-tank maestro ekonomi yang menjabat Menteri Keuangan kala itu, Ibu Sri Mulyani.

Terlepas dari kacamata politik, setahu saya saat mengkaji tentang kondisi makroekonomi Indonesia 2004-2009, langkah yang ditempuh Pak Boed tentang bail-out century relatif tepat dengan memberikan perhatian penuh pada fluktuasi sektor keuangan saat krisis subprime mortgage di Amerika mulai menular ke negara lain. Pak Boed yang telah berpengalaman menangani masa krisis 1998, merasa gejolak yang terjadi harus segera ditangani, dan sepenuhnya dilakukan untuk kepentingan dan keselamatan bangsa.

Langkah Pak Boed di pemerintahan kian melesat. Saat Pak SBY kembali mencalonkan diri sebagai presiden lima tahun yang lalu, publik dibuat terkejut saat beliau memilih Pak Boed sebagai calon wakil presidennya. Pak Boed bukanlah orang partai. Pun jika diduetkan dengan Pak SBY, Pak Boed juga tidak merepresentasikan kolaborasi dari tokoh nasionalis-religius seperti Gus Dur-Mega atau Mega-Hamzah Haz.

Pinangan Pak SBY tidak serta merta diiyakan oleh Pak Boed. Saya pernah mendengar cerita salah seorang dosen senior FEB UGM yang juga kolega Pak Boed, Pak Boed benar-benar memikirkan secara mendalam serta meminta masukan dari berbagai pihak tentang tawaran Pak SBY. Singkat cerita, ketika keputusan sudah mantap, Pak Boed mengatakan “Ijinkan saya untuk mengabdi kepada bangsa sekali lagi”.

Tantangan yang seolah membuat publik skeptis dijawab Pak Boed dengan kerja yang benar-benar profesional selama menjadi wakil presiden. Sekalipun lebih sering berada di balik layar, Pak Boed dengan hati-hati memberi berbagai masukan dan kontribusi terhadap jalannya pemerintahan.

Saya meyakini, prestasi Indonesia selama kepemimpinan Pak SBY juga melibatkan Pak Boed sebagai salah satu aktor penting di belakangnya. Pertumbuhan ekonomi yang cenderung stabil, bahkan menempatkan Indonesia sebagai anggota G-20, koordinasi antara otoritas moneter dan fiskal yang harmonis, dan iklim ekonomi yang sehat di Indonesia juga merupakan buah dari rangkaian kerja keras dan analisis yang matang dari sang begawan ekonomi; Pak Boed.

[caption id="" align="alignnone" width="590" caption="Pak Boed; kalem dan tenang (dok. Kompas.com)"]

Pak Boed; kalem dan tenang (dok. Kompas.com)
Pak Boed; kalem dan tenang (dok. Kompas.com)
[/caption]

Pak Boed yang pernah bersama Pak Mubyarto di awal 1980-an menggagas Ekonomi Pancasila (sekarang sering disebut sebagai ekonomi kerakyatan) ini memang sangat lekat dengan sikap kesederhanaannya. Meskipun menjabat sebagai wakil presiden yang sebenarnya bisa membuatnya hidup penuh fasilitas mewah, beliau bersama Ibu Herawati lebih memilih untuk tetap tinggal di komplek perumahan dosen UGM di Sawitsari, Sleman. Bahkan dalam sebuah talkshow, tembok rumah Pak Boed yang retak belum sempat diperbaiki dan masih terlihat jelas di dinding.

[caption id="attachment_330353" align="aligncenter" width="640" caption="Pak Boed berada di tengah rakyat (http://boedionomendengar.com/)"]

1413877469937590878
1413877469937590878
[/caption]

Jika dulu saya mengenal Pak Boed sebagai salah seorang guru besar yang membimbing mahasiswanya, maka setelah melepas jabatan wakil presiden saya ingin mengenangnya sebagai begawan ekonomi, seorang guru bangsa yang mengajarkan banyak ketenangan, hal-hal bijaksana, dan dengan sikap sederhana dalam hidupnya.

Terima kasih atas pengabdian yang tulus Pak Boed.

Salam ta’dzim dari kami.

___________________

Referensi:

*http://boedionomendengar.com/

*Obrolan dengan dosen FEB UGM

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun