Mohon tunggu...
Arifin Johan
Arifin Johan Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat Sosial

Seorang Pengajar dan Pengemis Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Langkah Sejarah Kehidupan

28 Mei 2021   16:46 Diperbarui: 28 Mei 2021   17:02 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kala Azan Subuh menjelang dikumandangkan, bergegas ayam mengambil posisi untuk berteriak menandakan waktu pagi telah dimulai,  suara ayam pagi itu ibarat alarm alam yang setiap waktu hadir menyapa, walaupun kita tidak pernah "menyetel" leher ayam tersebut untuk bersuara di pagi hari. Tetap saja si ayam bersuara di tepatnya waktu menjelang pagi hari, keren si Ayam.

Pagi menjelang, seperti biasa berkelahi dengan seember air cukuplah membersihkan tubuh. Merapikan baju walau kadang sarapan tak tersedia di meja, namun semangat pagi menuju sekolah adalah sarapan hebat yang pernah lahir di saat itu.  Pagi hari hampir setiap saat tali asmara dan kisah mesra dengan bangku Sekolah Dasar selalu dirindukan setiap malamnya. 

Walau kadang ada yang lupa, PR Bapak Ibu guru tidak selesai dikerjakan, namun pagi itu sebelum 7.30 semua sudah selesai karena semangat kebersamaan menanti sahabat yang telah menyelesaikan PR terlebih dahulu di pintu gerbang Sekolah. Ibarat menunggu berkah teman datang di awal pagi yang sudah dahulu menyelesaikan pekerjaan rumah, bahasa lainnya nyontek teman yang sudah selesai.  

Lonceng berbunyi 3 kali menandakan panggilan kepada semua sahabat dan guru untuk segera memulai pembelajaran di dalam kelas, namun sebelumnya berbaris rapi di depan kelas. Akulah komandan itu, dari sanalah saya belajar arti sebuah kepemimpinan dan merapikan barisan dan mendahulukan teman yang disiplin untuk masuk dalam kelas.  

Silih berganti guru masuk ke dalam kelas dengan ragam mata pelajaran yang kami pelajari bersama.ternyata baru sadar bahwa Guru kelasku adalah seorang "professor" yang tak diakui karena hampir setiap hari mengajarkan 5 "Program Studi" Prodi Matematika, Prodi Bahasa Indonesia, Prodi MIPA, Prodi BK, Prodi IPS. Wah keren memang Guru SD Teompo Deoloe. Ribut kanan kiri sahabatku, tak terhiraukan karena boleh jadi kebisingan itu berasal dari suara kami.

Barulah kami tersadarkan bahwa pagi menjelang memaksa kami untuk bangun pagi menyambut masa depan dengan semangat baru, logistik makan kadang tak terhiraukan kala semangat berlogika di Sekolah menjadi tujuan utama dalam kehidupan untuk masa depan yang lebih baik.

Kehidupan yang telah aku bekali dengan tinta dan kapur tulis yang dituliskan Bapak Ibu guru di depan kelas, memahami huruf demi huruf yang terangkai dengan kata, menjadi prasa lalu kalimat hingga pada suatu paragrap yang penuh makna dengan makna tersirat dan tersurat.

Yakinlah diri bahwa semua itu adalah bekal hidup tak kala usia telah bertambah. Interaksiku dengan sahabat sewaktu itu mengajariku bahwa kami kelak saling membutuhkan satu sama lain dalam kurun waktu berpisah sementara mencari jati diri.

Ku semakin menyadari bahwa saat berada di kandungan, aku membutuhkan ibu, saat aku lahir, aku dibantu orang lain, kala aku bermain di masa kecilku, aku juga membutuhkan sahabat kecilku, dinding Sekolah Dasar juga menjadi saksi aku membutuhkan sahabat. Lonceng Kebaikan itu terus diperdengarkan agar kita selalu berbuat baik dengan keheningan ikhlas seirama dengan suasana hati.

Di saat dewasa, barulah kita menyadari bahwa teknologi telah memberi jarak satu sama lain namun dekat di genggaman (Smartphone), teknologi yang kita harapkan saat itu adalah teknologi yang tetap mengharmoniskan persahabatan dengan aroma alam yang masih alami, tetapi kini sebaliknya, teknologi telah merampas indah kebersamaan dan harmonisnya kala kita masa kecil dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun