Mohon tunggu...
Arifin Muhammad Ade
Arifin Muhammad Ade Mohon Tunggu... Buruh - Pemerhati Lingkungan

"Aku tidak punya cukup uang untuk mengelilingi dunia, tapi dengan buku aku dapat mengenal dunia"

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hutan, Perempuan, dan Vandana Shiva

19 Februari 2020   16:44 Diperbarui: 20 Februari 2020   02:09 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vandana Shiva, Aktivis Perempuan dan Lingkungan India | Sumber: pinterest/tbarutha

Bagi masyarakat awam jika membaca atau mendengar kata hutan maka akan terbayang dalam benak mereka adalah sekumpulan pohon-pohon yang rimbun di suatu lokasi. Memang hutan bukan sekedar pohon.

Karena di dalam hutan juga terdapat banyak keanekaragaman mahluk hidup. Tetapi pohon adalah vegetasi utama penyusun hutan tersebut. 

Maka dari itu, dalam tulisan ini penulis menggunakan kata "pohon" untuk menggantikan kata "hutan" dalam menjelaskan berbagai peristiwa yang terus terjadi hingga detik ini, terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya hutan secara berlebihan sehingga berujung pada semakin terdegradasinya kualitas lingkungan.

Berbicara mengenai pohon, tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini dunia sedang mengalami masa-masa krisis pohon. Setiap tahunnya, pohon ditebang sebanyak 15 juta unit. 

Lahan pun demikian, lahan yang musnah dikabarkan sebesar 18 juta hektar pohon (Lux, 2019). Sementara itu, World Wildlife Fund mencatat, rata-rata setiap tahun Indonesia kehilangan 1,1 juta hektar hutan. 

Sedangkan, Forest Watch Indonesia menyebut bahwa Indonesia tahun 1970 hingga 1990 mengalami penurunann 1,2 juta hektar hutan per tahun. Sementara pada 2000 hingga 2009, laju penggundulan hutan di negeri ini 1,5 juta hektar per tahun.

Melihat semakin menurunnya jumlah vegetasi pohon sebagai penyangga hutan akibat eksploitasi yang berlebihan, kiranya perhatian dari berbagai pihak sangat diharapkan demi menghentikan pengeksploitasian yang terus berlanjut, terutama kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pentingnya peranan pohon bagi kehidupan. 

Karena pohon merupakan salah satu keanekaragaman hayati yang kaya akan manfaat dan keberadaan pohon sangat membantu mengatasi pemanasan global (global warming) yang terjadi.

Mengingat sangat pentingnya peranan pohon bagi kehidupan. Maka menurut Sudharto P. Hadi dalam buku Bunga Rampai Manajemen Lingkungan (2014), menjelaskan bahwa keberadaan pohon dan hutan sangat membantu sebagai pencegah erosi, pengatur tata air, penyedia sumber air, penyedia oksigen, habitat berbagai flora dan fauna, penjaga kestabilan iklim, penyedia keanekaragaman hayati, pelindung dari sengatan panas matahari dan sebagai penyedian obat-obatan tradisional.

Tidak hanya itu, dalam konteks global pohon sangat berguna untuk aspek sosial dan ekonomi manusia. Kayu yang dihasilkan dari pohon memiliki peran krusial terhadap kebutuhan sehari-hari umat manusia seperti membuat kursi, meja, dan berbagai peralatan lainnya. Produk yang terbuat dari pohon inilah yang berguna untuk keberlangsungan aktivitas jual beli manusia dan lain sebagainya. Hal itu bisa kita lihat dari manfaat pohon sebagai komponen hutan. Sekali kita tanam dan tumbuh, ia akan memberikan banyak manfaat.

Urgensi pemugaran pohon dalam skala besar-besaran juga sudah disadari oleh manusia sejagat raya. Dalam sudut pandang rimbawan, pemulihan pohon berfungsi untuk penegakan fungsi-fungsi pohon seperti produksi kayu dan perlindungan tanah. Di sisi lain, kaum konservatif juga menganggap bahwa pemulihan pohon berguna untuk mengembalikan lahan pohon yang sudah terdegradasi. 

Oleh karena itu untuk menghadapi krisis jumlah pohon di muka bumi, diperlukan peran aktif manusia dalam memulihkan lahan yang sudah gundul. Hadirnya partisipasi manusia selama proses pembebasan lahan pohon dapat melindungi alam, mempertahankan spesies langka, dan menjaga komposisi ekosistem agar terus stabil.  

Terkait peran penting pohon bagi kehidupan seluruh mahluk hidup di muka bumi, terdapat peran penting kaum perempuan dalam berjuang demi melestarikan pohon terhadap tindakan-tindakan yang mengancam kelestarian pohon. Berbagai aksi dari kaum perempuan di berbagai belahan dunia dalam melakukan perlawanan terhadap korporasi-korporasi yang berusaha mengeksploitasi pohon terus digalakkan. 

Praktek pembalakan liar (illegal logging), konversi hutan menjadi areal perkebunan monokultur seperti perkebunan kelapa sawit, pembangunan infrastruktur dan akivitas pertambangan serta berbagai kegiatan eksploitasi yang menjadikan pohon sebagai sasaran pengrusakan, telah menghilangkan lebih dari jutaan hektar hutan yang terus berlangsung hingga saat ini.

Jika ditilik secara historis, perlawanan kaum perempuan dalam mempertahankan hutan dan pohon untuk menyelamatkan bumi telah banyak bermunculan. Salah satunya adalah Vandana Shiva, seorang ahli ilmu fisika, feminis, dan berlatar belakang ekologi dari India. Kehadiran Vandana Shiva sebagai perempuan yang peduli akan kelestarian pohon berhasil menggerakkan kaum perempuan di India untuk menolak keberadaan perusahan pulp and paper yang terus beroperasi dan mengeksploitasi kekayaan hutan di distrik Wayabula, India.

Selain berhasil dalam menghentikan pengoperasian perusahan kertas, Vandana Shiva juga hadir sebagai salah satu tokoh perempuan yang mengupayakan perlu adanya dekonstruksi terhadap dominasi prinsip maskulinitas dan menawarkan pemikiran alternatif, yaitu gabungan antara pemikiran ekologi dan feminisme yang disebut ekofeminisme. 

Ekofeminisme lahir untuk menjawab sebuah kebutuhan penyelamatan bumi dengan berbasiskan pada kekhasan perempuan yang selama ini memiliki pengetahuan untuk melestarikan lingkungan hidup dan mengelolah sumber daya alam yang berkelanjutan (Yaqin, 2005).

Prinsip feminin memandang bahwa perempuan dan alam memiliki hubungan khusus sebagai mitra yang dalam proses pertumbuhannnya dibangun secara organis. Perempuan dianggap sebagai pemelihara kehidupan, yang memiliki kemampuan dalam memproduksi dan mereproduksi kehidupan. 

Pada kemampuan kaum perempuanlah prinsip lestari dan keberlanjutan bisa diwujudkan. Kaum perempuan memainkan peran signifikan dalam usahanya menjaga keberlanjutan dan keahliannya sebagai penyedia sumber pangan (Mies, 1986).

Selanjutya, bagi Vandana Shiva, bukunya Staying Alive: Women, Ecology and Development, mengatakan bahwa urusan lingkungan seolah-olah hanya milik laki-laki.

Padahal perempuan mempunyai peranan yang sangat penting dan vital dalam pengelolaan lingkungan, dan perempuan pula yang mempunyai pengetahuan mendalam dan sistematis mengenai proses-proses yang terjadi di alam, bahkan ia menganggap bahwa hancurnya alam berarti hancurnya prinsip feminitas (Shiva, 1989).

Peran kaum perempuan dalam upaya menjaga dan melestarikan pohon sebagai salah satu sumber kehidupan, seperti yang dicontohkan oleh Vandana Shiva merupakan salah satu bentuk kepedulian merawat bumi yang seharusnya diwarisi oleh kaum-kaum perempuan. 

Terlebih perempuan yang hidup saat ini di tengah maraknya pengrusakan hutan oleh perusahan-perusahan yang tidak memperhatikan dampak operasinya terhadap kondisi lingkungan.

Kaum perempuan harus menjadi motor penggerak dalam menyuarakan aksi penyelamatan lingkungan. Jangan sampai perjuangan perempuan terjebak dalam perdebatan politik maskulin yang hanya bicara soal manusia dan perluasan penguasaannya, tetapi juga bagaimana melestarikan dan merawat kehidupan. 

Karena, dengan pengalamanya dan pengetahuan tentang alam, perempuan lebih mampu melihat secara realistis dan menjaga hubungan dengan alam. Hal ini karena dari perempuan, kehidupan bermula dan berlangsung.

Penulis,
Arifin Muhammad Ade
Pegiat Fola Literasi TOBACCA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun