Mohon tunggu...
Arif Khunaifi
Arif Khunaifi Mohon Tunggu... Administrasi - santri abadi

Manusia biasa dari bumi Indonesia .:. Ingin terus belajar agar bermanfaat bagi alam semesta... .:. IG & Twitter: @arifkhunaifi .:. Facebook: Arif Khunaifi .:.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kupingku Telu, Kabeh Lemu-lemu

20 Mei 2018   05:49 Diperbarui: 20 Mei 2018   05:52 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenalkan dulu, kuping adalah namaku. Orang Indonesia menyebutnya telinga. Aku adalah salah satu bagian yang terhormat dalam tubuh manusia yaitu kepala. Tahu sendiri kan, nama kepala selalu digunakan untuk sesuatu yang dihormati seperti kepala negara, kepala rumah sakit, kepala sekolah sampai kepala rumah tangga. Hehe...

Aku juga sering dijadikan ukuran kecerdasan seseorang. Jika bentukku lebar dan memanjang, maka bisa dikatakan dia mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dengan hafalan yang kuat. Kalau tidak percaya lihatlah Kiai Haji Sahal Mahfudz, Kajen, Pati, Jawa Tengah lalu telusuri kecerdasan beliau.

Lewat diriku banyak orang yang hatinya mendapatkan hidayah dari Allah Azza Wajalla karena aku digunakan untuk mendengarkan pengajian dan nasihat-nasihat kebaikan. Sahabat Umar bin Khattbb RA. memperoleh wasilah hidayah juga karena mendengar adiknya mengaji al-Qur'an.

Walaupun begitu, aku tidak pernah protes kalau ada pantun yang mengatakan,

"Dari mana datangnya lintah?

Dari sawah turun ke kali...

Dari mana datangnya cinta?

Dari mata turun ke hati?"

Eh begini lo, kalau datangnya cinta hanya dari mata turun ke hati. Maka, sahabat Ummu bin Maktum ra. yang buta matanya tidak akan mendatangi shaat berjamaah. Karena diriku beliau masih mendengar adzan dan menunjukkan bukti cintanya kepada Allah dengan mendatangi masjid.

Alangkah senangnya diriku ketika setelah mendengar adzan kemudian mereka menjawab dan kemudian berwudlu. Usai membasuh rambut tidak lupa mereka juga membasuh diriku. Kalau sudah begitu rasanya mak nyesss...Sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata.

Lalu dari tiap tetesan air wudlu itu menjelma menjadi malaikat yang akan mendoakan dan memintakan ampunan kepada orang yang berwudlu sampai hari kiamat yang kelak di padang mahsyar juga akan bertemu aku lagi untuk menjadi saksi di hadapan Allah pada saat yaumul mizan alias hari penimbangan amal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun