Mohon tunggu...
Arifin BeHa
Arifin BeHa Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan senior tinggal di Surabaya

Wartawan senior tinggal di Surabaya. Dan penulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Tradisi, Atraksi, dan Inovasi Teh Turki

21 Februari 2019   16:49 Diperbarui: 21 Februari 2019   23:09 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apapun makannya. Teh Turki menyertainya (Dok Pribadi)

Melaju dengan kecepatan sedang. Sebuah kapal pesiar membelah Selat Bosphorus, Turki ( Senin, 11/2/2019). Angin sepoi-sepoi menyertai dari kanan dan kiri. Mengikuti kemana arahnya ombak. Seolah-olah mengerti sedang diajak pergi.

Kapal Yacht ini berukuran sedang. Disewa untuk menyertai wisata "Sahabat Manaya Explore Turkey". Pesertanya sebelas orang. Penyelenggaranya PT Manaya Indonesia Tour & Travel, Sidoarjo.

Selat Bosphorus. Sebuah selat yang memisahkan Turki bagian Eropa dan bagian Asia. Menghubungkan antara Laut Marmara dengan Laut Hitam. Kota Istanbul terlihat dari kejauhan. Lalu lintas kendaraan ramai. Menandakan kalau di tepian selat penduduknya padat.

Dua jembatan kokoh melintasi Selat Bosphorus. Pertama Jembatan Bosphorus. Memiliki panjang 1074 meter. Kedua, jembatan Sultan Mehmet, panjangnya 1000-an meter. Posisinya 5 km sebelah utara jembatan pertama.

Masih separo perjalanan. Pelayan kapal pesiar naik ke anjungan. Dia menenteng gelas. Berisi minuman teh. Peserta wisata, sebagian besar tidak menolak. Gelas tempat minum teh terbilang unik. Bentuknya bergelombang. Tidak lurus sebagaimana gelas teh di Indonesia.

Hari-hari berikutnya, selama berada di Turki. Menjumpai takdir Tuhan. Ya, itu minuman teh. Selain model gelas sama. Seduhan air teh juga senada. Umumnya berwarna terang. Merah delima.

Di hotel. Di cafe. Di restoran. Teh menjadi sajian utama. Kopi dan jenis minuman lain juga tersedia. Kopi hampir bersaing dengan teh. Hanya beda pada cara penyajian. Menikmati teh Turki setidaknya dapat tiga hal: Tradisi, atraksi dan inovasi.

Atraksi

Sebelum berhenti di sebuah rest area, pemandu wisata bilang: "Tempat kita berhenti, ada teh panas. Disantap dengan Yoghurt dibalut madu dan rempah-rempah". Saya melongo. Sensasi banget.

Melintas Selat Bosphorus. Menikmati teh Turki di anjungan kapal (Dok Jaswadi)
Melintas Selat Bosphorus. Menikmati teh Turki di anjungan kapal (Dok Jaswadi)
Dimulai oleh sebuah atraksi. Pemilik kedai teh (baca: penjual teh) memperagakan gerakan tubuh. Yoghurt diletakkan piring kecil. Diputar, layaknya sebuah tari piring. Madu diputar lalu dioleskan. Kemudian dia tebarkan 'Kas-Kas'. Semacam rempah. Mirip wijen. Nyaris meyerupai lada. Tidak beraroma. Rasasanya sedikit pedas.

Sudah sering baca apa itu 'Kas-Kas'. Tapi baru sekarang menikmati. Di India menjadi adonan kuliner. Di Aceh juga salah satu bahan membuat kuah kari. Saya dan istri mencoba. Demikian pula Mukharam Khadafi, Dirut Manaya Indonesia. Dia lebih tahu, karena sering membawa rombongan ke Turki.

Selesai? Belum. Di sebelah terdapat semacam dapur teh. Setelah olahan yoghurt plus madu selesai, teh menyusul kemudian. Entah kenapa, tehnya belakangan. Mungkin aturan main begitu.

Yoghurt plus madu diharga 10 Lira. Sedangkan teh Turki harganya 3 Lira. Total 13 Lira. Kira-kira setara Rp 40.000.

Penduduk Turki termasuk orang pertama mengkonsumsi yoghurt. Karena punya sifat sering berpindah tempat. Maka minuman sejenis susu mudah disimpan. Difermentasi menjadi yoghurt. Bisa dibawa kemana-mana. Terutama untuk menghadapi masa sulit. Masuknya yoghurt tahun 1784 ke Eropa dan Amerika merupakan jerih payah imigram Turki. Mereka menyebar sambil mengenalkan yoghurt.

Inovasi

Salah satu sudut Istiqlal Street, Taksim Square -Istanbul, terdapat toko oleh-oleh. Jual aneka kudapan irisan buah kering. Nah, menariknya. Sebagian besar stand didominasi teh. Jangan heran. Macam-macam varian. Semuanya teh curah. Yellow rose tea. Orange tea. Jungle fruit tea. Apple cinnamon tea.

Mereka juga menjual teh kemasan. Berat isinya 100 gram. Red apple tea. Green aple tea. Black tea. Turkish tea. Packingnya kertas. Teh Turki sarat inovasi. Teh Turki sangat populer.

Aneka teh curah di Istiqlal Street, Taksim, Istanbul -Turki (Dok Pribadi)
Aneka teh curah di Istiqlal Street, Taksim, Istanbul -Turki (Dok Pribadi)
Ketua Asosiasi Kedai Minum di Turki, Serdar Ersahin menyebutkan. Orang Turki rata-rata mengkonsumsi 1300 cangkir teh setiap tahunnya. Bangsa Turki merupakan negara dengan tingkat konsumsi teh teratas di dunia.

Menurut catatan. Warga Turki mengkonsumsi sekitar 3-5 cangkir teh setiap hari. Jumlah tersebut akan meningkat 10 cangkir bilang selama musim dingin. Cuaca dingin seperti sekarang mengatrol penjualan teh.

"Budaya minum teh sangat diperlukan bagi orang Turki karena ini adalah kesempatan untuk duduk dan berbicara," tutur Ersahin seperti dilansir Anadolu Agency.

Dibandingkan negara-negara lain, cara membuat teh di Turki sangat berbeda. Di Turki perlu waktu 20 menit untuk menyeduh teh sebelum disajikan. Kios-kios teh menjadi bagian sejarah. Kios teh merupakan tempat sosialisasi masyarakat. Tempat blusukan pejabat setempat.

Selain para penjual yang berada di kios-kios, keuntungan besar diperoleh produsen teh Turki. Pendapatannya, menurut data Asosiasi Eksportir, mencapai lebih dari 4,5 juta dolar setelah mengekspor ke 93 negara. Itu terjadi pada semester pertama tahun lalu. Jerman, Amerika dan Siprus, negara paling tinggi mendatangkan teh Turki.

Kopi

Meski tak seramai menyeduh teh, warga Turki punya kebiasaan meminum kopi. Masyarakat Turki mengonsumsi kopi hanya sekadarnya. Bukan menjadi gaya hidup atau selera. Kebiasaan nyeruput kopi ini sebagaimana mereka terbiasa meminum teh.

Turki bukanlah negara penghasil kopi. Tak heran bila impor kopi negara ini relatif besar. Turki mengimpor kopi -dari seluruh dunia, senilai 150 juta dolar AS. Kopi juga diimpor dari Indonesia. Tapi nilainya masih kecil. Hanya 0,25 persen dari total impor kopi Turki. Sekitar 400 ribu dolar. Padahal, Indonesia produsen kopi terbesar keempat sedunia.

Kopi beredar di Turki sebagian besar dari Brasil atau negara-negara di wilayah Afrika. Jenis robusta. Sedangkan Indonesia kebanyakan produksi arabika. Kopi kualitas bagus belum tentu diserap dengan baik. Karena kopi dikonsumsi untuk keperluan sesaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun