Asrid bercerita, ada kejengkelan seorang anak terhadap orang tuanya yang selalu menyebut anaknya aneh. Bahkan anak tadi dibilang masa depannya suram. Anak tersebut ternyata mampu membuat suatu karya yang mendatangkan uang. Orang tuanya, selama bertahun-tahun, penghasilannya cuma sedikit diatas UMR, sementara anak tersebut memperoleh uang berkali-kali lipat, dalam waktu singkat. Pertanyaannya siapa yang aneh?
Menurut Astrid, tidak mungkin mengajak anak sekarang masuk ke jaman sekian puluh tahun lalu seperti jaman kita. Seharusnya kita yang coba masuk ke jaman mereka meskipun hanya separo. Dengan demikian mereka mau berteman dengan kita. Orangtua harus memahami mereka sehingga memberikan lingkungan kondusif agar mereka mengeluarkan potensinya. Percayalah, Tuhan selalu memberikan semua generasi potensi yang baik dan mereka akan berkembang semakin lama semakin baik
Persoalan serius
Kresnayana menambah cerita, ada seorang anak dari daerah kuliah di Surabaya. Setiap pagi ibunya mewajibkan anaknya untuk melaporkan keadaannya. Lama-lama anak tersebut mematikan ponselnya dan berganti nomor. Anaknya bilang, jangan lagi main kontrol. Silakan sms saja, pasti dijawab. Relasi hubungan ibu-anak di kemudian hari semakin memburuk karena si anak merasa lebih baik tidak punya orangtua. Anak tadi mengeluhkan sikap orangtua yang tidak pernah mau mengerti perasaan anaknya.
Ketika waktunya wisuda si anak malah melarang ibunya hadir, karena merasa malu jaman sekarang masih ada orangtua macam begitu. Cerita belum selesai, ketika sudah lulus si ibu melarang anaknya bekerja di Jakarta. Apa yang terjadi? Sang anak makin marah, karena perusahaan yang sesuai dengan pelajaran saat dia kuliah, adanya justru di Jakarta.
Sekarang konsep mendidik dan mentransfer nilai-nilai harus mulai berubah. Apa yang dialami generasi sebelum ini tidak bisa dijiplak persis kepada anak sekarang. Ini persoalan serius.
***
Harian Kompas dengan segala tantangannya berupaya menghadirkan dan menyapa generasi muda. ”Kompas tak hanya berhasil mempromosikan produk jurnalistik di antara kaum muda, tetapi juga mengajari mereka lebih aktif sebagai bagian dari masyarakat yang demokratis,” ujar Jacob Mathew, Wakil Presiden WAN-IFRA, saat pengumuman sebelum pemberian penghargaan di hadapan ratusan peserta konferensi.
Sementara itu Radio Suara Surabaya (SS) dengan segala suka cita selalu menggali potensi orang-orang muda melalui bermacam kegiatan. Radio SS berbasis News-Interaktif-Solutif, siarannya dikenal sebagai penggerak partisipasi publik, menggalang kekerabatan sosial, sumber solusi permasalahan, dan inspirator kebijakan. Khalayak menyebut SS merupakan alun-alun komunikasi dan demokratisasi publik.
Antara tidak sengaja dan kebetulan, Harian Kompas terbit perdana 28 Juni 1965, sedangkan Radio SS mengudara pertama kali 11 Juni 1983, bersamaan momen Gerhana Matahari total. Jadi, Harian Kompas sudah 50 tahun mengabdi demi nusa bangsa, dan Radio Suara Surabaya selama 32 tahun mengudara memenuhi harapan masyarakat.
Dua media ini –dan juga media yang lain, terus andil memikirkan masa depan generasi muda dan anak muda. Tuhan selalu memberikan semua generasi potensi yang baik. Percayalah!