Mohon tunggu...
Dwi Arif Darmawan
Dwi Arif Darmawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Perkenalkan nama saya Dwi Arif Darmawa, usia 19 tahun saya dari mahasiswa unas, hobi main game, workout dan main music

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Skizofrenia Berbeda dengan Gila

22 Juli 2022   20:43 Diperbarui: 22 Juli 2022   21:15 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seseorang yang memiliki gangguan jiwa yang ekstrim, misalnya skizofrenia, seringkali diberikan rasa malu yang pesimis oleh masyarakat, salah satunya adalah tanda 'individu gila'. 

Hal ini karena mereka berpakaian, berbicara, dan bertingkah laku yang menyimpang atau tidak sesuai dengan standar yang ada di mata masyarakat.

Nama lain yang sering dikaitkan dengan skizofrenia adalah 'berbahaya', 'apatis', 'tidak berdaya, dll. Nama-nama yang dikaitkan dengan penderita skizofrenia bersifat pesimis, namun juga menindas dan tidak bermoral. 

Dengan demikian, menjadi tantangan bagi mereka untuk mendapatkan bantuan dan masuk ke perawatan yang mereka butuhkan. Sejalan dengan itu, kita harus mencari tahu tentang skizofrenia sehingga aib negatif dapat dibatasi atau bahkan dibuang. 

Skizofrenia adalah masalah mental yang menyebabkan pengaruh meresahkan dalam dua kontemplasi, sentimen, dan perilaku (Nevid, Rathus, dan Greene, 2005). 

Berdasarkan Riskesdas (Eksplorasi Kesejahteraan Dasar) 2018, penderita skizofrenia di Indonesia mendominasi 6,7 per 1.000 keluarga. Hal ini sebenarnya dimaksudkan agar dalam 1.000 keluarga terdapat 6,7 keluarga yang memiliki keluarga individu dengan skizofrenia.

Ada beberapa efek samping skizofrenia, mulai dari; a) perjalanan mental, misalnya seseorang mendengar, melihat, mencium, atau berpotensi merasakan hal-hal yang tidak benar-benar ada, b) khayalan, keyakinan yang ulet, menyesatkan, dan tidak masuk akal belum diterima meskipun faktanya semua bukti ada bermasalah, c) perenungan (dan diskusi) kacau, misalnya berpindah dari satu subjek ke subjek lain yang tidak ada hubungannya dengan poin masa lalu atau mengoceh tidak masuk akal, d) dan perilaku yang tersebar, misalnya, mempertahankan pendirian yang tidak fleksibel, tidak pantas , aneh, atau mesin gerakan tanpa alasan yang tidak perlu. 

Skizofrenia juga memiliki efek samping pesimis, seperti berkurangnya kegembiraan dan minat, kegagalan untuk bergaul dengan orang lain, serta tidak menunjukkan perasaan sesuai keadaan.

Skizofrenia campur aduk menyerupai beberapa masalah lain yang sebenarnya. Mereka juga dimusnahkan dan dirugikan. 

Namun, hal yang penting adalah, kejengkelannya tidak terdeteksi. Jika kita bisa mengucapkan kata-kata yang positif dan menguatkan kepada orang yang benar-benar sakit (misalnya diabetes dan pertumbuhan ganas), kita juga bisa mulai mengucapkan kata-kata itu kepada penderita skizofrenia. Mereka juga membutuhkan pengakuan, dukungan, dan inspirasi dari kita sebagai bagian dari masyarakat. 

Orang dengan skizofrenia dapat memulihkan diri dan bekerja sepenuhnya di mata publik dengan perawatan yang maju dan bantuan sosial yang tepat. Kita dapat membuat dunia lebih panas --- terutama bagi orang-orang dengan masalah mental seperti skizofrenia. 

Kita harus membuang tanda negatif dan mulai menganggapnya sebagai manusia seutuhnya. Kita harus mencari cara untuk memperbaiki orang.

Informasi tentang kesehatan jiwa lambat berkembang karena kentalnya stigma di tengah masyarakat tentang anggapan gila, kata Dr Tun Kurniasih."Orang malas cari informasi yang benar tentang penyakit ini, karena belum-belum sudah ada cap oh.. itu orang gila," tukasnya.

Informasi baru sampai biasanya setelah penderita atau orang terdekatnya mencari jawaban tentang kemari, dan ini bisa berlangsung bertahun-tahun setelah menguras kesehatan, waktu dan biaya.

Seperti masalah mental lainnya, pengobatan skizofrenia tidak terbatas pada obat-obatan, tetapi juga membutuhkan pengobatan psikososial.

Perawatan psikososial akan membantu meningkatkan efisiensi dan kepuasan pribadi korban, sehingga mereka dapat bekerja dan bekerja sama dengan wilayah setempat di mata publik.

Obat antipsikotik adalah pengobatan yang paling dikenal luas untuk skizofrenia. Obat-obatan ini dapat membantu menghentikan penerbangan pikiran, mimpi, atau efek samping psikosis.

Dengan asumsi bahwa efek samping psikosis terjadi, korban mungkin harus dirawat di rumah sakit dan mendapatkan terapi di bawah pengawasan klinis yang ketat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun