Mohon tunggu...
Arifin BeHa
Arifin BeHa Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan senior tinggal di Surabaya

Wartawan senior tinggal di Surabaya. Dan penulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

(In Memoriam) Trimoelja D. Soerjadi Bersama 3 Orang Batak

18 Mei 2018   14:51 Diperbarui: 18 Mei 2018   15:14 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari kiri: Monang Siringo-ringo, Hotman Siahaan, Adnan Buyung Nasution dan Trimoelja (Dok Pribadi)

Mengenakan hem batik lengan panjang advokat senior Trimoelja D. Soerjadi bersama istri berdiri di pintu masuk Hotel Mercure-Grand Mirama, Surabaya. Wajahnya penuh senyum menyambut setiap tamu yang hadir. Apabila yang datang sahabat atau kolega lama, tak segan dia memeluknya.

Minggu siang (23/2/2014) Trimoelja meluncurkan buku berjudul: Manusia Merdeka, Sebuah Memoar. Acara tersebut berlangsung hangat, penuh persaudaraan karena mengambil model diskusi interaktif. Jalannya bedah buku juga penuh canda.

"Saya hadirkan tiga orang batak, persembahan spesial untuk para hadirin" ujar Trimoelja mengawali acara. Kalimat pembuka ini tentu saja membuat tertawa para hadirin.

Trimoelja serius. Memang ada tiga penyaji, semuanya orang Batak. Mereka adalah pengacara kawakan Adnan Buyung Nasution (kini sudah almarhum), mantan hakim Monang Siringo-ringo serta Sosiolog Universitas Airlangga Hotman Siahaan bertindak  sebagai moderator.

Adnan Buyung Nasution, akrab dipanggil abang menilai, buku Trimoelja perlu mendapat apresiasi. "Figur Trimoelja adalah sosok pembela rakyat jelata, sekalipun secara garis keturunan Trimoelja merupakan anak kaya dan mempunyai "darah biru" (keturunan ningrat)," katanya.

Monang Siringo-ringo, mantan Hakim di Pengadilan Negeri Surabaya dan Kepala Kejaksaan Tinggi di Medan, menyebut Trimoelja sebagai tokoh penegak hukum dengan kemandirian kuat.

"Karakter beliau waktu masih muda hingga tua sekarang tetap cemerlang" kata Monang yang mengaku kenal dekat luar dalam. "Artinya, sebagai kawan di luar persidangan dan menjadi lawan saat di persidangan," imbuh dia.

Adnan Buyung menyebutkan profesi advokat memang unik, karena dalam menjalankan profesinya di hadapan hakim dan jaksa masing-masing mewakili kepentingan berbeda. Meskipun berdebat habis-habisan di peradilan, tapi harus tetap bersahabat.

"Hari ini mereka bersahabat, tapi besok di ruang sidang bisa jadi mereka berantem. Sekarang sudah saatnya dibangun kembali jiwa keberanian dan jiwa persidangan yang sehat" ujarnya.

Moderator Hotman Siahaan, berhasil membangun suasana emosional melalui testimoni berbagai pihak. Ada politikus gaek Moestahid Astari dan dokter Sentot Soeatmadji. Dari rekan seprofesi muncul Oemar Ishananto dan Pieter Talaway. Pihak keluarga tampil memberikan kesan adalah Nyonya Dyah Eko Rahaju (istri), serta Adnan Tripradipta dan Asri Suryaningtyas , putra-putri Trimoelja.

Mantan Kepala Bulog Rahardi Ramelan selaku figur yang pernah dibela Trimoelja ketika dia menjadi terdakwa dalam kasus "Bulog Gate II" ikut memberikan kesaksian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun