Charles Dickens (1812-1870) seorang penulis roman dan novel ternama dari Inggris masa pemerintahan Ratu Victoria. Dalam sebuah bukunya dia menulis: "Tertawa dan melucu yang segar membuat dunia gembira, dan sulit dihindari. Orang sulit menolak wabah tawa dan lucu.
Tawa dengan humor merupakan perbuatan multi-faset. Ada faset sosial. Faset budaya, kebugaran, kegembiraan, dan masih banyak lagi. Tidak satupun ada orang dalam hidupnya tidak pernah tertawa.
Ada satu insan. Sudah akrab disebut Arek Suroboyo yang mampu merubah suasana 'biasa-bisa saja' menjadi lucu. Kadang-kadang malah heroik. Insan tersebut sehari-hari sangat dikenal. Dia adalah, Cak Kartolo.
Sosoknya dikenal luas. Sentilan lawak yang dia peragakan bersama kawan -- kawannya membuat semua orang, setidaknya para penyuka seni ludruk, tertawa terbahak -- bahak.
Dia kerap menyentil sesuatu lewat dagelan ludruknya. Sederhana. Namun sangat jenius. Kartolo dan kawan-kawannya merupakan kesatuan orang-orang baik. Grup itu terdiri atas Kartolo, Basman, Sapari, Sokran, Munawar, dan Tini (istri Kartolo).
Kartolo sudah ditakdirkan menjadi seniman yang membuat orang lain bergembira. Mendedikasikan hidupnya untuk seni lawak ludruk. Yang terbukti membesarkan namanya di panggung hiburan di Indonesia.
Surabaya Academy adalah lembaga nirlaba yang setiap tahun memberikan penghargaan terhadap sosok atau lembaga. Yang dinilai berprestasi, atau sekurang-kurangnya memberikan inspirasi bagi kemajuan Kota Surabaya.
Board of Surabaya Academy beranggota 11 orang antara lain Johan Silas, Kresnayana Yahya, Ali Maschan Moesa, Liem Ou Yen, Sirikit Syah, Soetojo Soekomihardjo, Herman Halim, Nalini Agung, Hotman Siahaan, dan Trimoelja D. Surjadi.
Anggota board terdiri dari tokoh budayawan, intelektual, bisnisman dan sosial leadership. Anggota board melihat Cak Kartolo sangat konsisten mempertahankan tradisi budaya ludruk yang sedang tergerus modernisasi dan kebarat-baratan atau pengaruh budaya asing.
Cak Kartolo dinilai komit mempertahankan ludruk, karena ludruk sendiri sebenarnya adalah media penyuaraan aspirasi rakyat kepada penguasa, sekaligus media kritik.
Saya terlibat menjadi Steering Committee (SC) dan Organizing Committee (OC) Surabaya Academy Award. Saya mencari tahu tentang sosok Cak Kartolo. Menggali riwayatnya. Lalu mengundang Cak Kartolo Cs tampil menghibur di puncak acara. Saya dan rekan-rekan 'menjaga rahasia' agar Cak Kartolo Cs tidak boleh tahu kalau dia akan mendapat penghargaan itu.
Yang kedua, saya bertemu lagi tahun 2012. Saat itu H. Harmoko -Menteri Penerangan RI 1983-1998, akan mengadakan haul wafatnya orangtua beliau di Kertosono. Saya diminta menghubungi Cak Kartolo, untuk menghibur di acara tersebut.
Hari Jumat (7/2/2020) siang, mendung menggantung di atas langit kota Surabaya. Ning Tini, istri Cak Kartolo duduk di beranda sebuah rumah di Jl. Ubi no 12, Wonokromo. Mengenakan daster warna merah bermotif batik, matanya mengarah ke seberang. Cak Kartolo sang suami duduk di sebuah warung tenda.
Lalu lintas menjadi agak terganggu. Beberapa Anggota Kepolisian dan Satpol PP Kota Surabaya mengatur supaya rapi. Warga masyarakat di sekitar ikut keluar rumah. Ini hari kedua, dimulainya syuting film: Kartolo Naik Terangbulan.
"Saya ikut senang. Ikut bangga. Baru sekarang Cak Kartolo menjadi pemeran utama. Menjadi tokoh sentral dalam film layar lebar," tutur Ning Tini. Saya duduk di sebelahnya. Mendengar cerita mengenai masa lalunya. Kehidupan antara Ning Tini dengan Cak Kartolo.
Di samping saya, berdiri Juliantono Hadi, Kepala Sekolah SMK Dr. Soetomo Surabaya. Sesekali melihat ke atas langit. Kemudian sibuk mengatur kru film, yang sebagian besar adalah murid Smekdor's -nama beken SMK Dr. Soetomo.
Anton -sapaan akrab Juliantono Hadi bersama M. Ainun Ridho kembali melakukan kolaborasi. Sebelumnya, pada tahun 2019 mereka berdua terlibat pembuatan Film Jack.
Antara Anton dengan Ainun Ridho sudah terjalin kesamaan ide. Dalam film Jack maupun di film barunya Anton bertindak sebagai produser eksekutif. Sementara M. Ainun Ridho menjadi sutradanya.
Masing-masing sudah klik beneran. Ide mereka berdua sama-sama baik. Sama halnya dengan Jack, film tentang Cak Kartolo juga mengangkat budaya lokal Surabaya.
Anton dan M. Ridho beranggapan, ruang putar arus utama masih dipenuhi film populer. Yang notabene banyak menyedot penonton, terlepas dari kualitas filmnya seperti apa.
Sementara itu ruang putar untuk film alternatif, relatif masih kurang. Film bertema komedi yang berasal dari daerah sangat jarang -kalau enggan disebut tidak mudah, ditemukan penonton.
Tigapuluh hari ke depan, Cak Kartolo dengan kelompoknya yang tersisa, bakal menghabiskan waktu syuting. Bersama sutradara M. Ainun Ridho, Juliantono Hadi, dan para kru yang terlibat. Termasuk siswa-siswi SMK Dr Soetmo Surabaya.
Mereka, terdiri dari orang-orang baik. Terus berkarya. Mewujudkan cita-cita yang baik. Film baik, adalah tempat bertemunya orang-orang baik.
Penonton dan pecinta film Nasional Indonesia. Dalam waktu dekat, Anda akan menjumpai film baik. Judulnya: Kartolo Naik Terangbulan.